Apakah Islam Mengistimewakan Arab di atas Non-Arab?

Publish

22 March 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
1442
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Apakah Islam Mengistimewakan Arab di atas Non-Arab?

Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas

Al-Qur`an menyebutkan, “Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun, melainkan dengan bahasa kaumnya, agar dia dapat memberi penjelasan kepada mereka.” (QS. 14: 4). Ada yang bertanya mengapa sebagian besar Nabi berasal dari Timur Tengah dan mereka berbahasa Ibrani atau Arab? Mengapa Allah mengharuskan kita untuk memahami pesan dalam bahasa yang tidak kita mengerti? Ini terasa sulit bagi non-Arab karena kita harus berjuang belajar bahasa Arab untuk beribadah kepada Allah dengan sempurna.

Ayat di atas sebenarnya menunjukkan bahwa para Nabi telah diutus kepada masyarakat di seantero dunia. Bahkan, Al-Qur`an lebih lanjut mengatakan bahwa Allah telah mengutus para nabi yang berbicara dalam bahasa berbagai kaum. Dan setiap kaum memiliki nabi, وَلِكُلِّ قَوْمٍ هَادٍ (dan bagi tiap-tiap kaum ada orang yang memberi petunjuk, QS 13: 7) yang membimbing mereka. Dalam tingkatan tertentu, mereka mungkin para Nabi atau Rasul. Mereka juga bisa orang-orang bijak dan sebagainya yang telah ada sepanjang sejarah dan tersebar luas di seluruh dunia.

Kita bisa memahami kebingungan orang tentang hal ini. Bukankah Allah Maha Adil? Tentu saja, kita semua tahu bahwa Allah itu adil. Tetapi pertanyaannya adalah, bagaimana kita bisa melihat keadilan itu? Dan mengapa orang-orang non-Arab tampaknya memiliki kesulitan dalam mengakses ajaran Allah?

Pada dasarnya, kita bisa katakan bahwa Allah menilai semua orang berdasarkan pilihan yang tersedia bagi mereka. Masing-masing dari kita memiliki serangkaian pilihan tertentu. Ada kalanya tak banyak yang bisa kita lihat dalam jangkauan pilihan kita. Di sana ada pilihan yang baik dan ada pilihan yang buruk.

Orang baik adalah mereka yang memilih pilihan baik dalam jangkauan mereka. Jangkauan Anda tidak sama dengan jangkauan saya. Setiap masyarakat mengetahui jangkauan pilihan masing-masing dan Allah akan menilai mereka menurut tingkat pengetahuan yang telah sampai kepada mereka. Allah berfirman, “Kami telah menurunkan kitab suci (Al-Qur'an) kepadamu (Nabi Muhammad) dengan (membawa) kebenaran sebagai pembenar kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan sebagai penjaganya (acuan kebenaran terhadapnya)“ (QS 5:48.

Jadi tingkat pengetahuan apa pun yang sampai kepada manusia, itulah yang akan mereka pertanggungjawabkan. Para Nabi yang disebutkan dalam Al-Qur`an adalah Nabi-Nabi berbahasa Ibrani dan Arab, itu karena lingkungan di mana Al-Qur`an dan kitab  suci lainnya disampaikan kepada manusia yang berbahasa demikian. Seandainya Al-Qur`an diturunkan di lingkungan yang berbeda, bisa jadi kitab itu ditujukan kepada orang yang berbeda pula dengan bahasa yang berbeda pula.

Namun, dalam konteks itu, penting bagi suatu kaum untuk diingatkan tentang para Nabi yang sudah mereka ketahui. Jika Al-Qur`an akan memberi tahu suatu kaum tentang seorang Nabi yang tidak mereka ketahui, maka itu tidak akan mencapai tujuan. Al-Qur`an, dalam arti tertentu, juga dinamakan hujjah atau argumen.

Dalam sebuah argumen, Anda memiliki premis yang mengarah pada kesimpulan. Jika premisnya adalah “Anda mengenal Nabi ini, oleh karena itu Anda harus mendengarkan Nabi itu" dan premis ini memang berhasil. Tetapi jika premisnya adalah “Ada Nabi masa lalu yang tidak Anda ketahui sama sekali tentangnya, maka Anda harus mendengarkannya ketika dia berkata A, B, C.” Ini tidak akan berfungsi sebagai argumen. Karena alasan seperti ini, Al-Qur`an berbicara seperti yang dilakukannya dan merujuk pada tokoh-tokoh yang dirujuknya. Sebab itu bermakna bagi lingkungan tersebut. 

Dalam Islam, mungkin terlihat bahwa penutur non-Arab dirugikan. Kita tak bisa menafikannya dalam skala terentu. Jika seseorang ingin mencapai tingkat pakar dalam Islam, dia harus berurusan dengan teks-teks asli, dan itu membutuhkan pengetahuan bahasa dan sebagainya. Untungnya, semakin banyak terjemahan kini tersedia. Keadaan menjadi lebih mudah, namun masih belum ideal. Anda masih perlu kembali untuk menganalisis bahasa Arab. Ini sama seperti jika seseorang sedang mempelajari Alkitab, dia perlu tahu bahasa Ibrani atau Yunani pada tingkat keilmuan.

Namun pada tingkat individu, kita semua bisa menjadi Muslim terbaik dan bahkan bisa menjadi lebih baik daripada orang yang benar-benar berbicara bahasa Arab. Dalam kurva pembelajaran, terkadang sulit bagi Muslim baru khususnya untuk mulai shalat seperti yang telah dilakukan Muslim selama ratusan tahun. Seolah-olah semua Muslim yang kita kenal membaca lancar dalam bahasa Arab. Apakah bisa dibayangkan bagaimana kesulitan sementara orang saat mempelajari huruf hijaiyah dalam bahasa Arab ketika kita sudah dewasa?

Karenanya, banyak ulama menyarankan agar Anda mulai dengan buku shalat yang memiliki semua bacaan yang diterjemahkan ke dalam bahasa Anda. Mulailah dengan membaca terjemahannya. Anda dapat shalat setelah memahami terjemahan sebagai awal. Terkait dengan berdoa, Anda bisa berdoa dalam bahasa yang berbeda karena Allah memahami semua bahasa.

Imam Abu Hanifah, salah satu ulama terbesar dalam sejarah kita, pernah berkata bahwa jika seseorang tidak bisa berbahasa Arab, atau bahkan jika mereka tahu sedikit bahasa Arab, akan lebih baik bagi mereka untuk berdoa dalam bahasa ibu mereka. Hal ini karena doa mereka akan lebih bermakna bagi mereka. Seorang mualaf, misalnya, dapat merasa nyaman dalam agama ini sejak hari pertama menjadi Muslim, alih-alih melalui fase terbata-bata karena mencoba melafalkan kata-kata yang mereka dengar untuk pertama kalinya.

Nabi Muhammad SAW bahkan berkata “Tidak ada keutamaan orang Arab di atas orang non-Arab.” Sabda Nabi ini sesuai dengan pesan Al Qur`an: “Yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang bertakwa” (QS 49: 13).


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Khazanah

Apa Gunanya Hadits? (Bagian ke-2) Oleh: Donny Syofyan Hadits adalah sumber penjelasan Al-Qur&rsquo....

Suara Muhammadiyah

21 November 2023

Khazanah

Ibrah Sejarah Maroko - Spanyol Oleh: Sudarnoto Abdul Hakim, Guru Besar Ilmu Sejarah dan Peradaban I....

Suara Muhammadiyah

26 April 2024

Khazanah

Serangan Mongol (Bagian ke-3) Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas P....

Suara Muhammadiyah

20 December 2023

Khazanah

Hadits: Etos Kerja Profetik Pribadi Muslim  Ziyadul Muttaqin, Alumni PUTM Yogyakarta, Pemuda M....

Suara Muhammadiyah

29 August 2024

Khazanah

Singa di Atas Meja: Sosok Kasman Singodimedjo di Mata Sahabat  Oleh: Mu’arif Mr. Kasman....

Suara Muhammadiyah

21 September 2023

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah