Ibrahim dalam Al-Qur`an dan Alkitab

Publish

16 October 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
557
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Ibrahim dalam Al-Qur`an dan Alkitab (Serial Para Nabi)

Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas

Sosok Ibrahim begitu sentral dalam agama Yahudi, Kristen, dan Islam, namun ironisnya, para arkeolog belum menemukan jejak nyata keberadaannya maupun keluarganya. Bagaimana kita memahami hal ini? 

Ibrahim hidup pada masa yang sangat lampau, bahkan tahun kelahirannya pun masih menjadi perdebatan. Ada yang memperkirakan sekitar 2300 SM berdasarkan petunjuk tentang penguasa Mesir dan wilayah sekitarnya, namun ada pula yang menyebut 1800 SM. Setelah 4000 tahun berlalu, sulit mengharapkan bukti fisik yang gamblang.

Bagi umat Muslim, Al-Qur`an adalah wahyu Ilahi, dan kita memiliki landasan kuat untuk mempercayainya. Al-Qur`an menegaskan bahwa Ibrahim adalah sosok historis. Ketika Al-Qur`an memerintahkan kita mengikuti ajaran Ibrahim, kita yakin sedang menaati perintah Tuhan. Sejujurnya, tanpa Al-Qur`an, kita sebagai manusia modern mungkin akan sama skeptisnya dengan para sejarawan mengenai eksistensi Ibrahim. 

Mari kita mengenal lebih dekat sosok Ibrahim. Bagaimana dia digambarkan dalam Alkitab dan Al-Qur`an? Apakah dia dihormati, dan apa yang kedua kitab suci tersebut katakan tentang kepribadiannya?

Baik dalam Perjanjian Lama, Perjanjian Baru, maupun Al-Qur`an, Ibrahim secara konsisten ditampilkan sebagai nabi agung, pemimpin bijaksana, dan teladan bagi umat beriman. Dalam studi sejarah agama, ia bahkan dijuluki "bapak monoteisme". Alkitab, khususnya kitab Kejadian, mengisahkan perjalanan hidupnya secara panjang lebar dan berulang kali menyebut namanya. Ibrahim dianggap sebagai contoh nyata keimanan yang teguh, di mana kepercayaannya kepada Tuhan diakui sebagai kebenaran.

Dalam Perjanjian Lama (atau Tanakh, Kitab Suci Ibrani), khususnya Kejadian pasal 12, disebutkan bahwa Tuhan akan memberkati mereka yang memberkati Ibrahim. Menariknya, dalam doa sehari-hari, umat Islam juga memohon berkah bagi Nabi Muhammad sebagaimana Tuhan telah memberkati Ibrahim. Meskipun doa ini tidak secara langsung ditujukan kepada Ibrahim, namun ini menunjukkan pengakuan umat Islam akan kemuliaan Ibrahim di sisi Tuhan.

Lebih jauh lagi, dalam Kejadian Pasal 12 dan selanjutnya, Tuhan menjanjikan Ibrahim bahwa keturunannya akan sangat banyak, seperti pasir di tepi laut. Saat ini, banyak orang yang mengaku sebagai keturunan Ibrahim, baik melalui Ishak maupun Ismail. Banyak orang Arab khususnya, merasa memiliki hubungan darah dengan Ibrahim melalui Ismail. Alkitab sendiri menyebutkan bahwa Ismail, putra pertama Ibrahim, memiliki dua belas putra yang disebut sebagai pangeran, salah satunya adalah Kedar. Dari Kedar inilah kemudian lahir suku Quraisy, suku Nabi Muhammad SAW.

Dengan demikian, umat Islam memandang Nabi Muhammad SAW sebagai keturunan Ismail, yang berarti juga keturunan Ibrahim. Melalui Nabi Muhammad SAW, tak hanya banyak orang yang secara silsilah terhubung dengan Ibrahim, tetapi yang lebih penting lagi, terdapat 1,9 miliar Muslim yang menganggap Ibrahim sebagai pendahulu keyakinan mereka. Hal ini karena Al-Qur`an menyerukan untuk mengikuti agama Ibrahim, yang dikenal sebagai penganut monoteisme sejati. Umat Muslim memandang Nabi Muhammad sebagai keturunan Ismail, yang berarti juga keturunan Ibrahim. Tak hanya itu, Nabi Muhammad menghubungkan 1,9 miliar Muslim saat ini dengan Ibrahim, sang pelopor keimanan. Al-Qur`an menyeru kita mengikuti agama Ibrahim, yang dikenal sebagai penganut tauhid sejati.

Ibrahim juga dihormati dalam agama Kristen dan Yahudi. Orang Kristen melihatnya sebagai teladan iman, sementara orang Yahudi memegang teguh perjanjian sunat yang diberikan kepada Ibrahim, yang masih dipraktikkan hingga kini, termasuk oleh umat Muslim. Lalu, mengapa Ibrahim dipandang sebagai seorang monoteis dalam Al-Qur`an dan Alkitab? Mari telusuri perjalanan spiritualnya.

Para sejarawan agama berpendapat bahwa politeisme mendahului monoteisme. Namun, tradisi Islam berbeda. Diyakini bahwa Adam, nabi pertama, menerima wahyu tentang cara menyembah Tuhan yang benar. Meski begitu, catatan Alkitab menunjukkan adanya penyembahan terhadap berbagai dewa sebelum Tuhan membuat perjanjian dengan Ibrahim, yang menjadi titik balik menuju monoteisme.

Kitab Keluaran menyebutkan bahwa Tuhan memperkenalkan diri-Nya sebagai "El Shaddai" kepada Ibrahim. Pada masa itu, masyarakat mungkin sedang beralih dari politeisme ke henoteisme, yaitu mengakui satu Tuhan utama meskipun dewa-dewa lain masih ada. Henoteisme ini kemudian berkembang menjadi monoteisme, keyakinan akan satu-satunya Tuhan.

Perjanjian Tuhan dengan Ibrahim inilah yang menjadi dasar monoteisme dalam agama Yahudi, Kristen, dan Islam. Konsep monoteisme, keyakinan akan satu Tuhan, ditegaskan dengan jelas dalam kitab Keluaran dan Ulangan. Ulangan pasal 4, misalnya, dengan tegas menyatakan "tidak ada Tuhan selain Dia", menolak keberadaan dewa-dewa lain. Keyakinan ini berakar dari perjanjian Tuhan dengan Ibrahim, yang kemudian diakui dalam agama Kristen dan Islam.

Namun, terdapat perbedaan menarik dalam penggambaran kisah Ibrahim antara Alkitab dan Al-Qur`an. Al-Qur`an menekankan perjalanan spiritual Ibrahim menuju monoteisme, sebuah pencarian iman yang tidak begitu ditonjolkan dalam Alkitab. Beberapa kisah Al-Qur`an tentang Ibrahim justru ditemukan dalam tafsir Yahudi, seperti kisah pencarian imannya dengan merenungkan bintang-bintang hingga akhirnya mengakui satu-satunya Tuhan, Pencipta alam semesta. Begitu pula kisah penghancuran berhala, yang tidak terdapat dalam Alkitab namun hadir dalam tafsir Yahudi. Ini menunjukkan bahwa Al-Qur`an merangkum dan mengembangkan pengetahuan yang ada pada masanya, memberikan panduan moral dan spiritual yang lebih mendalam.

Kisah pengorbanan Ibrahim juga memiliki perbedaan. Al-Qur`an menggambarkannya sebagai ujian iman yang berhasil dilewati Ibrahim. Sementara dalam Alkitab, terkadang motifnya kurang jelas, seperti ketika ia meninggalkan Hajar dan putranya di padang pasir. Dalam tradisi Islam, tindakan ini dilakukan atas perintah Tuhan, sedangkan Alkitab lebih menyoroti kecemburuan antara istri-istri Ibrahim. Pada intinya, Al-Qur`an lebih menekankan aspek keimanan dan kepatuhan Ibrahim kepada Tuhan, sedangkan Alkitab terkadang memberikan gambaran yang lebih kompleks tentang motivasi dan tindakannya. 

Dalam versi Al-Qur`an, ketika Hajar bertanya pada Ibrahim apakah ia ditinggalkan atas perintah Tuhan, dan setelah dikonfirmasi, Hajar dengan penuh keyakinan berkata, "Tuhan tidak akan membiarkan kita binasa." Ini menunjukkan kekuatan iman kepada Tuhan. Namun, dalam kisah Alkitab, tindakan Ibrahim meninggalkan Hajar dan anaknya lebih didasari oleh kecemburuan Sarah, yang ingin anaknya menjadi pewaris tunggal. Ini memberikan nuansa berbeda, di mana tindakan tersebut bukan lagi perintah ilahi.

Dalam Al-Qur`an, kisah Ibrahim lebih berfokus pada keimanan, bukan kepemilikan tanah. Sebaliknya, Alkitab banyak menceritakan tentang tanah yang dijanjikan kepada Ibrahim dan bagaimana keturunannya harus merebut tanah tersebut. Memahami kisah Ibrahim secara menyeluruh membutuhkan pembacaan Alkitab oleh umat Muslim dan pembacaan Al-Qur`an oleh saudara-saudara Kristen dan Yahudi kita. Dengan demikian, kita bisa mendapatkan gambaran yang utuh tentang sosok penting ini.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Khazanah

Pemikiran Hasan Al-Banna (Bagian ke-2) Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas A....

Suara Muhammadiyah

5 March 2024

Khazanah

Pemikiran Hasan Al-Banna (Bagian ke-3) Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas ....

Suara Muhammadiyah

6 March 2024

Khazanah

Menilik Relasi Bung Karno Dan Muhammadiyah Bengkulu Berdasarkan Arsip Koran Lokal “Penaboer&....

Suara Muhammadiyah

11 October 2023

Khazanah

Al Ghazali dan Inkoherensi (Bagian ke-2) Oleh: Donny Syofyan Pada hari pertempuran, para bangsawan....

Suara Muhammadiyah

7 November 2023

Khazanah

Menafsirkan Al-Qur`an dengan Al-Qur`an Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas ....

Suara Muhammadiyah

29 April 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah