Lewat Khutbah Idul Fitri, Haedar Nashir Ajak Umat Islam Bangun Hidup yang Moderat

Publish

10 April 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
477
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr H Haedar Nashir, MSi

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr H Haedar Nashir, MSi

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr H Haedar Nashir, MSi mengatakan Puasa Ramadhan yang diejawantahkan sebagai bagian dari kewajiban dalam Islam memiliki makna sebagai menahan diri dari makan, minum, dan pemenuhan kebutuhan biologis yang sah sejak awal waktu fajar sampai terbenam matahari. Puasa mengandung makna  setiap orang beriman mesti memiliki ketahanan diri yang kokoh dari segala urusan duniawi yang keberlebihan.

”Urusan dunia seperti harta, uang, sandang, papan, pangan, kedudukan, kekuasaan, dan hal-hal inderawi yang serba menyenangkan manusia mesti dipenuhi dengan baik dan secukupnya, namun tidak boleh melampaui batas.,”ucapnya dalam Khutbah Idul Fitri 1445 H di Lapangan Kampus Terpadu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) pada Rabu (10/4).

Namun realitas saat ini menunjukkan, segala masalah dan penyakit kehidupan manusia sering terjadi karena sikap berlebihan, rakus, dan melampaui batas. Makan dan minum yang berlebihan menimbulkan penyakit di tubuh manusia. Penyimpangan, penyalahgunaan, korupsi, konflik, serta prahara dalam kehidupan masyarakat dan bangsa sering terjadi karena nafsu menguasai dan rebutan kepentingan yang berlebihan. 

”Karena nafsu ingin menang melampui batas timbullah penghalalan segala cara dalam segala kontestasi kehidupan. Ketika menang bersikap angkuh diri tanpa rasa syukur. Ketika kalah jatuh diri dan larut dalam kekecewaan berkepanjangan tanpa sikap tawakal. Kontestasi politik, olahraga, dan kehidupan sehari-hari jika disikapi berlebihan banyak menimbulkan masalah seperti saling benci dan permusuhan yang keras dalam hubungan antarmanusia,”ujarnya.

Sementara agama Islam mengajarkan hidup cukup dengan hasil dari ikhtiar yang bersifat halal dan baik. Sebaliknya segenap umat Islam mesti menjauhi segala hal yang melampaui batas. Yaitu seperti sikap ekstrem yang mengarah pada berlebihan (ghuluw) maupun yang mengarah pada penegasian (tafrith) dan mengurang-ngurangkan (tanqis) tidak dibenarkan oleh ajaran agama Islam. 

”Ketika harus bernahyu-munkar pun mesti dengan cara yang makruf atau baik; di samping  dengan hikmah, edukasi yang baik, dan mujadalah yang lebih baik sejalan pendekatan dakwah yang diajarkan Allah (QS Al-Nahl: 125),”tegasnya.

Dalam kesempatan itu, Guru Besar Sosiologi UMY ini mengajak kaum muslimin melalui puasa Ramadan dan Idul Fitri untuk membangun sikap hidup tengahan dan tidak berlebihan.  Menurutnya setiap muslim mesti bersikap wasathiyah atau atau moderat dalam menjalani kehidupan.

"Bangun keseimbangan hidup antara ruhani dan jasmani, jiwa dan fisik, individu dan kolektif, ibadah mahdhah dan muamalah, serta antara dunia dan akhirat secara utuh, bermakna, dan bertujuan utama. Di situlah makna hidup manusia yang bermartabat mulia (fi ahsan at taqwim) yang membedakannya dengan makhluk Tuhan lainnya,” tandasnya. (Cris)


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

SURAKARTA, Suara Muhammadiyah - Ayah Bunda, mudah tidak kita sebagai orang tua menjadi bestie anak? ....

Suara Muhammadiyah

19 February 2024

Berita

WONOGIRI, Suara Muhammadiyah - Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kwarda Wonogori Menyelenggarakan Musy....

Suara Muhammadiyah

30 June 2024

Berita

MAKASSAR, Suara Muhammadiyah – Pimpinan Pusat Muhammadiyah menetapkan bahwa 1 Ramadan 1445 H j....

Suara Muhammadiyah

10 March 2024

Berita

MAKASSAR, Suara Muhammadiyah - Sebanyak 60 mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Un....

Suara Muhammadiyah

20 April 2024

Berita

SURAKARTA, Suara Muhammadiyah - SURAKARTA - Dalam rangka memperingati Bulan Kesehatan Gigi Nasional ....

Suara Muhammadiyah

18 November 2023

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah