YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Tepat pada pukul 9, Senat Universitas Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta secara resmi membuka resepsi Milad ke-34 yang bertempat di Convention Hall Masjid Walidah Dahlan (14/10). Mengusung tema Merawat Keunggulan, Memajukan Bangsa, Milad ke-34 menjadi simbol kemajuan UNISA di berbagai sektor di bawah kepemimpinan Rektor UNISA Warsiti.
Dihadapan seluruh tamu undangan yang hadir Warsiti mengatakan bahwa keberhasilan sebuah institusi pendidikan tinggi tidak hanya dilihat dari capaian akademik. Tapi juga dari nilai-nilai yang menggerakkan dan menguatkan seluruh civitas akademika UNISA dalam berkarya. Dalam hal ini Islam Berkemajuan menjadi nilai yang dipegang teguh serta menjadi penggerak perubahan menuju keunggulan.
"Capaian ini bukan hanya hasil semalam, melainkan proses panjang yang penuh dedikasi dan pengabdian. Dari universitas kebidanan menjadi universitas kesehatan yang berkemajuan," tegasnya.
Momentum milad menjadi fase penguatan bagi UNISA, tidak hanya bagaimana UNISA bertahan dan berkembang, tapi bagaimana universitas di bawah naungan Aisyiyah ini memiliki peran sentral dalam berbagai sektor pendidikan. Ini tidak lain untuk menjawab permasalahan yang ada serta memberikan dampak kepada masyarakat.
Ia mengaku bahwa perkembangan prodi di UNISA sangat selektif dengan melihat kebutuhan masyarakat. Konsistensi UNISA menjaga kualitas ini kemudian membawa UNISA menyambet berbagai penghargaan, baik di tingkat nasional maupun internasional. Selain itu, melalui berbagai kegiatan konferensi dan pertukaran mahasiswanya, membawa UNISA sebagai kampus swasta dengan jaringan internasional yang luas.
"Semangat unggul juga tercermin dari capaian mahasiswa di berbagai bidang, sebanyak 150 prestasi mahasiswa berhasil di torehkan pada tahun 2025. UNISA juga berhasil mempublikasikan 302 karya yang berhubungan dengan SDGs," ucapnya.
Baru-baru ini, UNISA juga turut aktif dalam program pemerintah yakni MBG. Makan Bergizi Gratis yang diselenggarakan UNISA menjadi sebuah tonggak kolaborasi dalam membantu program utama pemerintah. "Bepijak pada Al-Islam dan Kemuhammadiyah, UNISA tidak hanya berfokus pada capaian akademik, lebih dari itu bagaimana menebar kebermanfaatan untuk semester," tegasnya.
Salmah Orbayinah, Ketua Pimpinan Pusat Aisyiyah mengucapkan selamat kepada UNISA yang telah mencapai usia 34 tahun. Menurutnya UNISA Yogyakarta telah bertransformasi menjadi perguruan tinggi kebanggaan persyarikatan.
Capaian ini melalui jalan panjang. Jalan yang dilewati pun tidak mulus, kadang berkelok-kelok, terjal. Hingga pada akhirnya UNISA masuk ke dalam 20 besar universitas swasta terbaik secara nasional.
Ia berharap melalui momentum milad ini UNISA mampu untuk terus meningkatkan kualitas. Dengan kondisi yang terus berubah, UNISA diharapkan terus berinovasi, menyesuaikan dengan perkembangan zaman, serta memiliki identitas pembeda dengan perguruan tinggi lain.
"Salah satu ciri universitas yang baik adalah memiliki tata kelola yang baik," paparnya.
Brian Yuliarto, Menteri Pendidikan Tinggi Sains dan Teknologi mengatakan, usia 34 tahun bukan hanya sekedar angka, tapi juga mencerminkan ketekunan, pengorbanan dan dedikasi UNISA kepada masyarakat dan bangsa. Keunggulan tidak hanya menjadi sesuatu yang statis, tapi juga perlu dijaga dan dirawat. Ia ngin riset yang dilakukan oleh UNISA tidak berhenti di laboratorium, tapi menyebar di berbagai ruang sosial masyarakat. Melalui riset yang relevan, kolaborasi lintas sektoral diharapkan memberikan dampak signifikan bagi kehidupan.
"Ilmu pengetahuan adalah bentuk tertinggi dari ibadah," tegasnya.
"Kami dari kementerian menaruh harapan yang besar kepada UNISA, bukan hanya kampus unggul secara institusional, tapi juga memberikan dampak yang luas kepada masyarakat," tambahnya.
Fauzan, Wakil Pendidikan Tinggi Sains dan Teknologi yang hadir langsung di UNISA mengatakan bahwa UNISA bukan sekedar perguruan tinggi yang bergerak di sektor akademik, namun juga memberi dampak.
"UNISA telah mendesain kampus ini tidak hanya sekedar unggul, tapi juga berdampak," ujarnya.
Ia menyampaikan, jika perguruan tinggi ingin memiliki resiliensi yang tinggi di tengah kehidupan yang terus berubah. Setidaknya ada 4 hal yang harus dilakukan. Pertama, perguruan tinggi harus mengetahui persoalan yang dihadapi masyarakat. Memahami apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Kedua, menciptakan keunggulan yang layak jual. Ketiga, membangun budaya kerja yang kondusif dan sehat. Keempat, menciptakan nilai ekonomi.
Haedar Nashir, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah mendorong UNISA menjadi perguruan tinggi yang memiliki wawasan Tajdid dan memiliki spirit ekosistem keunggulan.
Merawat keunggulan, baginya bukan hanya bersifat administratif semata, tapi juga diukur melalui catur darma perguruan tinggi, Kemuhammadiyahan dan keislaman serta dampaknya kepada masyarakat. Upaya merawat ini adalah untuk menumbuhkan etos Berkemajuan.
"Kita diminta oleh Tuhan untuk menjadi Khairul Ummah, umat terbaik. Semua itu mengandung nilai-nilai keunggulan yang melampaui. Harapannya ini menjadi pemicu dan pemacu bagi civitas akademika," pesannya.
Tingkatkan spirit berbagi ilmu. Sehingga UNISA menjadi institusi yang mampu memajukan kehidupan bangsa.
Membangun kehidupan bangsa tentu harus didasarkan pada nilai dan arah yang jelas. UNISA harus menjadi tonggak serta menjadi kekuatan strategi di sektor pendidikan tinggi.
"Melalui Milad ini, jadikan sebagai kekuatan untuk tidak berdiam diri, justru menjadi kekuatan untuk mendinamisasi bagi seluruh civitas akademika," tutupnya. (diko)