Menjaga Diri dari Tindakan Kejahatan

Publish

4 July 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
55
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Oleh: Royyan Mahmuda AD., SH., MH, Pengurus PCPM Bumiayu

Bagi setiap muslim, perbuatan menjaga diri untuk tidak melakukan sebuah tindak kejahatan merupakan perbuatan yang sangat baik bahkan dikategorikan sebagai sebuah ibadah bernama sedekah. Sebagaimana dalam salah satu riwayat, Rosulullah SAW bersabda, "Setiap Muslim harus bersedekah. Para sahabat bertanya, wahai Nabi, bagaimana dengan orang yang tidak mempunyai apapun? Beliau menjawab, hendaknya dia berusaha dengan tangannya supaya mendatangkan manfaat bagi dirinya dan bersedekah. Mereka bertanya, jika tetap tidak memiliki apapun? Beliau menjawab, hendaknya dia menolong orang yang membutuhkan pertolongan dan bantuan, jika tidak ada juga? Beliau menjawab hendaknya dia melakukan kebaikan dan menahan diri dari kejahatan. Sebab ini merupakan sedekah baginya". (HR. Bukhari)

Ketika setiap muslim menjaga diri untuk tidak melakukan sebuah kejahatan padahal dia memiliki potensi untuk melakukannya dan senantiasa melakukan kebaikan maka yang akan terwujud adalah sebuah kedamaian. Perbedaan adalah sebuah keniscayaan bagi manusia, terlebih lagi masyarakat Indonesia dengan keanekaragaman suku dan budaya. Hal yang paling penting adalah bagaimana menjaga keharmonisan di tengah perbedaan tersebut, tentu toleransi adalah kunci utamanya. Teringat sebuah kisah di masa lalu tentang pendiri Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan, yang memiliki perbedaan pendapat dengan tokoh-tokoh lainnya. Akibatnya, salah satu mushola tempat kegiatan Kiai Dahlan dirusak secara anarkis saat itu. Ironisnya baik yang merusak maupun korban perusakan sama-sama beragama Isalm. 

Tentu ini merupakan kisah yang kelam dalam sejarah Muhammadiyah, tetapi tetap ada pembelajaran yang dapat dipetik yaitu pentingnya toleransi dalam setiap perbedaan. Dan wujud nyata toleransi adalah dengan tidak melakukan tindakan yang jahat seperti perbuatan anarkis. Maka tidak heran apabila saat ini Muhammadiyah sebagai gerakan islam mendirikan Amal Usaha di beberapa daerah yang mayoritas masyarakatnya bukan beragam Islam  bahkan menghadirkan KrisMuha (Keisten-Muhammadiyah), karena pelajaran kelam masa lalu tentang pahitnya menerima tindakan anarkis akibat sebuah perbedaan, sehingga saat ini Muhammadiyah selalu melahirkan sikap inklusif dalam setiap amal gerakannya. 

Dalam buku Pelajaran Kiai Haji Ahmad Dahlan : 7 Falsafah dan 17 Kelompok Ayat Al-Qur'an, Kiai Ahmad Dahlan pernah berkata : "Aku mengerti barang yang haq dan bathil seperti aku mengerti agama nashrani dan belajar agama nashrani, tetapi apabila aku tidak mengerjakan agama nashrani aku bukan orang nashrani, demikian juga umpamanya aku mengerti cara-cara mencuri, menipu atau menindas, tetapi aku tidak menjalankan itu semua, maka aku bukan pencuri, penipu ataupun penindas. Demikian juga aku mengerti agama islam, tetapi jika aku tidak mengerjakan ajaran agama islam maka aku bukan orang islam".

Tentu kita bisa memaknai sesuai perspektif masing-masing yang membaca ungkapan kiai Dahlan tersebut. Tetapi, paling tidak ada satu hal yang sangat penting dalam ungkapan tersebut, yaitu urgensi beramal soleh sebagai implementasi agama Islam. Kita mengerti dan mengetahui amal-amal soleh baik dari bacaan, mendengarkan ceramah ataupun hasil pencarian dari kitab-kitab para ulama. Namun, jika itu hanya mengendap di alam pikiran tanpa berwujud tindakan, itu hanyalah sebatas pengetahuan dan keislaman kita belum sepenuhnya sempurna. Karena berislam bukan cuma sekadar keyakinan dan pengetahuan, melainkan harus diwujudkan dalam tindakan. 

Menjaga diri agar tidak melakukan kejahatan berupa tindakan anarkis merupakan sebuah amal soleh. Bersikap toleran terhadap hal-hal yang berbeda antar sesama manusia pun termasuk amal soleh. Jadi apabila setiap muslim dapat menerapkan amal soleh berupa penjagaan diri dari berbuat jahat seperti melakukan tindakan anarkis terhadap kelompok yang berbeda serta menerapkan toleransi terhadap masyarakat dengan agama yang berbeda maka sebenarnya ia telah menerapkan Islam dalam kehidupannya. Sehingga nanti yang akan terwujud adalah kerukunan, keamanan, kedamaian dan ketentraman dalam kehidupan.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Oleh: Tito Yuwono, PhD, Dosen Jurusan Teknik Elektro-Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, Penguru....

Suara Muhammadiyah

13 June 2025

Wawasan

Ikhtiar Awal Menuju Keluarga Sakinah (30) Oleh: Mohammad Fakhrudin (warga Muhammadiyah tinggal di M....

Suara Muhammadiyah

28 March 2024

Wawasan

Oleh: Wahyudin Kader IMM Jogja. Tinggal di Nusa Tenggara Timur Muhammadiyah terus berkomitmen untu....

Suara Muhammadiyah

13 September 2024

Wawasan

Sumber Foto Unsplash Difabel itu Normal, Catatan Film ”Jendela Seribu Sungai” Oleh: A....

Suara Muhammadiyah

24 July 2023

Wawasan

Oleh: Bayujati Prakoso Tim Penyusun Manifesto Gerakan Inklusif Berkemajuan Muktamar IMM ke-XX tela....

Suara Muhammadiyah

12 March 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah