Resepsi Pernikahan dengan Hiburan Seni

Publish

2 July 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
196
Sumber Foto Freepik

Sumber Foto Freepik

Resepsi Pernikahan dengan Hiburan Seni

Oleh: Mohammad Fakhrudin

“Desakralisasi pernikahan pasti mendatangkan kemudaratan yang sangat besar. Oleh karena itu, muslim mukmin, terutama warga Muhammadiyah, tidak sepatutnya melakukannya.”

Bagi Muhammadiyah, rasa seni sebagai penjelmaan rasa keindahan dalam diri manusia merupakan salah satu fitrah yang dianugerahkan oleh Allah Subḥanahu wa Taʻāla. yang harus dipelihara dan disalurkan dengan baik dan benar sesuai dengan jiwa ajaran Islam. Hal itu dijelaskan di dalam Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah, Bab III, Subbab K dijelaskan Kehidupan dalam Seni dan Budaya, antara lain, sebagai berikut.

Berdasarkan keputusan Munas Tarjih ke-22 tahun 1995 bahwa karya seni hukumnya mubah (boleh) selama tidak mengarah atau mengakibatkan fasad (kerusakan), dharar (bahaya), ‘ishyan (kedurhakaan), dan ba’id anillah (terjauhkan dari Allah), maka pengembangan kehidupan seni dan budaya di kalangan Muhammadiyah harus sejalan dengan etika atau norma-norma Islam sebagaimana dituntunkan Tarjih tersebut.

Seni suara, baik vokal maupun instrumental, seni sastra, dan seni pertunjukan pada dasarnya mubah (boleh), serta menjadi terlarang manakala seni dan ekspresinya baik dalam wujud penandaan tekstual maupun visual tersebut menjurus pada pelanggaran norma-norma agama.

Setiap warga Muhammadiyah, baik dalam menciptakan maupun menikmati seni dan budaya, selain dapat menumbuhkan perasaan halus dan keindahan juga menjadikan seni dan budaya sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah, dan sebagai media atau sarana dakwah untuk membangun kehidupan yang berkeadaban.
 
Pedoman tersebut kiranya dapat dijadikan rujukan oleh warga Muhammadiyah sehingga tidak perlu ragu-ragu jika menyelenggarakan resepsi pernikahan dengan hiburan seni.

Lirik dan Lagu

Kesenjangan antara lirik dengan lagu sering terjadi misalnya lirik lagu shalawat kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, tetapi irama lagunya mengajak berjoget karena hentakan kendangnya. Karena irama lagu yang demikian, orang-orang pun bershalawat sambil berjoget. Pertanyaan mendasar timbul: Santunkah umat Islam bershalawat dengan cara demikian?

Ada pula keadaan yang sebaliknya. Irama lagu bernuansa keagungan dan ketenangan dan lirik lagunya shalawat, tetapi dari segi akidah, lirik lagu itu bermasalah atau setidak-tidaknya menimbulkan pertanyaan besar. Berikut ini dikemukakan contoh lirik shalawat yang perlu kita kritisi dari segi akidah.    

اَللّٰهُمَّ صَلِّ صَلَاةً كَامِلَةً وَسَلِّمْ سَلَامًا تَامًّا عَلىٰ سَيِّدِنَا مُحَــمَّدِ  ࣙالَّذِيْ تَنْحَلُّ بِهِ الْعُقَدُ وَتَنْفَرِجُ بِهِ الْكُرَبُ وَتُقْضٰى بِهِ الْحَوَائِجُ وَتُنَالُ بِهِ الرَّغَائِبُ وَحُسْنُ الْخَوَاتِمِ وَيُسْتَسْقَى الْغَمَامُ بِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ وَعَلىٰ اٰلِهِ وِصَحْبِهِ فِيْ كُلِّ لَمْحَةٍ وَ نَفَسٍ بِعَدَدِ كُلِّ مَعْلُوْمٍ لَكَ

“Ya Allah, limpahkanlah shalawat yang sempurna dan curahkanlah salam kesejahteraan yang penuh kepada junjungan kami Nabi Muhammad, yang dengan sebab beliau semua kesulitan dapat terpecahkan, semua kesusahan dapat dilenyapkan, semua keperluan dapat terpenuhi, dan semua yang didambakan serta husnul khatimah dapat diraih, dan berkat dirinya yang mulia hujan pun turun, dan semoga terlimpahkan kepada keluarganya serta para sahabatnya, pada setiap detik dan embusan napas sebanyak bilangan semua yang diketahui oleh Engkau,”

(Sumber: NU Online Jabar, 24 Jun 2022)

Jika ditinjau dari segi akidah, kiranya di dalam shalawat tersebut ada masalah karena ada narasi berikut ini.

“… dengan sebab beliau semua kesulitan dapat terpecahkan, semua kesusahan dapat dilenyapkan, semua keperluan dapat terpenuhi, dan semua yang didambakan serta husnul khatimah dapat diraih, dan berkat dirinya yang mulia hujan pun turun, ….”

Narasi tersebut berisi pujian terhadap Nabi Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam. Namun, dari segi akidah, isi pujian itu berlebih-lebihan karena beliau dinarasikan sebagai penyebab (1) semua kesulitan dapat terpecahkan, (2) semua kesusahan dapat dilenyapkan, (3) semua keperluan dapat terpenuhi, (4) semua yang didambakan serta husnul khatimah dapat diraih, dan (5) berkat dirinya yang mulia hujan pun turun. 

Menurut pandangan Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak berkenan dipuji dengan cara demikian. Sikap beliau ketika menerima pujian yang berlebih-lebihan dapat kita ketahui di dalam HR al-Bukhari berikut.

ﺱ، ﺳﻤﻊ ﻋﻤﺮ ﺭﺿﻲ اﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ، ﻳﻘﻮﻝ ﻋﻠﻰ اﻟﻤﻨﺒﺮ: ﺳﻤﻌﺖ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻳﻘﻮﻝ: «ﻻ ﺗﻄﺮﻭﻧﻲ، ﻛﻤﺎ ﺃﻃﺮﺕ اﻟﻨﺼﺎﺭﻯ اﺑﻦ ﻣﺮﻳﻢ، ﻓﺈﻧﻤﺎ ﺃﻧﺎ ﻋﺒﺪﻩ، ﻓﻘﻮﻟﻮا ﻋﺒﺪ اﻟﻠﻪ، ﻭﺭﺳﻮﻟﻪ»

“Ibnu Abbas mendengar Umar berkhutbah di mimbar bahwa beliau mendengar Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda, "Janganlah kalian memujiku seperti kaum Nasrani memuji putra Maryam. Aku hanyalah hamba Allah. Katakan bahwa aku adalah seorang hamba Allah dan Rasul-Nya."

Di dalam hadis tersebut tegas sekali pernyataan Rasulullah shallallahu ‘alaiahi wa sallam bahwa beliau tidak berkenan dipuji dengan pujian yang melampaui jatidirinya sebagai hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala, padahal beliau insan mulia yang dipuji oleh karena keluhuran akhlaknya. Beliau pun dijamin maksum. 

Sementara itu, di dalam HR Ahmad dan HR Abu Daud dijelaskan bahwa dari Abdullah bin Syakir,

جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: أَنْتَ سَيِّدُ قُرَيْشٍ؟ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” السَّيِّدُ اللهُ “، فَقَالَ: أَنْتَ أَفْضَلُهَا فِيهَا قَوْلًا، وَأَعْظَمُهَا فِيهَا طَوْلًا؟ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” لِيَقُلْ أَحَدُكُمْ بِقَوْلِهِ وَلَا يَسْتَجِرَّنَّهُ الشَّيْطَانُ أَوِ الشَّيَاطِينُ”

"Suatu hari seseorang datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian dia mengatakan, “Apakah Anda sayyidul Quraisy?” Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “as-Sayyid adalah Allah” maka sahabat mengatakan, “Engkau adalah orang yang paling mulia di antara kita, paling besar jasanya?” Oleh karena itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Katakanlah perkataan yang biasa kalian ucapkan, dan jangan jadikan perkataan kalian menjadi tunggangan setan-setan.”  

Bagaimana halnya sikap Abu Bakar ash-Shidiq tatkala dipuji? Beliau berdoa,

اللَّهُمَّ أَنْتَ أَعْلَمُ مِنِّى بِنَفْسِى وَأَنَا أَعْلَمُ بِنَفْسِى مِنْهُمْ اللَّهُمَّ اجْعَلْنِى خَيْرًا مِمَّا يَظُنُّوْنَ وَاغْفِرْ لِى مَا لاَ يَعْلَمُوْنَ وَلاَ تُؤَاخِذْنِى بِمَا يَقُوْلُوْنَ

“Ya Allah, Engkau lebih mengetahui keadaan diriku daripada diriku sendiri dan aku lebih mengetahui keadaan diriku daripada mereka yang memujiku. Ya Allah, jadikanlah diriku lebih baik dari yang mereka sangkakan, ampunilah aku terhadap apa yang mereka tidak ketahui dariku, dan janganlah menyiksaku dengan perkataan mereka.” 

(Diriwayatkan oleh al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman)

(Sumber: https://muslim.or.id/54736-jangan-terlena-dengan-pujian.html)

Pelajaran Berharga

Dari sikap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Abu Bakar ash-Shiddiq ketika dipuji ada pelajaran berharga yang harus kita petik. Di antara pelajaran itu adalah (1) umat Islam tidak dibenarkan memuji Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam secara berlebih dengan memberikan sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala kepadanya, (2) para penulis lirik lagu perlu (setidak-tidaknya) didampingi ulama yang kredibel sebagai konsultan; lebih baik lagi penulis lirik lagu itu memahami ajaran Islam secara kaffah (termasuk memahami akhlak Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam secara utuh) agar tidak melakukan kesalahan fatal dalam penulisan lirik lagu, dan (3) ulama wajib mencerahkan umat Islam agar menjadi umat yang berkemajuan dalam berkesenian baik sebagai penulis lirik lagu, pencipta lagu, pemusik, maupun sebagai apresiator.

Jika umat Islam dapat memetik pelajaran tersebut, resepsi pernikahan dengan hiburan seni musik dan seni suara tidak menyebabkan desakralisasi pernikahan. Bahkan, merupakan suatu keniscayaan, resepsi pernikahan tersebut dapat berfungsi sebagai media dakwah. Aamiin.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Diskursus dan Pembelajaran Bahasa untuk Membangun Peradaban Manusia Pidato Pengukuhan Guru Besar TE....

Suara Muhammadiyah

2 January 2025

Wawasan

Pendekatan Kritis dalam Otentikasi Hadits Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universit....

Suara Muhammadiyah

18 November 2024

Wawasan

Kesehatan Otak, Para Pemimpin Indonesia Antara “Leadership” dan “Dealership”....

Suara Muhammadiyah

23 October 2023

Wawasan

Membantah Argumentasi Iblis: Belajar dari kisah Nabi Adam  Oleh: Miqdam Awwali Hashri, M.Si, A....

Suara Muhammadiyah

23 March 2024

Wawasan

Kembali Ke Masa Depan IMM: Menjembatani Internalisasi dan Internasionalisasi Oleh: Dwi Kurniadi (Ka....

Suara Muhammadiyah

14 March 2025

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah