Perang Pakistan-India dan Instabilitas Dunia Islam

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
256
Foto Istimewa/Pixabay

Foto Istimewa/Pixabay

Oleh: A. Junaedi Karso, Guru Besar FISIP Universitas Muhammadiyah Makassar


Dunia Islam kini tengah dihadapkan pada berbagai konflik dan ketegangan. Selain konflik berlarut di Palestina, Yaman, Suriah, Libanon, kini muncul ketegangan baru yang mengancam stabilitas kawasan. Pakistan terlibat perang terbuka dengan tetangganya India. 

Sudah lebih dari sepekan Pakistan-India berkonflik militer.  Kedua negara mengerahkan pasukannya masing-masing di wilayah perbatasan sekitar Kashmir. Daerah yang kerap menjadi titik sengketa kedua negara.

Kedua pasukan saling baku tembak. Pesawat tempur dan rudal-rudal pun turut memanaskan peperangan. Telah puluhan korban berjatuhan dari kedua belah pihak. Belum lagi gedung-gedung dan berbagai bangunan yang hancur terkena rudal. 

Perseteruan Pakistan-India dipicu oleh kasus terbunuhnya 26 wisatawan India di Lembah Baisaran daerah Kashmir. India menuduh Pakistan mendukung kelompok teroris yang membunuh para wisatawan. Sementara Pakistan menolak tuduhan India. Pihak Islamabad membantah keras keterlibatannya dalam peristiwa berdarah itu dan meminta adanya penyelidikan yang transparan, kredibel, dan tidak memihak. 

Perang Pakistan-India kian menyulut ketegangan di kawasan Timur Tengah (Middle East). Eskalasi konflik militer kedua negara dikhawatirkan akan berpengaruh pada stabilitas politik dan keamanan kawasan. Terlebih lagi peperangan keduanya bisa menyeret keterlibatan beberapa negara sekutu seperti China, Rusia, Israel, Turki, Iran, dan Bangladesh.

Bahaya Konflik dan Instabilitas

Secara umum sebagian besar negara di Timur Tengah adalah negara dengan mayoritas penduduk Muslim. Istilah Timur Tengah digunakan untuk merujuk pada wilayah geografis yang mencakup negara-negara di antara Asia, Afrika dan Eropa. Kawasan ini memiliki sejarah panjang terkait Islam dan tempat lahirnya agama Islam.

Ada sekitar 17 negara yang sering dianggap sebagai bagian dari wilayah Timur Tengah. Beberapa negara tersebut di antaranya adalah Irak, Iran, Oman, Mesir, Bahrain, Turki, Uni Emirat Arab, Qatar, Palestina, Yaman, Suriah, Lebanon, Arab Saudi, Kuwait, dan Yordania.

Pakistan sendiri secara geografis terletak di Asia Selatan. Namun negara dengan penduduk Muslim termasuk terbesar di dunia itu kerap disebut sebagai bagian dari Timur Tengah Raya. 

Nilai strategis dan kekayaan sumber daya alam Timur Tengah seperti minyak, menjadikan kawasan ini gampang goyah. Regional khusus ini mudah diperebutkan oleh berbagai negara dan pihak-pihak berkepentingan, termasuk Amerika Serikat, Rusia, China, dan Uni Eropa. 

Dengan realitas semacam itu, konflik yang meletup di antara negara kawasan dapat berdampak luas hingga regional dan global. Kasus perang Arab-Israel, Iran-Irak, Israel-Palestina, hingga Pakistan-India, menunjukkan sensitifitas geopolitik Middle East. Sewaktu-waktu kawasan ini mudah tersulut konflik dan peperangan. Dan jika konflik meletus mudah menyebar secara eskalatif.

Masyarakat internasional khawatir atas peperangan Pakistan-India. Apalagi keduanya memiliki persenjataan nuklir. Pada tingkatan tertentu memungkin salah satu atau kedua negara menggunakan senjata pemusnah massal itu. Bila itu terjadi kita tidak bisa membayangkan jutaan korban jiwa serta kehancuran yang diakibatkannya. 

Sejak bentrokan bersenjata antara India dan Pakistan pada tanggal 24 April 2025, telah terjadi beberapa kali perang terbuka yang melibatkan kedua pasukan. Baik India maupun Pakistan masing-masing mengklaim keunggulannya dalam peperangan. Negara-negara sekutu juga sudah menunjukkan dukungannya pada kedua belah pihak yang berseteru. 

Melihat kegentingan perang militer Pakistan-India, pemerintah Amerika Serikat berinisiatif untuk meredakan konflik. Presiden Donald Trump menawarkan gencatan senjata kedua pihak bertikai pada tanggal 10 Mei 2025. Namun tampaknya pihak India menolak keterlibatan Washington dan menganggap Donald Trump hanya mengklaim sepihak. 

Banyak analis politik yang meragukan keseriusan gencatan senjata tersebut. Sebab tampaknya India dan Pakistan belum betul-betul menerima usulan pencapaian perdamaian. Api permusuhan keduanya belum lagi reda. Faktor rivalitas historis yang panjang menyebabkan India-Pakistan terjebak pada perseteruan abadi. Kedua negara bertetangga itu tak ubahnya musuh bebuyutan. Permusuhan keduanya mudah tersulut oleh berbagai pemicu menjadi kobaran perang.

Perang Pakistan-India memperkeruh kompleksitas permasalahan di Timur Tengah. Rasanya makin rumit untuk mengurai ketegangan di kawasan. Sementara kasus perang Rusia-Ukraina belum menunjukkan langkah penyelesaian. Dan agresi Israel ke wilayah Palestina justru makin menggila. Belum lagi konflik yang merebak di Lebanon, Suriah, dan Yaman.

Kiranya tensi politik di dunia Islam kian memanas. Bara konflik membayang-bayangi kawasan negeri para nabi. Di tengah kelesuan ekonomi global, permusuhan antar negara dapat menimbulkan instabilitas fora internasional. Dalam kondisi demikian bisa menjerumuskan dunia pada krisis ekonomi. 

Karena itu perlu keterlibatan kelembagaan internasional seperti PBB dan OKI (Organisasi Kerjasama Islam). Mereka diharapkan mampu menjadi fasilitator bagi penyelesaian konflik-konflik antar negara. Jangan sampai konflik yang ada berkembang menjadi perang yang meluas.

Sebaliknya kita berharap ada kesadaran negara-negara untuk bersinergi menyelesaikan permasalah kelesuan ekonomi dunia. Sebab tanpa adanya kesadaran dan kesediaan sinergi antar negara, akan sulit menciptakan perdamaian dunia dan mewujudkan kemajuan ekonomi global.

Ada pula analis yang memandang skeptis atas permasalahan yang mengemuka. Mereka pesimis justru dikarenakan ada pihak-pihak yang mempunyai kepentingan dan ambisi sendiri. Pihak-pihak ini tak segan-segan memaksakan kehendaknya. Berbuat sedemikian rupa dengan menghalalkan segala cara. Bahkan hingga melakukan penghancuran, pembunuhan, dan genosida.  

Kondisi yang disharmonis dan penuh ketegangan bila tidak segera dicarikan solusinya akan menyulut bara konflik yang lebih luas. Kita tentu tidak berharap ini menjadi semacam pintu gerbang Perang Dunia Ketiga. Karena jika itu terjadi dampaknya kehancuran yang maha dahsyat.

Kita pun berharap kiranya pemerintah Indonesia di bawah Presiden Prabowo Subianto mampu berperan lebih aktif untuk membangun dialog positif dan konstruktif antar negara bangsa. Indonesia dinilai berpotensi memainkan peran strategis dalam percaturan global. 

Indonesia yang berpenduduk Muslim terbesar di dunia cukup dipandang di kancah internasional. Indonesia termasuk pendiri dan anggota aktif kelembagaan OKI  dan ASEAN. Dengan keluasan relationship, kapasitas, serta komitmen, Indonesia akan mampu turut berpartisipasi mendorong terwujudnya stabilitas dan perdamaian dunia.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Buya Hamka dan Tasawuf Moderen  Oleh: Fokky Fuad Wasitaatmadja, Universitas Al Azhar Indonesia....

Suara Muhammadiyah

11 December 2023

Wawasan

Ikhtiar Awal Menuju Keluarga Sakinah (26) Oleh: Mohammad Fakhrudin (warga Muhammadiyah tinggal di M....

Suara Muhammadiyah

29 February 2024

Wawasan

Ibadah Haji dan Persamaan Nilai Kemanusiaan Oleh: Alvin Qodri Lazuardy, M. Pd Ibadah haji merupak....

Suara Muhammadiyah

19 June 2024

Wawasan

Oleh: Drh H Baskoro Tri Caroko, LPCRPM PP Muhammadiyah, Bidang Pemberdayaan Ekonomi, Seni dan Budaya....

Suara Muhammadiyah

6 September 2024

Wawasan

Pemimpin Matang di Pohon Oleh : Ahsan Jamet Hamidi, Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah Legoso dan ....

Suara Muhammadiyah

27 August 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah