Pesantren Ahmad Dahlan Sipirok: Mulai dari Angkut Pasir-batu Hingga Kesebelasan PSHW

Publish

4 April 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
1359
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Pesantren Ahmad Dahlan Sipirok: Mulai dari Angkut Pasir-batu Hingga Kesebelasan PSHW

Oleh: Haidir Fitra Siagian

Pada status media sosialnya, sahabatku seorang kader tangguh Muhammadiyah, Pak Abdullah Mukti ternyata baru saja berkunjung Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan Sumatra Utara. Beliau bersama rombongan mengunjungi dua bangunan Amal Usaha Muhammadiyah Sipirok. Dimana kedua amal usaha tersebut, sedikit-banyaknya memberi kenangan indah kepada diriku.

Yang pertama adalah kompleks Perguruan Muhammadiyah Sipirok. Lokasinya berada di Jalan Trans Nasional Medan-Jakarta, persis kilometer nol, Kota Sipirok. Rumah saya dari sekolah ini, tidaklah jauh, mungkin kurang dari 300 meter. Cukup dekat.

Periode 1980-1990, perguruan Muhammadiyah ini adalah tempat saya mengecap pendidikan agama, khususnya mengaji sore hari, baca tulis Al Qur'an,  bersama teman-teman sebaya. Saya tidak sekolah di SD Muhammadiyah dan tidak juga di TK ABA. Waktu kecil saya tidak masuk TK karena satu dan lain hal. Saya dan adik perempuanku biasa datang ke TK ini mengintip anak-anak, bahkan teman-teman sebayaku yang sedang belajar. Mereka datang dan pulang, dijemput dengan mobil khusus TK.

 Selain mengaji di SD Muhammadiyah ini, juga diadakan berbagai kegiatan Muhammadiyah Cabang Sipirok. Yang paling seru adalah pesta juadah atau makan siang bersama. Masak bersama. Biasanya setelah penyembelihan hewan qurban Idul Adha atau jika ada milad Muhammadiyah.

Di sini juga ada pengajian Aisyiyah Cabang Sipirok. Tempat ibu saya, kakak perempuan, kakak iparku, turut mengaji  bersama ibu-ibu lainnya. Dari dulu sampai sekarang. Jika sejak tahun 1980, berarti ibuku sudah mengaji di sini hampir lima puluh tahun.

Jika saya pulang ke Sipirok, beberapa kali saya diminta mengisi materi pengajian ibu-ibu Aisyiyah. Sebagian di antara peserta pengajian adalah keluarga dekat saya, tetangga, teman-teman sebaya ibuku, juga para guru-gurunya yang dulu mengajar mengaji kepada saya.

Yang kedua adalah, Pondok Pesantren Modern KH Ahmad Dahlan Sipirok. Saya tidak pernah mondok di sini. Itupun karena satu dan lain hal. Walaubagaimanapun saya dan ayah saya, punya andil kecil terhadap pesantren ini. Pesantren ini terletak di dekat Kampung Satia, tak seberapa jauh dari kampung Kekek saya di Panggulangan, sekitar 5-7 km dari pusat kota Sipirok.

Sebelum pindah ke Kampung Satia, pesantren ini berada di Kompleks Perguruan Muhammadiyah Sipirok yang tadi saya sebutkan. Saya masih samar-samar ingat, ketika Wakil Presiden Adam Malik akhir tahun 1970an, berkunjung ke pesantren ini. Usiaku sekitar 5-6 tahun.

Karena lokasinya sempit dan pesantren semakin berkembang, kemudian pindah ke Kampung Satia. Awal tahun 1980an, kami warga Muhammadiyah Sipirok yang berada di garis depan pembangunan pesantren ini. Saya dan ayahku, alm. Muhammad Dollar Siagian, ikut membabat hutan dan semak-semak di lokasi pesantren. Kemudian saya dan teman-teman sebaya, pun ikut mengangkut pasir dan batu dari sungai di Desa Poldung. Sebagai bahan bangunan untuk pembangunan pesantren.

Meskipun saya bukan alumni pesantren ini, tetapi cukup berkesan dan dekat dengan kami sekeluarga. Beberapa ponakan saya adalah alumni pesantren ini. Anak-anak dari sepupuku yang lain juga alumninya. Bahkan adik ipar saya, yang sekarang tinggal di Makassar,  juga alumni pesantren ini dan sempat menjadi guru di sana.

Sekarang pesantren ini sudah berkembang dan maju. Saya perhatikan pada berbagai platform media sosial, pesantren ini sangat membanggakan. Sering menjadi juara dalam berbagai pertandingan di Sipirok. Itu memang dari dulu hingga sekarang. Pesantren ini menjadi andalan Kecamatan Sipirok karena memiliki group drumband Hizbul Wathan yang sangat menarik. Tercatat beberapa kepala daerah, wakil kepala daerah, anggota DPRD dan DPR RI ada yang alumni dari sini. 

Juga dari pesantren ini, dulu menyumbangkan guru dan siswanya sebagai pemain bola yang bermain untuk klub kebanggaan Muhammadiyah Sipirok yakni PSWH. Waktu itu PSHW menjadi satu kesebelan yang cukup disegani. Beberapa pemainnya dari UMS Solo, yang dikirim sebagai tugas mengajar di pesantren.

Meskipun permainannya baik dan memuaskan, dan sering masuk partai final, tetapi seingat saya, tak pernah juara. Selalunya jadi  runner-up. Isu beredar kala itu adalah disengaja atau disetting oleh panitia pertandingan. Bahkan pakai dukun segala.  Itu isu. Tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Yang pasti adalah setiap pertandingan final, kesebelasan PSHW kurang banyak mencetak gol ke gawang lawan.

Demikian sekelumit kisah pesantren Muhammadiyah Ahmad Dahlan Sipirok. Terima kasih Mas @Pak Abdullah Mukti , karena berkunjung ke kampung halaman saya. Sipirok. Yang juga merupakan kampung halaman tokoh nasional sekaligus pendiri HMI, Prof. Lafran Pane. Sayang sekali dia tidak memberitahu saya. Padahal jika dia berkunjung ke rumah ada ibundaku tercinta, dan besar kemungkinan akan pulang membawa dodol, khas Sipirok.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Humaniora

Proyek 1 Triliun Oleh: Joko Intarto  Permata Bank Syariah (PBS) sebagai wakif sistem informas....

Suara Muhammadiyah

20 November 2023

Humaniora

Harapan dalam Tiap Proses Hidup  Amalia Irfani, LPPA PWA Kalbar  Ma fil aba, fil abna, &....

Suara Muhammadiyah

22 December 2023

Humaniora

Cerpen: Suratini Eko Purwati Ada tetangga, penduduk asli kampung menjual rumah keluarga dan ada pen....

Suara Muhammadiyah

8 September 2023

Humaniora

Cerita Pendek Setelah Pemilu Usai Oleh: Ahsan Jamet Hamidi Dalam group Whatapps, Tn Ulfi dikenal s....

Suara Muhammadiyah

6 March 2024

Humaniora

Kegelisahan Seorang Juragan  Cerpen Mustofa W Hasyim Taslim tiba-tiba merasa gelisah bukan ma....

Suara Muhammadiyah

11 October 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah