WONOGIRI, Suara Muhammadiyah - Pondok Pesantren Muhammadiyah (PPM) Qur'an dan Sains (QURSAINS) SMA Muhammadiyah 1 Wonogiri menggelar olimpiade Qur'an-Sains Nasional pada Senin (14/04), diikuti oleh siswa/siswi tingkat SMP/Mts se-Indonesia secara daring menggunakan sistem CBT.
Agama dan sains, seringkali dianggap sebagai air dan minyak yang tidak akan pernah menyatu. Shoaib Ahmad Malik, seorang saintis dan teolog kontemporer, dalam bukunya, Islam and Evolution : Al-Ghazali and The Modern Evolutionary Paradigm, menuliskan bahwa, antara agama dan sains, masih terdapat ruang untuk didiskusikan, sehingga sangat memungkinkan untuk bersatu.
Melihat hal tersebut, Ponpes Muhammadiyah Qursains Wonogiri merasa penting untuk olimpiade ini dilaksanakan. Selain menjadi awal dialogis antara sains dan agama di tingkat SMP, juga untuk memberikan pemahaman bahwa dalam kehidupan, Al-Qur'an berkedudukan sebagai pondasi dan sains sebagai alat untuk membangun peradaban. Sehingga keduanya sangat penting untuk dipelajari di era perkembangan teknologi saat ini.
Sebagimana Fazlurahman, seorang pemikir muslim neomodernis, yang mengatakan Al-Qur’an ibarat puncak sebuah gunung es yang terapung. Di bawah puncak itu terdapat 90 persen bagian yang terpendam dalam air sejarah, dan hanya 15 persen saja yang tampak di permukaan. Untuk mengetahui 90 persen yang terpendam itu, diperlukan pendekatan keilmuan yang lain salah satunya dengan sains.
Dalam laporannya, ustadz Ikang Aji Setyawan Wibowo, SSos, selaku ketua pelaksana menyampaikan bahwa olimpiade ini diikuti oleh 450 peserta dengan dua cabang lomba. "Masing-masing diikuti oleh 246 peserta cabang integratif Al-Qur'an dan Sains, dilaksanakan di sesi pertama, dan 204 peserta di cabang Sains pada sesi kedua," ujarnya.
Kegiatan ini dibuka langsung oleh Prof Dr Agus Wahyu Triatmo, MAg, selaku Badan Pembina Harian (BPH) Ponpes Muhammadiyah Qursains SMA Muhammadiyah 1 Wonogiri. Dalam sambutannya, Agus memaparkan data posisi Indonesia di tingkat Asean dan dunia dari berbagai aspek, salah satunya adalah aspek literasi. "Generasi saat ini perlu belajar pada tokoh ulama ulama terdahulu seperti Al Khawarizmi yang dengan tekun belajar, tentu memadukan antara Al-Qur'an dan Sains," pesannya. (m)
Kontributor : Rahmat Balaroa