Refleksi 58 Tahun Kokam
Oleh: Rumini Zulfikar
Setiap tanggal 1 Oktober, kita sebagai warga negara dan warga persyarikatan dipanggil kembali untuk mengenang sebuah peristiwa yang terjadi pada tahun 1965, yaitu peristiwa Gerakan 30 September dan Hari Kesaktian Pancasila. Bagi warga persyarikatan, keluarga besar Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah (KOKAM), peristiwa ini memiliki makna khusus karena melahirkan KOKAM sebagai bentuk rasa patriotisme anak bangsa yang bersatu melawan gangguan dan ancaman yang ingin menggantikan Ideologi Pancasila dengan Ideologi Komunis yang didukung oleh Partai Komunis Indonesia.
Berdirinya KOKAM tidak terlepas dari peran tokoh-tokoh seperti Kolonel HS Projokusumo (Allah yarham) dan Lukman Harun. Pada saat itu, Lukman Harun menjabat sebagai Ketua PP Pemuda Muhammadiyah. Pertemuan penting yang berlangsung dalam kondisi gelap gulita di IKIP Muhammadiyah Jakarta menjadi awal dari perjalanan KOKAM.
Dengan gerakan yang cepat dan terorganisir dengan baik, KOKAM segera menjalankan aktivitasnya dan tumbuh pesat di berbagai daerah seperti Jogja, Jawa Tengah, Jawa Timur, bahkan Makasar. Tugas utama KOKAM saat itu adalah membantu TNI dalam menumpas Gerakan 30 September yang dipimpin oleh PKI. KOKAM mendapat julukan "Anak Masnya RPKAD (KOPASUS)" karena mereka mendapatkan pendidikan dan latihan langsung dari RPKAD, dan setiap pengukuhan anggota KOKAM diadakan di kantor Koramil atau kantor Polsek serta mendapatkan penghargaan dari RPKAD yang ditandatangani langsung oleh Panglima RPKAD Sarwo Edi atas jasa dan partisipasinya dalam penumpasan Gerakan 30 September.
Dengan usia yang mencapai 58 tahun, KOKAM telah banyak mengalami perjuangan dan pengalaman dalam membentengi persyarikatan, menjaga bangsa, dan negara dari pihak-pihak yang berupaya menggantikan Ideologi Pancasila. Semboyan "Tauhid, Ilmu, Amal" telah menjadi pedoman KOKAM dalam berkhidmat bagi persyarikatan Muhammadiyah, bangsa, dan negara.
Selama perjalannya, KOKAM sempat mengalami masa vakum akibat kebijakan penguasa, namun mereka bangkit kembali pada tahun 1995 dengan tekad untuk terus berkontribusi bagi bangsa dan negara. Dalam merayakan Milad ke-58 tahun ini dengan tema "KOKAM Bermartabat, Kawal Pemilu Damai untuk Indonesia yang Berkemajuan," KOKAM bertekad untuk kembali pada doktrin kesatuan organisasi organik dengan Janji Setia Melati sebagai pedoman:
1. Ajaran Islam adalah tujuan perjuangan kami.
2. Ridha Allah adalah perjuangan kami.
3. Pelopor, pelangsung, dan penyempurna gerakan Muhammadiyah.
4. Ilmu, amal, dan takwa adalah bekal perjuangan kami.
5. Jihad dan berkurban adalah semangat perjuangan kami.
6. Tabah, tekun, terampil, trengginas, teruji, dan terarah adalah sikap mental perjuangan kami.
KOKAM menghadapi tantangan zaman dalam era digital yang penuh dengan perubahan masif. Sebagai garda terdepan dalam menjaga dan membela persyarikatan Muhammadiyah, anggota KOKAM harus memiliki jiwa patriotisme yang kuat. Mereka juga harus memiliki intuisi tajam dan objektif, serta wawasan yang luas, serta komitmen yang kuat dalam menjaga marwah kesatuan dan persyarikatan.
KOKAM memiliki peran penting dalam berbangsa dan bernegara yang mencakup urusan kemanusiaan, kebencanaan, dan ekologi. Oleh karena itu, KOKAM harus mengintegrasikan Janji Setia Melati dengan triloginya dalam setiap tindakan mereka untuk memajukan Indonesia sesuai dengan potensi dan kapabilitas yang dimiliki.
Di usianya yang ke-58 tahun, KOKAM bertekad untuk terus menjadi agen perubahan dan mewarisi semangat juang dari para tokoh awal yang memiliki kepribadian yang negarawan. Selamat Milad KOKAM ke-58, semoga semakin solid dan senantiasa menjaga marwah kesatuan persyarikatan Muhammadiyah.
Rumini Zulfikar, Ketua PRM Troketon, Pernah menjadi PLT Ndan KOKAM 2013 Pedan, Klaten