Nasionalisme Muhammadiyah dan Kemerdekaan

Publish

19 August 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
440
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Nasionalisme Muhammadiyah dan Kemerdekaan

Oleh: Fokky Fuad Wasitaatmadja, Universitas Al Azhar Indonesia

Muhamamdiyah dan Kesadaran Kebangsaan

Muhamamdiyah didirikan sebagai salah satu organisasi yang berupaya mencerdaskan bangsa dari keterpurukan akibat penjajahan. K,H, Achmad Dachlan mencoba melihat beratnya penderitaan yang dialami oleh rakyat pribumi sebagai bangsa terjajah. Tingginya buta huruf, kemiskinan, kebodohan dan beragam problematika manusia Nusantara yang sangat tertindas lagi tertinggal patut dibongkar melalui usaha pendidikan dan pertolongan.

K.H. Achmad Dachlan melihat bahwa salah satu metode beragama moderen adalah aktif lagi progresif terhadap penderitaan umat manusia. Beragama yang memberikan dampak positif terhadap kebangkitan nilai-nilai kemanusiaan. Ia menyitir Qur’an surah al-Maun yang mengkritik perilaku manusia beragama tetapi lupa terhadap penderitaan sesamanya, wayam naunal maun (Qs.[107]:7). Bagi seorang Achmad Dachlan ayat ini bukan hanya dihafal, melainkan harus dijadikan sebagai pedoman tingkah laku praksis. Menjadi manusia haruslah membawa manfaat pada sekitar yang peduli terhadap penderitaan sesamanya.

Teologi Al-Maun menurut Haedar Nashir diwujudkan dengan mendirikan rumah sakit yang kala itu disebut balai pertolongan hingga lembaga pendidikan yang mencerdaskan umat. Gerakan mencerdaskan umat ini menjadikan Organisasi Muhamamdiyah sebagai sebuah organisasi moderen yang berupaya secara praksis tampil memberikan bantuan kemanusiaan bagi manusia yang menderita (muhammadiyah.or.id, 2021).

Muhammadiyah tidak saja telah memberikan bantuan terhadap kebutuhan praksis, tetapi jauh dari itu adalah kesadaran akan eksistensi manusia sebagai bangsa terjajah yang harus merdeka. Kesadaran akan arti penting kemerdekaan ini terbukti dengan adanya kerjasama yang efektif antara Muhammadiyah dengan Organisasi Boedi Oetomo, dimana Boedi Oetomo sendiri sempat melaksanakan kongresnya di kediaman KH Achmad Dachlan dan mendorong agar Muhammadiyah segera membuka banyak cabang tidak saja di Jawa melainkan juga di penjuru Nusantara (muhammadiyah.or.id, Agustus, 2024).

Amanah Jihad Muhammadiyah 

Lahirnya Muhamamdiyah melalui pendidikan dan kepanduan yang dijalankan selama ini secara langsung telah menyadarkan akan arti penting jiwa nasionalisme guna meraih kemerdekaan yang sekaligus dipertahankan. Bibit-bibit nasionalisme tumbuh subur dalam Rahim Muhammadiyah. Keberhasilannya membangun kesadaran nasional melalui pendidikan yang diajarkan pada sekolah-sekolah Muhammadiyah telah mampu melahirkan banyak tokoh pergerakan Nasional, mulai dari Jenderal Soedirman, Buya Hamka hingga Soekarno, dan lainnya yang menggelorakan jiwa nasionalisme dan perlawanan terhadap penjajahan guna meraih kemerdekaan.

Jenderal Soedirman yang terpilih sebagai Panglima Besar TKR merupakan kader Muhamamdiyah. Beliau adalah anggota aktif Muhamamdiyah melalui organisasi kepanduan Hizbul Wathan (Patvinder Moehammadijah). Salah satu kalimat beliau sebagai aktivis Hizbul Wathan Muhammadiyah: “sungguh berat menjadi kader Muhammadiyah, ragu dan bimbang lebih baik pulang”. Soekarno sebagai salah seorang kader Muhamamdiyah juga menyatakan ketertarikannya dengan pemikiran K.H. Achmad Dachlan yang menjalankan pemikiran Islam yang progresif, sehingga beliau menjadi anggota sekaligus guru di sekolah Muhamamdiyah (muhamamdiyah.or.id, 2021).

Dalam menghadapi serbuan pasukan Militer Belanda yang masih berkeinginan untuk menancapkan kembali kukunya di Indonesia, Muhammadiyah sebagai organisasi sosial kemasyarakatan sekaligus kebangsaan telah pula tampil mendorong para pemuda dan segenap komponen  bangsa untuk mempertahan kemerdekaan yang telah diraih bersama. Secara tegas pimpinan Muhammadiyah mengeluarkan maklumat berupa Amanat Jihad Muhammadiyah yang pertama kali diterbitkan melalui surat kabar Boelan Sabit, yang terbit di Solo tertanggal 15 Juni 1946. Amanat Jihad Muhammadiyah tersebut berbunyi:

KOMANDO MOEHAMMADIJAH

Madjoe Menjerboe Berdjihad

BERSIAPLAH

Kita insjaf bahwa kinilah masanja Allah Jang Maha Bidjaksana mengoedji kita! Marilah kita tempoeh segala matjam oedjian dengan menoenaikan kewadjiban kita. Kemoedian kita serahkan diri kepada Allah apa jang akan terdjadi. Allah telah berfirman:

Jang artinja: “Katakanlah hai Moehammad! Djika kamoe hendak melindoengkan diri dari pada mati itoe tidak ada goenanja” (Ahzab: 16). “Djika kamoe terkena loeka, maka moesoehpoen terkena loeka poela” (Ali Imran: 140). “Berdjoeanglah! Baik ringan ataupoen berat! Dan berdjihadlah fi sabilillah dengan harta, djiwa kamoe sekalian. Soenggoeh jang demikian itoe baik sekali bagi kamoe sekalian djika kamoe mengerti” (Taubah: 41).

“Djika benar2 kamoe menolong ALLAH, ALLAH menolong kepada kamoe dan menegoehkan pendirian kamoe (Moehammad: 7). “Ketika engkau melemparkan panah kepada moesoeh, sebenarnja boekan kamoe jang memanah, tetapi ALLAH djoea (Anfaal: 17).

“Sesoenggoehnja jang berhak mewarisi boemi itoe, ialah hamba kami jang sholeh” (Anbiyak: 105). Mengingat firman ALLAH dan menauladan tjontoh perdjoeangan Rasoeloellah s.a.w. maka kami menjampaikan amanat penting kepada segenap kaoem Moeslimin teroetama anggauta dan keloearga Moehammadijah seloeroeh Indonesia, marilah Bismillahirrahmanirrahim, kita terdjoen kegelanggang perdjoeangan djihad fisabilillah menghadapi perdjoeangan besar2an mengoesir pendjadjah dengan menjerahkan segenap djiwa raga kita kehadapan ALLAH Jang Maha Koeasa!

Ingatlah firman ALLAH jang artinja: “Katakanlah hai Moehammad! Sekali2 bahaja tidak akan menimpa kami melainkan apa jang telah ditentoekan ALLAH bagi kami. ALLAH djoega pelindoeng kami, dan kepada ALLAH hendaklah orang2 Moekmin bertawakkal” (Taubah: 51)

Kita jang ada digaris moeka soepaja teroes madjoe menjerboe pantang moendoer! Dan bagi kita jang ada digaris belakang soepaja tahan memperbanjak toendjangan dan pertolongan, dan pantang kaboer! Kerahkan segenap tenaga, harta benda, dan kepandaian oentoek mempertahankan kekalnja kemerdekaan Negara Repoeblik Indonesia dgn semangat pemberani, djoedjoer, ichlas dan TAQWA. Moedah2-an dengan segera kita menang dan berbahagia. Negara kita kembali aman dan sentausa, kekal merdeka dan berdjasa!

Jogjakarta, 26 Djoemadil Achir 1365 – 28 Mei 1946 

Wassalam Merdeka!

PENGOEROES BESAR MOEHAMMADIJAH

Kemerdekaan dimulai dari sebuah pemahaman akan arti penting kebebasan dari penindasan. Kesadaraan akan arti penting gagasan kebangsaan religius yang dilakukan oleh Muhammadiyah melalui Islam yang progresif dan responsif dalam memahami kebutuhan umat dan bangsa. Muhammadiyah terbukti telah mampu melahirkan kader-kader yang mampu membawa bangsa Indonesia tampil terhormat ke hadapan warga dunia. Konsep Teologi Al-Maun yang telah  dibangun oleh KH Achamd Dachlan juga masih tetap relevan digunakan untuk membangun Indonesia yang jauh lebih maju.  


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Berpolitik yang BermuhammadiyahOleh: Tri Aji Purbani, A.Md, BI, Majelis Ekonomi Bisnis, Pariwisata d....

Suara Muhammadiyah

22 January 2024

Wawasan

Meluruskan Niat dan Tujuan Beribadah Haji Oleh: Mohammad Fakhrudin Setelah menunggu sepuluh tahun ....

Suara Muhammadiyah

7 May 2024

Wawasan

Oleh: Mu’arif Momentum milad Majalah Suara Muhammadiyah tahun ini diwarnai dengan berita meny....

Suara Muhammadiyah

16 August 2024

Wawasan

Wanita sebagai Saksi: Perspektif Al-Qur'an Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universi....

Suara Muhammadiyah

14 August 2024

Wawasan

Prahara Politik Putusan MK: Antara Horor dan Humor Oleh: Immawan Wahyudi,  Immawan Wahyudi Dos....

Suara Muhammadiyah

25 August 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah