Prof Yuli Kusumawati: Deteksi Dini Kesehatan Mental Ibu Hamil Masih Terabaikan

Publish

28 August 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
366
Dok Istimewa

Dok Istimewa

SURAKARTA, Suara Muhammadiyah – Persoalan kesehatan ibu di Indonesia kerap dibicarakan dalam konteks fisik, mulai dari anemia, kekurangan energi protein, hingga gizi. Namun, ada sisi lain yang sering terabaikan yaitu kesehatan mental ibu hamil.

Hal tersebut menjadi fokus perhatian Prof. Dr. Yuli Kusumawati, SKM., M.Kes – Guru Besar bidang Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), yang menekankan pentingnya keseimbangan antara kesehatan fisik dan mental dalam masa kehamilan.

“Selama ini, pemeriksaan kehamilan di Puskesmas lebih banyak menanyakan kondisi fisik ibu. Tidak ada pertanyaan sederhana seperti, ‘Apakah ibu bahagia dengan kehamilan ini?’ Padahal, gangguan mental seperti stres, kecemasan, hingga depresi nyata dialami oleh banyak ibu hamil,” terang Yuli, Rabu (27/8).

Ia memulai perhatiannya pada isu ini dari fakta bahwa angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi. Melalui pendekatan epidemiologi sosial, ia menelusuri penyebab yang lebih mendasar. Salah satu faktor kunci adalah kehamilan yang tidak direncanakan, baik yang tidak dikehendaki sama sekali, maupun pada pasangan yang sebenarnya telah berkeluarga tetapi tidak menginginkan anak lagi.

“Kehamilan yang tidak direncanakan cenderung meningkatkan risiko gangguan kesehatan mental. Sayangnya, data real mengenai seberapa besar masalah ini belum tercatat dengan baik di masyarakat,” jelasnya.

Berdasarkan temuannya, Yuli mengembangkan model skrining kesehatan mental untuk ibu hamil. Tujuannya adalah untuk deteksi dini agar tenaga kesehatan bisa merujuk pasien sesuai kebutuhan, apakah cukup ditangani bidan, memerlukan konseling psikolog, atau bahkan harus ke layanan kesehatan jiwa.

“Kalau bisa terdeteksi sejak awal, maka masalah mental ibu hamil bisa tertangani lebih cepat. Ini bukan hanya untuk keselamatan ibu, tapi juga kualitas tumbuh kembang janin,” ujarnya.

Bagi Yuli, intervensi medis saja tidak cukup. Ia menekankan pentingnya dukungan sosial, baik dari keluarga, masyarakat, maupun tenaga kesehatan dalam menjaga kesehatan mental ibu. Edukasi, konseling, hingga pendampingan yang berkelanjutan diyakini mampu menekan risiko depresi, mencegah kematian ibu, bahkan berkontribusi pada upaya pencegahan stunting.

“Generasi yang sehat, cerdas, dan berkualitas lahir dari ibu yang sehat, bukan hanya fisik tapi juga mental. Maka, skrining kesehatan mental dalam layanan Antenatal Care (ANC) harus dipandang sebagai kebutuhan mendesak,” tegasnya.

Yuli berharap gagasannya ini dapat semakin menguatkan agenda nasional dalam menekan angka kematian ibu, mencegah stunting, sekaligus melahirkan generasi masa depan yang sehat secara utuh. (Fika/Humas)


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

PALANGKARAYA, Suara Muhammadiyah - Lembaga Seni Budaya dan Olahraga (LSBO) Pimpinan Wilayah Muhammad....

Suara Muhammadiyah

24 June 2025

Berita

PEKANBARU, Suara Muhammadiyah - Universitas Muhammadiyah Riau (UMRI) akan menggelar prosesi wisuda d....

Suara Muhammadiyah

25 October 2024

Berita

SURAKARTA, Suara Muhammadiyah – SD Muhammadiyah Program Khusus (PK) Kottabarat Solo menggelar ....

Suara Muhammadiyah

31 January 2025

Berita

MEDAN, Suara Muhammadiyah - Tiga pemelajar Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) Universitas M....

Suara Muhammadiyah

12 June 2024

Berita

BANGGAI KEPULAUAN, Suara Muhammadiyah– Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Banggai Ke....

Suara Muhammadiyah

7 February 2025