MEDAN, Suata Muhammadiyah - Pejabat Konsul pada Konsulat Amerika dan Produser film dokumenter Hamtramck USA, gelar nonton bareng di Auditorium Kampus Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Jumat (22/3)..
Kegiatan ini berlangsung meriah dengan tema “Ramadan Outreach, Sharing Experience Islam In America Featuring Hamtramck, USA”. Dihadiri Pimpinan Fakultas, Dosen UMSU, Komunitas Film di Medan, Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Mahasiswa PMM hingga Mahasiswa Internasional.
Kehadiran Pejabat Konsul Amerika, Kristy Mordhorst dan Produser Film Amerika Razi Jafri disambut hangat oleh Rektor UMSU Prof. Dr. Agussani, MAP bersama WR III Dr. Rudianto, M.Si dan tim OIC UMSU.
“Terima kasih atas kehadirannya, tentu ini salah satu mimpi kami juga bisa menjalin kerja sama dengan Konsulat Amerika. Kami akan siap menjalin kerja sama untuk program-program berikutnya,” ujar Rektor UMSU, Prof.Dr.Agussani, MAP.
Perwakilan Konsulat Amerika, Kristy juga mengucapkan terima kasih karena UMSU sudah mendukung program American Film Showcase dan mendukung industri kreatif.
“American Film Showcase ini merupakan salah satu program Konsulat Amerika yakni mengadakan nobar film, pelatihan, kelas perfilman dan komunitas film yang telah dilakukan lebih di 60 negara,” ujar Kristy.
Program ini bertujuan untuk mengenalkan pemahaman keberagaman agama, demokrasi dan diplomasi di Amerika.
Pada pembukaan nobar film, WR III UMSU Dr. Rudianto menyampaikan bahwa Indonesia merupakan negera Islam terbesar di dunia yang memiliki banyak kegiatan dan aktivitas unik selama bulan Ramadan, sehingga mahasiswa UMSU beruntung dapat melihat film dokumenter ini.
“Saya terharu, sekarang muslim di New York Amerika bisa taraweh dan sangat luar biasa. Mungkin di Amerika masyarakat muslim sudah diterima dengan baik,” ujarnya saat membuka kegiatan.
Nobar & Diskusi Film
Film dokumenter berdurasi 93 menit ini diproduksi oleh Razi Jafri dan Justin. Menceritakan tentang kota imigran yakni Hamtramck. Kota ini awalnya berkembang pesat berkat imigran katolik Polandia, kemudian pada akhir 1990-an para imigran Muslim Bangladesh dan Yaman datang dan merevitalisasi kota ini.
Alur film ini menampilkan sejarah kota Hamtramck dibumbui dengan politik demokrasi yakni musim pemilihan wali kota. Para empat kandidat yang menjadi tokoh utama dalam film dokumenter ini menghadapi tantangan dan peluang ketika sedang berkampanye di kota mayoritas Muslim pertama di Amerika tersebut.
Setelah nobar, salah seorang dari Komunitas Film Medan, Amir Hamza Lubis melontarkan pertanyaan terkait cara pendekatan dengan politisi agar mau diwawancarai seperti di film tersebut.
Razi selaku produser film, menjelaskam bahwa dalam proses pembuatannya, dia dan tim tidak langsung melakukan syuting, tapi membangun kedekatan terlebih dahulu.
“Pertama mengunjungi Hamtramck tidak langsung membawa kamera dan merekam. Kami membangun kedekatan, berintraksi, menghabiskan waktu dan berkomunikasi tanpa direkam agar dapat menjalin kepercayaan,” jelas Razi.
Kemudian, Razi yang dipandu oleh tim OIC Khairunnisa menyampaikan, awal pembuatan film sempat ada penolakan.
“Masyarakat di kota Hamtramck memiliki trauma pada seorang vlogger yang meliput dan memberitakan yang tidak benat, tapi setelah pendekatan pada akhirnya mau dan bersedia,” kata Razi sebagai penutup diskusi.
Penutup, Razi menyampaikan bahwa acara ini luar biasa dan membuatnya terharu. Kegiatan diakhiri dengan foto bersama dan berbuka puasa. (Syaifulh/Riz)