Menyalakan Obor Peradaban dari Mamuju

Publish

25 June 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
97
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Oleh: Furqan Mawardi, Muballigh Akar Rumput

Ada sebuah pepatah bijak yang mengatakan: “Waktu memang berjalan diam-diam, tapi diam-diam pula ia mencatat siapa yang bergerak dan siapa yang tertinggal.” Maka 27 tahun perjalanan Universitas Muhammadiyah Mamuju (Unimaju) sejatinya bukan sekadar hitungan kalender. Ia adalah jejak panjang sebuah institusi pendidikan yang sejak kelahirannya terus bergerak, terus belajar, dan terus bertumbuh dalam mengusung cita-cita luhur Muhammadiyah: mencerdaskan kehidupan ummat, bangsa, dan kemanusiaan.

Tanggal 8 Juni 1998 menjadi tonggak awal saat Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Muhammadiyah Mamuju berdiri. Dalam perjalanannya, pada 23 April 2021, lembaga ini resmi bertransformasi menjadi Universitas Muhammadiyah Mamuju. Sebuah perubahan bentuk kelembagaan yang sejatinya merupakan lompatan besar cita-cita keilmuan untuk memperluas cakrawala pengabdian. Kini, memasuki usianya yang ke-27 tahun pada 8 Juni 2025, Unimaju meneguhkan diri sebagai kampus berkemajuan yang terus melangkah berkelanjutan.

Milad ke-27 ini diperingati bukan dalam kemewahan selebrasi, melainkan dalam semarak aktivitas yang merefleksikan denyut kehidupan kampus. Ada jalan sehat yang mempertemukan keluarga besar kampus dengan masyarakat. Ada lomba tilawah Al-Qur'an dan pidato antar mahasiswa yang menyalakan ruh dakwah akademik. Ada donor darah, bazar UMKM, pentas seni mahasiswa, hingga bedah buku yang mengasah intelektualisme publik kampus. Inilah wajah kampus yang hidup bersama masyarakatnya, menyatu dalam denyut sosial, spiritual, sekaligus akademiknya.

Dalam resepsi puncak milad, Rektor Unimaju, Dr. Muhammad Tahir, M.Si, merefleksikan capaian institusi yang kian menggembirakan, Bertambahnya jumlah program studi, peningkatan akreditasi, bertambahnya jumlah mahasiswa, kenaikan pangkat dosen serta sertifikasi dosen, perolehan hibah-hibah penelitian nasional, serta sinergi produktif antara dosen, mahasiswa, dan masyarakat. Semua itu menjadi gambaran bagaimana Unimaju bukan sekadar institusi penghasil ijazah, melainkan institusi penghasil manfaat.

Tak kalah penting, pesan moral kembali disuarakan oleh berbagai tokoh yang hadir. Dr. Hadmah, mewakili Pemda Mamuju, menyampaikan bahwa Universitas Muhammadiyah Mamuju telah berperan besar dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia di daerah.

Alumni-alumni Unimaju kini banyak mengisi ruang-ruang strategis baik di pemerintahan maupun di dunia usaha. Ia mengajak Unimaju terus berkolaborasi dalam mengatasi persoalan-persoalan strategis daerah seperti penanggulangan stunting, pencegahan pernikahan anak, pengentasan kemiskinan, dan penguatan ekonomi masyarakat.

Sementara itu, Ketua PWM Sulawesi Barat, Dr. Wahyun Mawardi, menyampaikan dengan lugas bahwa cara terbaik merayakan milad adalah dengan mensyukuri nikmat Allah secara produktif. Syukur yang sejati bukan sekadar kalimat, tetapi wujud nyata dalam penyebaran kebaikan, perluasan ilmu, serta penguatan dakwah yang mencerahkan.

Pesan kunci yang sangat menggugah datang dari Prof. Irwan Akib selaku ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Ia mengingatkan bahwa kehadiran Unimaju bukan semata mencetak pegawai, tetapi melahirkan pemimpin peradaban. Anak petani kembali ke kampungnya sebagai petani yang cerdas, anak nelayan kembali ke lautan dengan teknologi, anak pedagang kembali ke pasar dengan etika bisnis Islami.

Bukan sekadar bercita-cita menjadi PNS, tetapi membangun jiwa kewirausahaan yang kokoh, berilmu, dan berakhlak. Disinilah sesungguhnya terletak hakikat revolusi mental yang relevan bagi pendidikan bangsa hari ini.

Semua semangat ini bersandar kokoh pada pijakan nilai-nilai Islam berkemajuan, sebagaimana misi Muhammadiyah sejak didirikan. Firman Allah mengingatkan:

وَتِلْكَ الْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ

"Dan masa (kejayaan dan kemunduran) itu Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran)." (QS. Ali Imran: 140).

Artinya, keberhasilan bukanlah hadiah gratis dari waktu, melainkan hasil dari istiqamah gerak, kerja, dan pengabdian. Milad ke-27 ini menjadi pengingat bahwa Unimaju telah lama meninggalkan fase merangkak, kini sedang berlari, dan siap menjemput loncatan-loncatan besar berikutnya. Ia bukan sekadar kampus kecil di ujung Sulawesi Barat, tetapi tengah menyiapkan diri menjadi pusat kecemerlangan intelektual, ruhaniyah, dan peradaban.

Karena sesungguhnya, pendidikan tinggi bukan semata ruang kuliah, tetapi ladang penyemaian kader-kader pengubah zaman. Maka, Universitas Muhammadiyah Mamuju bukan sekadar mendidik untuk bekerja, tetapi mendidik untuk menghidupkan ummat, membangun bangsa, dan mencahayai peradaban.

Penting juga dipahami bersama bahwa pada hakekatnya pendidikan bukan semata tentang statistik keberhasilan, akreditasi, atau sekedar deretan sertifikat. Pendidikan yang sejatinya adalah bagaimana ia menanamkan karakter, mengasah budi, membangun kepekaan sosial, serta memahat keikhlasan dalam pengabdian.

Inilah yang selama ini ditanamkan di Unimaju. Mahasiswa tidak sekadar diajari menjadi cerdas, tapi juga dibentuk untuk menjadi insan yang bermanfaat bagi masyarakatnya, kembali ke kampung halamannya bukan sekadar membawa gelar, tetapi membawa perubahan.

Dalam perspektif Muhammadiyah, kampus bukan hanya tempat membentuk kecerdasan intelektual, melainkan juga tadabbur sosial. Sebab, sebagaimana firman Allah:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

"Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku." (QS. Adz-Dzariyat: 56).

Ayat ini meneguhkan bahwa misi pendidikan bukan sekadar mencetak sarjana, tetapi melahirkan hamba-hamba Allah yang mengenal tugas pengabdiannya dalam setiap jengkal profesi yang ia jalani. Maka, kelak akan lahir petani yang ikhlas mengolah tanah sebagai ladang ibadah. Lahirlah nelayan yang menjaring rezeki dengan kejujuran. Tumbuh pengusaha yang menjunjung etika. Dan hadir pejabat yang sadar bahwa amanah kekuasaan adalah ladang untuk menebar keadilan.

Pesan yang bergema di forum milad ini sejatinya adalah pesan revolusi jiwa. Bahwa Unimaju tidak hendak sekadar mencetak manusia pekerja, tetapi manusia pemakmur bumi. Mengubah mental masyarakat dari orientasi kerja menjadi orientasi pengabdian. Meninggalkan warisan feodalisme mental yang sekian lama diwariskan, bahwa kesuksesan itu hanya ada di balik meja kantor.

Padahal, negeri ini butuh petani-petani cerdas, nelayan-nelayan yang berilmu, pengusaha-pengusaha amanah, hingga aktivis sosial yang membela kaum dhuafa. Disinilah letak keunggulan kampus berkarakter.

Dan pada akhirnya, seperti pesan yang pernah disampaikan K.H. Ahmad Dahlan lebih dari seabad silam: "Hidup-hidupilah Muhammadiyah, jangan mencari hidup di Muhammadiyah."

Begitulah ruh yang semestinya dihidupkan di Unimaju. Kampus ini bukanlah tempat mencari untung pribadi, melainkan ladang menanam kebaikan bersama. Ia adalah rumah besar para penebar ilmu, penggerak peradaban, dan pembangun masa depan. Di sini, ilmu bertemu iman, Ilmu menyalakan hikmah, dan hikmah menjadi suluh peradaban.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

"Moralitas Terjun Bebas", Refleksi Akhir Tahun Bangsa Beragama Oleh: Dani Yanuar Eka Putra Penulis....

Suara Muhammadiyah

30 December 2024

Wawasan

Mengerti Al-Qur`an lewat Sains Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas ....

Suara Muhammadiyah

13 May 2024

Wawasan

Menuju Kesiapan Hidup Berumah Tangga Oleh: Teguh Pamungkas, Penyuluh Keluarga Berencana Perwakilan ....

Suara Muhammadiyah

5 April 2024

Wawasan

Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas Sekarang kita akan membahas tig....

Suara Muhammadiyah

25 May 2025

Wawasan

Nubuwah Era Digital dan Aplikasinya dalam Pembelajaran Oleh: Dr. Samson Fajar, M.Sos.I. Era digita....

Suara Muhammadiyah

28 September 2023

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah