YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Tak seperti gerakan lain, Muhammadiyah berbeda. Ketika waktu itu banyak gerakan kuat justru menindas mereka yang lemah. Muhammadiyah datang untuk menolong yang lemah, miskin, dan tertinggal. Melalui asas kasih sayang terhadap sesama, KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah sebagai gerakan reformis yang pro terhadap isu-isu sosial, keagamaan, dan kemanusiaan.
Hal ini disampaikan Agus Taufiqurrahman, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah dalam Pengajian Ahad Pagi di Masjid Al-Musannif Tabligh Institute (22/6).
Ia menyampaikan bahwa anggota Muhammadiyah sejatinya berasal dari jamaah pengajian. Ketika itu terjadi, ruh pengajian di Muhammadiyah terus tumbuh dan berkembang hingga sekarang.
Agus menambahkan, di awal berdirinya, Muhammadiyah telah memiliki empat bagian yang menjadi dinamo penggerak kegiatan Persyarikatan di akar rumput. Pertama, bagian sekolah. Bagian ini bertanggung jawab untuk menyelenggarakan pendidikan bagi kalangan pribumi. Kedua, bagian tabligh. Bagian ini bertanggung jawab pada hal-hal yang terkait dengan masalah ketablighan. Ketiga, bagian PKO yang memiliki kepanjangan Penolong Kesengsaraan Umum.
“Karena Muhammadiyah itu dulu hadir mengamalkan spirit Al-Ma’un, dakwahnya itu untuk menolong orang-orang yang lemah dan dilemahkan,” tegasnya.
Keempat, bagian taman pustaka. Bagian ini bergerak pada bidang media dan publikasi. Menyebarkan semangat dan dakwah Islam melalui kegiatan literasi yang berkemajuan.
“Mengurus umat itu digembirakan hatinya, jangan ditakut-takuti,” pesannya dihadapan seluruh jamaah yang hadir. Dan cara itulah yang terus dilakukan oleh Muhammadiyah hingga sekarang. (diko)