BANDUNG, Suara Muhammadiyah – Dosen Prodi Akuntansi UM Bandung Hendriyana mengatakan bahwa ekonomi berkemajuan merupakan warisan penting KH Ahmad Dahlan sang pendiri Muhammadiyah yang harus terus dilanjutkan. Termasuk oleh Aisyiyah. Hal ini ia sampaikan saat menjadi narasumber dalam program Gerakan Subuh Mengaji (GSM) Jawa Barat belum lama ini.
Menurut Hendriyana, dakwah yang diajarkan Ahmad Dahlan tidak hanya di mimbar, tetapi melalui pemberdayaan sosial dan ekonomi umat. Semangat ini kemudian diteruskan oleh Aisyiyah dengan fokus pada penguatan peran perempuan, keluarga, dan komunitas.
Ia menjelaskan bahwa ekonomi berkemajuan berarti umat Islam tidak boleh tertinggal, tetapi harus produktif, mandiri, dan kompetitif. Konsep ini memadukan spiritualitas, profesionalitas, serta keberpihakan pada umat sehingga dakwah ekonomi tidak hanya mengajak bersyukur, tetapi mendorong umat berdaya dan berkontribusi menghadirkan solusi nyata dan harapan bagi umat.
Hendriyana menegaskan ada empat pilar utama ekonomi berkemajuan, yaitu spiritualitas dan nilai, literasi dan kompetensi, ekosistem komunitas, serta inovasi sosial dan filantropi. Pilar-pilar ini diwujudkan melalui pendidikan finansial keluarga, penguatan UMKM dan koperasi, digitalisasi usaha, serta pengelolaan dana zakat, infak, sedekah, dan wakaf secara produktif.
Lebih lanjut, ia menyoroti pentingnya profesionalisme dalam mengelola ekonomi umat. Transparansi, akuntabilitas, dan penerapan good governance menjadi syarat mutlak agar umat percaya dan ekosistem usaha dapat berkembang secara berkelanjutan.
Hendriyana juga menyinggung fenomena terkini yang relevan, seperti program WEpreneur 3 by BCA Syariah yang membina UMKM perempuan, meningkatnya literasi keuangan perempuan, gerakan kedaulatan pangan, serta dorongan membangun komunitas ekonomi lokal yang resilien dan mandiri. Menurutnya, praktik-praktik baik ini dapat menjadi inspirasi bagi roadmap ekonomi berkemajuan.
Menurut Hendriyana, model pendampingan berkelanjutan seperti ini bisa diadaptasi menjadi program pendampingan UMKM anggota Aisyiyah, membangun komunitas kolaboratif, dan memfasilitasi pertumbuhan usaha secara terstruktur dan inklusif.
”Dengan mengambil inspirasi dari berbagai program, ditopang literasi keuangan, koperasi modern, kemandirian pangan lokal, dan semangat sosial entrepreneurship, Aisyiyah dapat membuktikan bahwa dakwah ekonomi bukan hanya teori, tetapi nyata, adaptif, dan berkemajuan,” ujarnya.
Hendriyana menekankan bahwa ekonomi berkemajuan adalah jalan dakwah kontemporer. ”Warisan Ahmad Dahlan dan Aisyiyah mengajarkan bahwa menolong sesama bukan hanya dengan doa, tetapi dengan daya dan karya. Harapan kita, Aisyiyah mampu menjadi komunitas ekonomi berdaulat, inklusif, syariah, dan berkelanjutan,” pungkasnya.***(FA)