YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) kembali menorehkan prestasi membanggakan. Sebanyak 14 proposal Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) berhasil lolos pendanaan dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) Republik Indonesia tahun 2025. Capaian ini menjadikan UMY sebagai perguruan tinggi dengan jumlah proposal PKM terbanyak yang didanai di bawah naungan Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah V.
“Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, kami bersyukur atas capaian ini. Ini merupakan buah dari kerja sama tim, dari universitas, Subdirektorat Kreativitas, Penalaran, dan Kewirausahaan, fakultas, program studi, para dosen pembimbing, hingga mahasiswa penggiat PKM. Ini juga membuktikan bahwa UMY mampu bersaing secara nasional dalam pengembangan kreativitas dan riset mahasiswa,” ujar Muhammad Yusvin Mustar, S.T., M.Eng., Kepala Subdirektorat Kreativitas, Penalaran, dan Kewirausahaan UMY, Jum'at (11/7).
Dari total 14 proposal yang didanai, mayoritas berasal dari bidang PKM-RSH (Riset Sosial Humaniora) sebanyak lima kelompok, dan PKM-RE (Riset Eksakta) sebanyak empat kelompok. Sisanya terdiri dari tiga kelompok PKM-KC (Karsa Cipta), satu kelompok PKM-KI (Karya Inovatif), dan satu kelompok PKM-PM (Pengabdian kepada Masyarakat). Menurut Yusvin, dominasi proposal dari bidang riset menunjukkan bahwa iklim penelitian di kalangan mahasiswa UMY sangat hidup dan sehat. Hal ini didukung oleh keterlibatan dosen pembimbing yang kompeten serta fasilitas kampus yang menunjang kegiatan riset lintas program studi.
Dalam proses seleksi, UMY menerapkan tahapan internal yang ketat melalui program “Kompetisi Ide Kreatif” (KIK). Proposal dari setiap program studi dikurasi, lalu mahasiswa mengikuti berbagai tahapan pembinaan, mulai dari sosialisasi, pendampingan oleh dosen dan alumni PKM, coaching class, hingga review oleh tim subdirektorat. Strategi ini diterapkan untuk memastikan bahwa proposal yang dikirim ke tingkat nasional benar-benar matang dan berdaya saing tinggi.
Meski berhasil meraih capaian tertinggi, Yusvin mengakui bahwa tantangan tetap ada, terutama dalam membentuk tim lintas disiplin.
“PKM yang kompetitif menuntut kolaborasi berbagai keahlian. Di sinilah mahasiswa belajar membangun tim dan berpikir lintas bidang,” jelasnya.
Tantangan serupa juga dirasakan oleh para dosen pembimbing yang harus cermat mengarahkan tim dalam meramu kekuatan multidisipliner menjadi satu gagasan utuh.
Dari sisi implementasi, salah satu program PKM-PM yang lolos tahun ini fokus pada pengabdian di lingkungan sekolah dasar, khususnya dalam meningkatkan kesadaran siswa terhadap pentingnya menjaga kesehatan gigi sejak dini. Meskipun hanya satu proposal di bidang pengabdian yang berhasil didanai, Yusvin menekankan bahwa program tersebut tetap memberikan dampak nyata bagi masyarakat mitra.
UMY sendiri tidak hanya menilai keberhasilan PKM dari jumlah proposal yang lolos pendanaan, tetapi juga dari tumbuhnya budaya PKM yang aktif dan berkelanjutan di kalangan mahasiswa. Ke depan, UMY akan terus mendorong pengembangan proposal di berbagai bidang, termasuk kewirausahaan, karsa cipta, dan karya inovatif yang aplikatif bagi masyarakat.
Lebih lanjut, Yusvin menegaskan bahwa UMY memiliki komitmen penuh dalam mendukung kegiatan PKM, baik dari sisi pendanaan, pendampingan, penyediaan fasilitas, maupun kebijakan kelembagaan. Ia juga berharap mahasiswa dapat menjalankan program yang telah didanai dengan penuh tanggung jawab serta memberikan dampak nyata bagi masyarakat. Sementara para dosen pembimbing diharapkan tetap aktif mendampingi mahasiswa untuk menjaga kualitas pelaksanaan program.
“Keberhasilan PKM bukan sekadar diukur dari besarnya dana yang diterima, tetapi dari bagaimana proses itu membentuk karakter, cara berpikir, dan kepedulian mahasiswa terhadap masyarakat. Inilah nilai yang kami tekankan di UMY,” tutupnya. (mut)
