YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) resmi membuka Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Bedah, sekaligus menjadi Perguruan Tinggi Swasta (PTS) pertama di Indonesia yang menghadirkan pendidikan lanjutan di bidang kedokteran bedah.
Pembukaan PPDS Bedah UMY telah mendapatkan izin resmi berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Nomor 766/B/O/2025 yang diterima pada Rabu (10/9).
Pendaftaran program dilakukan sepenuhnya secara daring melalui laman resmi admisi UMY. Dalam keterangannya, Dr. Bachtiar Dwi Kurniawan, S.Fil.I., MPA., selaku Sekretaris Universitas, menjelaskan bahwa proses seleksi dirancang ketat untuk menjamin kualitas calon residen.
“Tahap pertama adalah seleksi administrasi, semua dokumen diunggah di website pendaftaran. Setelah lolos, peserta mengikuti tes tertulis meliputi akademik dan psikotes, lalu tes kesehatan di RS AMC. Tahap akhir adalah wawancara dengan tim psikiatri dan program studi,” papar Bachtiar, Rabu (10/9).
Ia menegaskan bahwa syarat pendaftaran disusun sesuai standar pendidikan dokter spesialis. Para pendaftar wajib melampirkan portofolio pekerjaan, publikasi ilmiah, ijazah dan transkrip nilai yang dilegalisasi, sertifikat kompetensi dengan rekomendasi kolegium, STR (Surat Tanda Registrasi) yang masih berlaku, sertifikat profesi, serta sertifikat TOEFL dengan skor minimal 500.
Dari sisi biaya, Bachtiar menyebut skema pembayaran telah disusun agar sebanding dengan fasilitas dan layanan yang ditawarkan. Biaya pendaftaran ditetapkan sebesar Rp5 juta, sedangkan SPP per semester mencapai Rp50 juta hingga semester kedelapan.
“Kami berupaya menghadirkan biaya yang proporsional dengan fasilitas memadai. Jadi memang total biaya cukup besar, tetapi kualitas pendidikan dan layanan akademik yang diperoleh juga sepadan,” ujarnya.
Keunggulan program ini tidak hanya pada aspek akademik, tetapi juga fasilitas pendukung yang komprehensif. UMY memiliki rumah sakit pendidikan, rumah sakit gigi dan mulut, serta jaringan rumah sakit Muhammadiyah yang luas. Selain itu, residen juga difasilitasi tempat tinggal, ruang kerja, dapur, area olahraga, hingga sarana hiburan.
“Kami ingin residen tidak hanya belajar, tetapi juga tetap menjaga kesehatan fisik dan mental. Ada gym, karaoke, dan fasilitas olahraga. Semua disiapkan agar mereka merasa nyaman,” jelas Bachtiar.
UMY juga menegaskan komitmen terhadap mutu pendidikan melalui sistem quality control yang ketat. Lulusan ditargetkan dapat menyelesaikan studi tepat waktu dengan capaian akademik unggul.
“Fakultas kesehatan kami telah terakreditasi unggul dan proses pembelajaran selalu dikawal secara sistematis. Dengan dukungan jaringan rumah sakit Muhammadiyah yang luas, para dokter spesialis lulusan UMY memiliki peluang besar untuk mengembangkan karier,” tambahnya.
Dengan keunggulan akademik, fasilitas, dan jaminan kualitas yang dimiliki, UMY optimis menjadi pusat pendidikan dokter spesialis yang kredibel dan dipercaya masyarakat. Bachtiar meyakini bahwa investasi biaya yang dikeluarkan akan sebanding dengan kualitas pembelajaran serta prospek kerja di masa depan. (NF)