YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Jenazah Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2005-2010 yang juga Wakil Pemimpin Umum Suara Muhammadiyah A Rosyad Soleh tiba di Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta, Kamis (31/7). Selanjutnya, shalat jenazah dilaksanakan usai pelaksanaan shalat Zuhur.
Pantauan Suara Muhammadiyah, hadir Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, Ketua PP Muhammadiyah Agus Taufiqurrahman, Ketua Umum PP ‘Aisyiyah Salmah Orbayyinah, Kepala Badan Pelaksana Badan Pengelola Keuangan Haji Fadlul Imansyah.
Tampak juga, Tokoh Muhammadiyah lain, Ketua Umum PP Muhammadiyah periode 2005-2010 dan 2010-2015 Din Syamsuddin, Penasihat Khusus Presiden Bidang Haji yang juga Ketua PP Muhammadiyah Muhadjir Effendy, sesepuh Muhammaidyah Muchlas Abror, dan beberapa tokoh Muhammadiyah- dan ‘Aisyiyah lainnya.
Mewakili pihak keluarga, Azman Latief, menyampaikan terima kasih kepada seluruh mu'azziyin (takziah laki-laki) dan mu'azziyat (takziah perempuan) yang telah menaruh perhatian begitu rupa kepada jenazah dengan mengirimkan karangan bunga, terkhusus senandung doa.
“Kami mewakili pihak keluarga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dan dukungan doa dari seluruh bapak ibu sekalian. Semua itu menambah ketenangan hati bagi keluarga. Mudah-mudahan semua doa bapak ibu diterima oleh Allah SwT,” katanya.
Sementara, Haedar mengingatkan semua manusia kelak akan menemukan jalan akhir kehidupan di dunia. Dan tidak ada seorang pun yang bisa menghindarinya.
“Kita yang ada di sini pun sama. Tinggal menunggu waktu yang semuanya merasa siap dan hanya Allah yang tahu. Karena itu tiga amal harus dilakukan, amal jariyah, selalu mendidik anak-anak kita untuk shaleh dengan mendoakan kita, dan ilmu yang selalu kita manfaatkan,” bebernya.
Haedar mengenang sosok Rosyad bukanlah tokoh baru di Muhammadiyah. Almarhum telah bergabung di PP Muhammadiyah sejak tahun 1975 sampai 2010.
“Beliau sempat menjadi anggota PP Muhammadiyah bersama Pak Ar Fachrudin, Pak Amien Rais, Pak Syafii Maarif, dan terakhir Pak Din Syamsuddin pada satu periode pertama,” ungkapnya.
Selain sebagai salah satu tokoh Muhammadiyah, Haedar melihat Rosyad mampu memancarkan suluh keteladanan dan kebersahajaan bagi semua orang.
“Beliau adalah tokoh Muhammadiyah panutan. Kata dan tindakannya sejalan, rendah hati, dan lebih khusus taat azaz pada organisasi,” ucapnya.
Sepelik apa pun, Rosyad tetap mengatur sistematisasi organisasi dengan runut, termasuk memberikan secercah solusi. Pada saat yang sama, semasa hidupnya, Rosyad melahirkan buku bertajuk “Managemen Dakwah” dan “Muhammadiyah Gerakan Islam.”
“Lengkaplah perjalanan beliau sebagai tokoh Muhammadiyah baik dalam khazanah intelektual dengan nulis buku, pemikiran-pemikirannya, maupun jejak langkahnya dalam mengawal Muhammadiyah,” ujarnya.
Lebih lanjut, Rosyad, merupakan penggagas lahirnya organisasi otonom Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) bersama dengan M Djazman Al Kindi, Amien Rais, dan Sudibyo Markus.
“Tentu bagi anak-anak muda, khususnya AMM (Angkatan Muda Muhammadiyah), perlu menjadi contoh dan jejak untuk mengambil teladan dari para tokoh besar ini,” sebutnya.
Haedar mendoakan Rosyad agar segenap amal ibadahnya diterima Allah SwT. “Menjadi ahlul jannah (ahli surga),” tandasnya.
Setelah shalat jenazah usai, dilanjutkan prosesi pemakaman. Jenazah Rosyad dikebumikan di Makam Karangkajen Brontokusuman, Mergangsan, Yogyakarta. (Cris)
