Oleh: Gunawan Trihantoro
Perjalanan Tapak Suci Putera Muhammadiyah yang kini memasuki usia 62 tahun bukan sekadar soal lamanya berdiri, tetapi juga tentang ketangguhan menapaki zaman.
Di era Kecerdasan Artifisial (KA), generasi muda menghadapi godaan ketergantungan gadget yang semakin masif. Justru di sinilah Tapak Suci menemukan relevansi terkuatnya sebagai benteng moral dan spiritual.
Milad Tapak Suci ke-62 pada tahun 2025 akan dimeriahkan dengan Kejuaraan Dunia Tapak Suci di Malang pada 30 Juli - 3 Agustus, serta berbagai kejuaraan nasional di perguruan tinggi.
Bukan hanya ajang unjuk jurus dan teknik, tetapi juga momentum mengokohkan misi: membangun generasi muda yang beriman, berakhlak, dan berprestasi mendunia.
Dengan motto "Dengan Iman dan Akhlak saya menjadi kuat, tanpa Iman dan Akhlak saya menjadi lemah", Tapak Suci mengajarkan bahwa kekuatan sejati tidak lahir dari otot saja, tetapi dari hati yang bersih.
Inilah pesan yang semakin penting di era digital. Di mana begitu mudahnya kita terpikat layar, tetapi sulit menaklukkan hawa nafsu.
Tapak Suci hadir sebagai ruang belajar disiplin, kontrol diri, dan persaudaraan. Setiap jurus bukan sekadar gerakan, melainkan latihan kesabaran, pengendalian amarah, dan kepekaan sosial.
Kejuaraan Dunia Tapak Suci 2025 dengan tema “Melalui Kejuaraan Dunia Tapak Suci, Kita Songsong Milad ke-62 Tapak Suci dengan Semangat Melestarikan Tradisi Menuju Prestasi yang Mendunia” adalah bukti Tapak Suci tak pernah berhenti berinovasi.
Tradisi tidak hanya dijaga, tetapi terus dikembangkan menjadi prestasi yang diakui dunia. Di sinilah Tapak Suci menjawab tantangan zaman: memadukan nilai lama yang luhur dengan semangat modern.
Di tengah euforia kecerdasan buatan, Tapak Suci mengingatkan, bahwa teknologi hanyalah alat, bukan tujuan. Yang utama tetaplah akhlak dan iman sebagai pondasi generasi tangguh.
Para pendekar muda Tapak Suci diajarkan untuk menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri sebelum memimpin teknologi.
Karena sejatinya, tak ada artinya gawai canggih jika kita menjadi budak dari keinginan dan emosi yang tak terkendali.
Kejuaraan Nasional dan Dunia Tapak Suci 2025 menjadi panggung pembuktian, bahwa anak muda bisa berprestasi tanpa harus tenggelam dalam kecanduan digital.
Mereka bukan hanya belajar memukul atau menangkis, tetapi juga belajar rendah hati, hormat pada lawan, dan bersyukur atas kemampuan.
Di arena kejuaraan, kita melihat generasi yang terlatih secara fisik dan mental. Inilah bentuk pendidikan karakter yang nyata, tidak sebatas teori.
Tapak Suci juga menjadi ruang kebersamaan lintas generasi. Dari pelatih hingga atlet muda, semua bernaung dalam persaudaraan yang kuat.
Nilai persatuan dan kebersamaan inilah yang kerap hilang di era media sosial yang cenderung individualistis.
Dengan landasan Al-Qur'an dan As-Sunnah, Tapak Suci menjadi tempat anak muda belajar arti ikhlas, sabar, dan menjaga hati.
Milad ke-62 Tapak Suci bukan hanya perayaan usia, tetapi penegasan komitmen untuk mendidik generasi muslim yang kuat iman dan akhlaknya, sekaligus berprestasi di kancah internasional.
Generasi Tapak Suci bukan generasi yang alergi teknologi, tetapi generasi yang mampu menempatkan teknologi sebagai alat untuk kebaikan.
Karena sejatinya, kemajuan apapun tak akan berarti tanpa karakter. Dan itulah misi abadi Tapak Suci, yakni memadukan tradisi, iman, dan prestasi untuk masa depan bangsa.
Di era kecerdasan artifisial, Tapak Suci tetap menjadi suluh, membimbing generasi muda agar tak kehilangan arah dan tetap tegak memegang nilai luhur.
Dengan Milad ke-62 sebagai momentum, Tapak Suci mengajak kita semua menyongsong masa depan yang cerdas, berakhlak, dan membanggakan, bukan hanya di tanah air, tetapi juga di mata dunia.
Gunawan Trihantoro, Sekretaris Kreator Era AI Jawa Tengah dan AMM Blora