JAKARTA, Suara Muhammadiyah - Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Jakarta (FISIP UMJ) menggelar Seminar Internasional bertajuk Integrasi Kesehatan dan Pekerjaan Sosial, secara hybrid di Aula Kasman Singodimedjo, Selasa (05/11/2024).
Kegiatan yang dipandu Dosen Prodi Kesejahteraan Sosial FISIP UMJ Tuti Alawiyah, MSSW, Ph.D. ini menghadirkan Prof. Paul DuongTran, M.S., M.S.W., Ph.D. dari College of Health, Human Services and Nursing, Department of Social Work, California State University.
Hadir pula Pekerja Sosial dari Tim Transplantasi Organ dan Jaringan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Virolia Pramadita Putri, S.Tr.Sos. serta Dosen Fakultas Kedokteran dan Kesehatan UMJ sekaligus Project Director Mentari TB Dr. dr. Pitut Aprilia Savitri, MKK.
Dalam paparannya, Paul membahas mengenai pekerja sosial di Amerika Serikat. Menurutnya, para pekerja sosial di Negeri Paman Sam banyak mengisi berbagai lapangan kerja, seperti di sekolah, rumah sakit, lapas, komunitas dan sebagainya.
Pada kesempatan ini, ia berfokus pada pekerja sosial medis yang memberikan dukungan dan bantuan kepada pasien beserta keluarga, sejak awal masuk rumah sakit, masa pengobatan serta perawatan, hingga pendampingan setelah pulang dari rumah sakit.
Para pekerja sosial medis bertugas menilai kebutuhan psikologis dan sosial pasien beserta keluarganya. Mereka bekerja sama dengan tenaga kerja medis profesional untuk mengembangkan rencana pengobatan.
Mereka juga memberikan konseling atau terapi untuk membantu pasien maupun keluarga dalam mengatasi dampak emosional dan sosial dari penyakit maupun kecacatan.
"Pekerja sosial medis juga membantu pasien dan keluarga mengakses sumber daya serta layanan komunitas, seperti bantuan keuangan, perumahan, dan transportasi," ucapnya.
Selaras dengan Paul, Pitut yang membahas pengalamannya sebagai Koordinator Community Care dalam Penanganan Kasus TBC di rumah sakit, khususnya di Muhammadiyah dan Aisyiyah mengatakan, pekerja sosial berperan penting dalam menurunkan pengidap TBC di Indonesia.
Menurutnya, pekerja sosial berkontribusi terhadap pasien TBC Resistensi Obat (RO) dapat diberikan dalam tiga tahap pokok, yaitu penemuan kasus, pengobatan, dan pencegahan infeksi.
"Pendampingan pasien TBC RO yang dilakukan oleh petugas kesehatan, keluarga dan komunitas dimulai sejak pasien TBC RO terdiagnosis. Harapannya pasien dapat sesegera mungkin mengakses layanan TBC RO, meningkatkan angka keberhasilan pengobatan serta meningkatkan kesadaran pencegahan dan pengendalian infeksi," jelas Pitut.
Terakhir, Virolia menerangkan peran pekerja sosial medis dalam lingkup transplantasi, baik dari ginjal, hati, dan mata. Ia mengungkapkan, perawatan yang dialami pasien transplantasi ini berlaku sepanjang hidup. Para pasien memiliki resiko terhadap nyawanya jika tidak diatasi dengan benar.
Oleh karena itu, para pekerja sosial berperan mendampingi, mendorong, dan memotivasi para pasien pasca transplantasi untuk kehidupan yang lebih baik ke depannya. "Pekerja sosial medis hadir untuk membantu pasien dan keluarga dalam menavigasi transisi kehidupan sehalus dan sebaik mungkin," pungkas Virolia.
Seminar Internasional digelar atas kerja sama FISIP UMJ, FKK UMJ, California State University, dan Independen Pekerja Sosial Profesional Indonesia (IPSPI). Turut hadiri Wakil Dekan II FISIP UMJ Dr. Muhammad Sahrul, M.Si. serta jajaran Dosen Kesejahteraan Sosial dan diikuti mahasiswa semester 1 dan semester 3 FISIP UMJ.