Haedar Nashir: Masa Depan Kita Ditentukan Hari Ini

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
351
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr Haedar Nashir MSi saat memberikan sambutan dalam acara ground breaking pembanguan TK ABA Semesta di Bodeh, Kabupaten Sleman (3/6).

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr Haedar Nashir MSi saat memberikan sambutan dalam acara ground breaking pembanguan TK ABA Semesta di Bodeh, Kabupaten Sleman (3/6).

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Mengambil momentum yang tepat di tengah perubahan yang cepat, bagi Haedar Nashir menjadi sebuah kenicayaan yang harus ada di dalam setiap langkah dan gerak Muhammadiyah maupun Aisyiyah. Jika hal itu tidak segera dilakukan, ia khawatir, Muhammadiyah dan Aisyiyah sebagai organisasi dakwah dan pergerakan akan semakin ketinggalan zaman. 

"Kalau kita tidak ingin berubah, kita akan ketinggalan zaman," ujarnya pada saat menyampaikan sambutan di acara ground breaking pembangunan TK ABA Semesta (3/6).

Sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, ia mengapresiasi gagasan besar Pimpinan Pusat Aisyiyah bersama UNISA yang berikhtiar mendirikan lembaga pendidikan berwawasan global (TK ABA Semesta) di kawasan Bodeh, Ambarketawang, Kabupaten Sleman. “Ini langkah yang bagus. Lompatan perubahan yang besar,” tegasnya.  

Menurutnya, terobosan-terobosan semacam ini jika tidak segera dilakukan, akan membuat Muhammadiyah maupun Aisyiyah kehilangan momentum penting untuk menghadirkan perubahan ke arah yang lebih baik. 

"Kalau kita mempertahankan dogma-dogma yang bersifat kaifayah, tentu kita akan ketinggalan kereta," tegasnya. 

Ia berkeyakinan bahwa masa depan sangat ditentukan oleh masa kini. Yang artinya, perlu ada rancang bangun untuk menjemput masa depan. Di antaranya melalu pembangunan Muhammadiyah Sapen Universal School (seminggu yang lalu), TK ABA Semesta (sekarang), dan pembangunan gedung Madrasah Muallimaat dalam waktu dekat. 

“Jika hal ini tidak segera dilakukan dengan kesungguhan, tentu masa depan hanya akan menjadi sesuatu yang bersifat teologis yang dogmatis dan normatif saja,” pesannya. 

Ayat-ayat yang selama ini dihafal, hanya berhenti pada hafalan. Tidak melahirkan sesuatu yang berdampak secara langsung bagi kehidupan keumatan dan kebangsaan. Ayat-ayat ini harus di objektivasi dan kita tetap dalam kerangka penerjemahan dan pelaksanaan, pengaplikasian ayat-ayat yang ada. Serta kita harus selalu berfastabiqul khairat," tutup Haedar. (diko)

                                                    

 


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Sebanyak 47 tokoh Budha dari 17 negara yang berperan sebagai Dewan ....

Suara Muhammadiyah

23 November 2023

Berita

PURWOREJO, Suara Muhammadiyah - Lembaga Pengembangan Pesantren Pimpinan Daerah Muhammadiyah (LP2M PD....

Suara Muhammadiyah

23 October 2024

Berita

JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Mengejawantahkan dakwah di era digitalisasi seperti sekarang ini....

Suara Muhammadiyah

23 June 2025

Berita

LAMPUNG, Suara Muhammadiyah – Rangkaian Suara Muhammadiyah Road To Sumatera ditandai dengan pe....

Suara Muhammadiyah

5 October 2024

Berita

BLORA, Suara Muhammadiyah – SMK Muhammadiyah Cepu, yang lebih dikenal SMK Muda Cepu, sebagai S....

Suara Muhammadiyah

25 September 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah