JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Sarasehan songsong Tanwir I Aisyiyah dilaksanakan pada Jumat (22/11/2024) di Auditorium KH Ahmad Dahlan Lantai 1 Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah Menteng Raya, Jakarta Pusat. Sarasehan ini mengusung tema “Refleksi Gerakan Perempuan Menuju Indonesia Berkeadilan.”
Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyiyah Salmah Orbayyinah mengatakan, acara tersebut selain daripada songsong Tanwir pada Rabu-Jumat (15-17/1/2025) di Jakarta. Tema Tanwir 1 Aisyiyah sendiri yaitu “Dinamisasi Perempuan Berkemajuan Mewujudkan Indonesia Berkeadilan.” Pada saat yang sama, juga dalam rangka memperingati Hari Ibu, Ahad (22/12/2024).
“Dan yang tidak kalah pentingnya adalah kegiatan ini kita laksanakan dalam rangka Aisyiyah menyambut dengan hangat Kongres Wanita Indonesia (Kowani) pada tanggal 4 sampai 5 Desember 2024 di Jakarta,” katanya.
Terkait konteks perempuan, Salmah membeberkan Aisyiyah tidak lepas dari Kongres Perempuan Pertama pada Sabtu-Selasa (22-25/12/1928) di Kota Yogyakarta. Menurut Salmah, kala itu seluruh ketua ormas diberikan kesempatan untuk menyampaikan secercah gagasan dan pandangan sebagai misi menjalin persatuan dan kesatuan mewujudkan peradaban utama.
“Salah satunya dari Aisyiyah hadir saat itu Ibu Munjiyah dan Ibu Hayinah. Saya masih ingat, semua ketua ormas saat itu memberikan pandangan luar biasa bagaimana perempuan harus berjuang dan bersatu padu,” paparnya.
Munjiyah saat itu menyampaikan pidato tentang “Derajad Perempuan.” Salmah mengutip pandangan Munjiyah, “Perempuan dan lelaki Islam itu masing-masing berhak berkemajuan dan berkesempurnaan. Dan bahwasanya yang dikata kemajuan dan kesempurnaan itu adalah menurut hak dan batasannya sendiri-sendiri.”
“Bu Munjiyah ini termasuk orator ulung dari Aisyiyah. Sehingga saat itu, Bu Munjiyah juga diangkat sebagai Wakil Ketua Kongres Perempuan pertama,” ungkpanya.
Hasil Kongres Perempuan Pertama yakni mendirikan badan federasi, Perikatan Perkoempoelan Perempoean Indonesia (PPPI), kini Kowani. Menerbitkan surat kabar yang diamanahkan ke PPI. Dan mendirikan studifonds untuk menolong perempuan yang tidak mampu agar bisa sekolah.
“Saat ini Kowani masih terus eksis dan sudah beranggotakan 111 organisasi perempuan Islam tergabung di Kowani. Aisyiyah bersama 111 organisasi perempuan yang lain punya komitmen tinggi untuk memajukan bangsa dan negara menuju peradaban utama,” terangnya.
Salmah mengatakan, ada tujuh ormas perempuan yang menjadi inisiator kongres perempuan pertama. Ketujuh organisasi tersebut adalah Aisyiyah, Wanita Taman Siswa, Wanita Katolik, Wanita Utama, Jong Islaminten Bond, Jong Java Bagian Wanita, Putri Indonesia.
“Semuanya memiliki komitmen perempuan untuk merdeka. Dan sampai saat ini dari tujuh itu, Alhamdulillah tiga yang masih aktif, Aisyiyah, Wanita Katolik, dan Wanita Taman Siswa," ucapnya.
Ketua Umum Kowani Giwo Rubianto Wiyogo menyampaikan betapa besarnya peran Aisyiyah sebagai salah satu founding father KOWANI. Dirinya berpesan, “Teruslah dikawal, dibimbing gerakan-gerakan pemberdayaan perempuan dan termasuk program-programnya oleh Aisyiyah. Karena seorang Ibu tidak boleh melupakan anaknya,” harapnya.
Hadir Ketua PP 'Aisyiyah, Latifah Iskandar dan Siti Aisyah. Hadir sebagai pemateri, Siti Zuhro, Peneliti Senior BRIN; Lusia Willar, DPP Wanita Katolik RI; Siti Syamsiyatun, Ketua LPPA PP 'Aisyiyah; dan Sri Yoeliati Sugiri, Wanita Taman Siswa. (Cris/Jan)