TABANAN, Suara Muhammadiyah - Upaya Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengembangkan dan melindungi warisan dunia Subak Bali mendapat apresiasi dari The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO). Pada tanggal 14 Oktober, tim UNESCO datang dan mengamati bagaimana pengembangan dari Subak Bali, utamanya dalam aspek air, lingkungan, hingga pangan. Ini juga bagian dari program UMM untuk mendukung tercapainya Sustainable Development Goals (SDGs). Turut hadir perwakilan UNESCO dan sekretaris daerah Kabupaten Tabanan.
Adalah Julia Baribeau dan Prof. Adv. Giuseppe Musumeci yang mewakili UNESCO. Mereka mengatakan bahwa pihaknya mengapresiasi usaha Kampus Putih dalam memelihara Subak Bali. Mereka juga ikut serta mengunjungi ke hulu sungai, temuku air di sawah, titik demplot, dan akhir dari aliran air. Tanggapan Julia dan Masumeci juga positif terkait berbagai inovasi dan upaya UMM selama ini.
“Jangan hanya dilakukan di Tabanan saja, tapi UMM juga harus meluaskan jangkauannya di berbagai daerah di Bali. Bahkan bisa diimplementasikan se-provinsi Bali agar manfaatnya juga bisa dirasakan orang banyak,” kata mereka.
Sementara itu, ketua tim pengembangan Subak UMM Prof. Dr. Ir. Indah Prihartini, M.P. senang karena demonstration site (demplot) yang ada di Subak bisa diakui oleh organisasi dunia. Hal itu juga tak lepas dari upaya UMM mengajukan ke UNESCO agar mendapakat rekognisi internasional. Bukan hanya sebagai sebagai lokasi pengembangan dan pemeliharaan air, tapi juga budaya, lingkungan dan pangan.
“Beberapa waktu lalu, tim kami juga sempat mepresentasikan dan mengajukannya di workshop UNESCO yang bertempat di Tiongkok. Kami menjelaskan bahwa UMM ingin menjalankan smart organic farming untuk meningkatkan Subak Bengkel sebagai pusat pangan, lingkungan, dan budaya. Kemudian tim Ecohydrology UNESCO datang dan mengapresiasi dan menyetujui pengajuan kami ini,” katanya.
Implementasi teknologi dalam pertanian ini juga memberikan dampak yang positif. Terhitung ada 9-12 ton per hektar yang dihasilkan di sembilan titik. Indah dan tim juga mendampingi prosesnya dari awal hingga akhir. Misalnya saja dengan berkoordinasi terkait teknologi, pemanfaatan limbah di tempat pengelolaan sampah reduce, reuse, recycle (TPS3R) menjadi pupuk organik, hingga penggunaan pestisida alami.
“UMM juga memiliki biofarm yang digunakan dalam pengembangan ini. Biofarm mampu memberishkan lahan dari residu kimia dan juga meningaktkan kesuburan tanah. Otomatis produktivitas tanahnya juga meningkat serta mempercepat waktu panen,” jelas Indah.
Adapun sertifikat dan legitimasi atas pengakuan ini akan diserahkan langsung pada Desember mendatang. Indah mengatakan, penetapan Subak sebagai demonstratio site memotivasi timnya untuk menghadapi tugas berat. Salah satunya berupaya agar sistem subak dan pertanian di sana tidak berbubah menjadi hunian rumah. Begitupun dengan menciptakan lingkungan yang baik dan terpelihara.
“Langkah-langkah yang kami lakukan ini bertujuan untuk meningkatkan pendapatan petani, menstabilkan harga dan inflasi, menciptakan industri berbasis desa yang mengolah dan mengelola produk pertanain. Ujungnya yakni turut membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Sebelumnya, hal serupa juga sukses dilaksanakan UMM di Bondowoso dan kami berharap bisa melakukannya di Bali ini,” pungkasnya. (diko)