JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Merefleksikan eksistensi 113 tahun Muhammadiyah, Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah Muhammad Izzul Muslimin menukil pandangan Deliar Noer yang mengemukakan, Muhammadiyah dikategorikan sebagai organisasi modern Islam.
Tolok ukurnya dapat dilihat dari aspek pemikiran, di mana Muhammadiyah mengusung gagasan-gagasan pembaruan yang terinspirasi dari pemikiran Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha. Pembaruan tersebut bukan hanya hadir dalam ranah ide dan wacana, tetapi juga diwujudkan dalam aspek manajemen serta aksi-aksi nyata organisasi.
“Muhammadiyah juga bergerak sebagai organisasi yang dianggap modern,” katanya di Ruang Publik tvMu, Sabtu (22/11).
Salah satu bentuk konkretnya, dengan adanya Anggaran Dasar (AD), Anggaran Rumah Tangga (ART), sebagai dokumen fundamental yang mengatur oprerasionalisasi organisasi. “Itu menunjukkan sebagai gerakan modern,” kata Izzul.
Namun demikian, setelah 113 tahun, Muhammadiyah perlu merefleksikan diri (muhasabah) denyut nadi jejak langkahnya dalam jangka panjang. “Untuk sekarang, modernnya harus sudah lebih modern, tidak kemudian modern yang sama dengan 1900-an itu,” tekannya.
Izzul juga mendorong agar Muhammadiyah sekaligus melakukan reformasi terhadap gerakannya sendiri. “Sehingga, semakin ke depan, Muhammadiyah harus juga memordenisasikan dirinya,” sambungnya. Termasuk, dalam membangun sistem. Melongok awal kelahirannya, Muhammadiyah ditopang oleh para saudagar.
“Mereka dengan kesukarelawanan membantu Muhammadiyah dengan kekayaannya masing-masing,” bebernya. Meskipun begitu, Izzul mengetengahkan kalau Muhammadiyah tidak bisa berpangku tangan pada dukungan tersebut.
“Kita harus menjadikan gerakan ini sebagai gerakan teratur, sehingga ketika kita untuk fundraising harus menyusun pola-pola yang terorganisir,” tegasnya.
Di samping itu, titik penekanan Izzul kepada Muhammadiyah untuk membangun dan memperkuat basis kemandiriannya dengan melakukan penguatan atau pemberdayaan diri. “Harus ada mekanisme yang lebih kreatif,” tekannya, dengan mengembangkan gerakan sentrifugral, di mana Muhammadiyah bisa menyebarkan kekuatannya lebih luas.
“Tidak hanya di Indonesia, harus digerakkan keluar. Ketika kita menggerakkan keluar itu, maka di dalam negeri akan semakin kuat. Orang akan semakin memperhitungkan, karena Muhammadiyah diberbagai negara juga sudah berkembang,” tandasnya. (Cris/Nurvi)


