Menjaga Rumah Besar dengan Adab dan Hikmah

Publish

27 December 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
77
Istimewa

Istimewa

Menjaga Rumah Besar dengan Adab dan Hikmah

Dalam perjalanan dakwah dan pengabdian, seorang pengurus perempuan, sebut saja Salma, selalu hadir dengan hati dan tangan terbuka. Sejak bertahun-tahun, ia membersamai umat bukan demi jabatan, bukan demi pengakuan, tetapi demi manfaat nyata. Dakwahnya hadir dalam pengajian tematik, pelatihan energi bersih, hingga ikhtiar menghadirkan panel surya di sekolah-sekolah. Relasi yang dibangun bukan relasi transaksional, melainkan relasi keumatan—lahir dari kepercayaan, konsistensi, dan aksi nyata.

Suatu ketika, Salma diingatkan bahwa setiap kegiatan di wilayah harus melalui jalur resmi, MoU, atau nota kesepahaman. Aturan yang tak tertulis, tetapi hidup dan dijaga turun-temurun. Ia menanggapi dengan tenang. Bukan menolak aturan, tetapi ingin memahami agar niat baik, inovasi, dan kebaikan tidak terhambat.

Di sini terlihat benturan antara dua kultur: kerja organik berbasis trust versus struktur hierarkis yang menjaga tertib organisasi dan akuntabilitas. Keduanya penting. Keduanya lahir dari niat menjaga kebaikan.

Dengan bijak, Salma berkata,

“Jika aturan itu jelas, saya siap menjalaninya. Rumah besar ini harus inklusif, ramah, terbuka, dan cerdas.”

Kata-kata itu bukan protes, tetapi refleksi dan visi: agar setiap perempuan yang berdakwah dengan caranya sendiri tetap diterima, dihargai, dan didengar. Dalam Islam, keteraturan dan amanah adalah bagian dari ibadah, sebagaimana Allah berfirman:

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa” (QS. Al-Maidah: 2).

Ibrah dari kisah ini sederhana namun penting: aturan organisasi hadir untuk melindungi, inovasi dan relasi umat adalah napas dakwah. Keduanya harus berjalan beriringan, saling meneguhkan. Rumah besar seperti ‘Aisyiyah dan Muhammadiyah akan tetap kokoh dan hidup, jika dijaga dengan adab, kasih sayang, dan hikmah, sambil tetap memegang amanah Allah:

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan” (QS. An-Nahl: 90).

Dengan demikian, kita belajar bahwa kepatuhan, kreativitas, dan ketulusan dapat berjalan bersama. Rumah besar ini akan selalu menjadi tempat yang aman, hangat, dan penuh cahaya bagi semua generasi perempuan yang berdakwah dengan sepenuh hati.

[Hening Parlan]


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Humaniora

Meneladani Ghirah Perjuangan Menghidupkan PCIM-PCIA Malaysia dari Nita Nasyithah Oleh: Windu Wuland....

Suara Muhammadiyah

25 May 2024

Humaniora

Sang Surya di Fajar Dewata: Nilai-Nilai Sosial Profetik Oleh: Joko Riyanto,S.Ag, Ketua PDPM Tulang ....

Suara Muhammadiyah

29 October 2025

Humaniora

Anak Kampung: Belajar Bersama Prof Romo KH Abdul Mu’ti  Oleh: Saidun Derani, Dosen ....

Suara Muhammadiyah

21 October 2024

Humaniora

Oleh: Cristoffer Veron P Hidup ini sarat dengan teka-teki. Tidak ada yang tahu dalam diri setiap in....

Suara Muhammadiyah

20 December 2023

Humaniora

Di tengah lingkungan yang mayoritas beragama Katolik, Masjid Nurul Asfar di Minggir, Sleman, Yogyaka....

Suara Muhammadiyah

17 March 2025