Partisipasi Perempuan Pada Pemilu 2024

Publish

31 December 2023

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
434
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Partisipasi Perempuan Pada Pemilu 2024

Oleh: Amalia Irfani, LPPA PWA Kalbar 

Riuh menyambut pesta demokrasi yang tinggal menghitung hari sudah sangat terasa. Beranda media sosial tidak luput menjadi arena sosialisasi sekaligus perang argumentasi untuk merebut hati atau suara pemilih yang mayoritas adalah gen Z. Mereka kebanyakan baru pertama ikut mencoblos, tergolong awam dan harusnya mendapat tuntunan dalam berdemokrasi. Walaupun demikian edukasi massif yang dilakukan oleh lembaga negara seperti KPU atau organisasi kemasyarakatan seperti 'Aisyiyah melalui madrasah politik, belum mampu memberikan pemahaman mendalam. Generasi z yang cenderung cerdas teknologi tetapi acuh tak acuh pada keadaan sosial mereka. Hal yang menurut penulis harus menjadi pekerjaan rumah bersama agar penerus estafet bangsa kedepan tidak hanya cerdas intelektual tetapi juga harus cerdas moral. 

Maka perlu kembali kita mengoreksi sejauh mana Bangsa ini telah sukses menerapkan pendidikan moral. Yang hari ini menjadi pemimpin harus memberi contoh bagaimana seharusnya berdemokrasi penuh kesantunan. Indonesia sejatinya telah memiliki landasan yang termaktub dalam Pancasila. Hanya saja  masih menjadi simbol, belum sepenuhnya  mampu terealisasi.  Terlepas dari itu, isu yang harusnya menjadi perhatian khusus bagi  masyarakat terutama kaum perempuan adalah, tentang keterlibatan perempuan  dalam pemilu 2024 yang masih minim dukungan dari kaumnya (gender) sendiri.

Perempuan Berpolitik Cermin Demokrasi Bangsa

Diskursus bagaimana perempuan berpolitik merupakan isu hangat, menarik sekaligus memunculkan keprihatinan sebab faktanya,  perempuan enggan memilih dan mendukung kaumnya sendiri.  Banyak perempuan yang telah lama bergeliat mengurus umat, saat penulis temui mengakui hal tersebut. Mereka pun menyepakati pentingnya edukasi dan sosialisasi politik bagi perempuan, karena memang hanya perempuan yang memahami kebutuhan kaumnya sehingga dapat mengupayakan hak perempuan dan anak dalam bentuk undang-undang, terealisasi program hingga anggaran.

Maka saat Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) menerbitkan buku untuk memperingati hari Ibu Nasional 22 Desember 2023, dengan judul 95 Tokoh Perempuan Inspiratif, ada hal menarik yang dapat kita ulas dan cermati. Antara lain ternyata banyak perempuan bergeliat diranahnya masing-masing. Tidak harus di satu sektor publik saja, tetapi juga disektor sosial kemasyarakatan. Perempuan-perempuan tersebut banyak bergerak hingga menua, dan konsisten pada hasil untuk memberikan nilai dan semangat baik kepada sesama.

Mereka tidak memperdulikan penilaian yang mengucilkan semangat, walaupun sangat sulit "mewaraskan" diri agar tetap bergerak berkemajuan karena stigma tentang perempuan telah menjadi pola cara berpikir (berbudaya) masyarakat. Seolah-olah perempuan bergerak simultan antara tugas domestik dan sosial adalah kesalahan. Padahal hemat penulis, penting bagi perempuan juga cerdas sosial tidak hanya sebagai bagian aktualisasi diri yang akan melahirkan kebahagiaan, tetapi juga bagian mewariskan kecerdasan intelektual bagi keturunannya kelak.

Stigma yang melekat pada perempuan hadir karena masih adanya nilai patriarki yang tertanam dalam konstruksi sosial masyarakat. Berdampak sulit bagi perempuan untuk  mengakses hak-hak yang setara seperti hak untuk mengenyam pendidikan layak atau lebih umum,  hak untuk mempunyai pilihan tanpa adanya pemberian stigma dari lingkungan sekitar. Salah satunya di bidang politik. Saat mengisi kegiatan Talkshow yang diadakan oleh Nasyiatul 'Aisyiyah (NA) Pimpinan Daerah Kota (PDA) Kota Pontianak, Minggu 17 Desember 2023 dan bertemu dengan beberapa perempuan calon legislatif, hal ini menjadi diskusi menarik sekaligus keprihatinan. Bagaimana perempuan bisa merubah nasibnya, jika kaumnya sendiri tidak mendukung dan memberikan kepercayaan.

Hanya saja memang penting bagi pemilih perempuan memilih kaumnya yang sudah terbukti kinerjanya, yang jelas (baca masuk akal) program-program yang ditawarkan apakah akan dapat terealisasi, atau hanya sebuah tawaran "pengembira" menarik simpati.  Bagi calon legislatif juga harus terus mencerdaskan diri, mewakafkan tenaga, pikirannya bagi masyarakat jika dipercaya memegang amanah. Ia tidak lelah mengedukasi diri, tidak sungkan mendengar dan berani mengambil keputusan disaat penting yang berdampak luas.

Pengambilan keputusan bagi seorang wakil rakyat merupakan kecerdasan emosional berpadu dengan kecerdasan intelektual. Setidaknya ada empat tahap pengambilan keputusan yang saling berhubungan dan berurutan. Yakni Intelligence, design, choice dan implementation. Tahap ini merupakan proses penelusuran dan pendeteksian dari lingkup problematika serta proses pengenalan masalah, dan hanya mampu dilakukan oleh individu yang memiliki pengetahuan dan pengalaman.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Boikot: Senjata Kolektif untuk Kemerdekaan Palestina Oleh: Hilma Fanniar Rohman, Dosen Perbankan Sy....

Suara Muhammadiyah

30 May 2024

Wawasan

Cendawan Oligarki Oleh: Mohamad Joharudin, Kader Muhammadiyah Cirebon, Akademisi dan Praktisi Demok....

Suara Muhammadiyah

8 September 2024

Wawasan

Oleh: Donny Syofyan Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas Sebagai Muslim, kita tentu meng....

Suara Muhammadiyah

9 February 2024

Wawasan

Oleh: Hj. Deny Ana I'tikafia, SP. MM Wakil ketua PDA Jepara Ramadhan 1445 H telah meninggalkan kit....

Suara Muhammadiyah

13 April 2024

Wawasan

Beriman dan Beramal Shalih Oleh: Suko Wahyudi, PRM Timuran Yogyakarta Iman merupakan perkara penti....

Suara Muhammadiyah

30 July 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah