Mengoptimalkan Eksistensi Buku
Oleh : Dr. Nasrullah, M.Pd., Alumni Program Doktor (S3) Pendidikan Islam UIN Imam Bonjol Padang
Di era digital sekarang, berbagai informasi telah hadir melalui berbagai berbagai perangkat telekomunikasi. Sehingga sangat mudah mengetahui segala sesuatu melalui You tube, tiktok, dan sebagainya. Hal ini membuat keberadaan buku sebagai sumber informasi mengalami degradasi atau penurunan. Sehingga, jika dibandingkan antara orang yang membaca buku dengan yang melihat video pada perangkat elektronik, bagaikan membandingkan antara rembulan dan matahari. Artinya sangat sedikit orang yang masih mau membaca buku dibandingkan dengan mereka yang menikmati tontonan.
Hal tersebut mungkin sudah merupakan tuntutan zaman, namun, memperkecil peran bahkan mengabaikan buku sebagai sumber informasi, sebenarnya akan menimbulkan berbagai konsekwensi. Seperti kurang dalamnya informasi yang diperoleh, kurang berkembangnya imajinasi dan sangat tergantung pada sumber energi. Dalam hal ini, buku memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan tayangan digital tersebut. Keunggulan itu diantaranya dalam mendapatkan informasi secara tuntas, menghadirkan imajinasi yang kuat dan mudah digunakan. Mungkin banyak perbandingan yang bisa di buat, namun keunggulan buku tetap ada.
Di samping memiliki keunggulan tersebut, keberadaan buku juga memiliki legitimasi yang kokoh, khususnya dari segi agama. Dalam Al Qur’an terdapat banyak sekali perintah untuk mengkaji, mendalami dan merenungkan kekuasaan-Nya. Kuasa Allah yang sangat jelas mengatur alam semesta ini, takkan sanggup manusia menyebutkan dan menuliskannya.
Seperti yang diungkapkan-Nya dalam surat Al Kahfi, yang secara tersirat mengungkapkan banyaknya ilmu Allah. Hal ini disimbolkan dengan pena dan tinta. Kedua alat ini merupakan unsur penting dalam menulis atau membuat buku. Berikut arti surat Al Kahfi, ayat 109, yakni : Katakanlah, “ Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, maka pasti habislah lautan itu sebelum selesai (penulisan) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan sebanyak itu (pula).
Menurut Quraish Shihab, seperti yang dikemukakan dalam Tafsir Al Misbah Vol.7 hal. 384, yang menyatakan bahwa kalimat-kalimat Allah adalah apa yang menunjuk kepada ilmu-Nya dari apa yang diwahyukan-Nya kepada rasul-rasul-Nya. Pengetahuan atau kalimat itu supaya bertahan lama atau langgeng, perlu ditulis. Untuk menulis digunakan pena dan tinta. Hasil penulisan itu tentu berupa buku, kitab atau bentuk lain yang sejenis. Begitu juga dalam surat Luqman, ayat 27, yang artinya : Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan lautan (menjadi tinta) ditambahkan kepadanya tujuh lautan (lagi) setelah (keringnya), niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat-kalimat Allah.
Ayat di atas mengisyaratkan banyaknya ilmu Allah. Sangat banyak ilmu, nikmat dan karunia Allah. Manusia tidak mampu mengungkapkannya, meskipun diungkapkan dengan tulisan yang dibuat dengan menjadikan tumbuhan di bumi sebagai pena dan air lautan sebagai sebagai tinta. Itu belum cukup, walaupun ditambah lagi sebanyak air lautan yang ada di bumi. Hal ini menunjukkan bahwa ilmu Allah tak terhingga banyaknya, tak terjangkau oleh kemampuan manusia.
Ungkapan pena dan tinta dalam ayat ini menunjukkan perangkat untuk menulis ilmu Allah. Wujudnya tentu dalam bentuk buku, kitab ataupun dalam bentuk lain yang bersamaan. Namun, meskipun sudah di tulis dengan tinta dari air lautan yang ada di dunia, kemudian tinta itu di tambah lagi sebanyak air lautan yang sudah digunakan, ilmu-Nya tetap belum bisa dituliskan semuanya.
Hal penting dari ungkapan tinta dan pena yang terkandung dalam ayat itu adalah adaya legitimasi terhadap buku atau kitab atau ungkapan lain yang melambangkan hasil tulisan. Berarti dari kutipan ayat Al Qur’an tersebut terdapat pendorong dan sumber motivasi untuk terus membaca buku, menggali informasi dari buku secara detail dan mendalam, juga merupakan tantangan untuk mendalami dan menggali nikmat serta ilmu-Nya.
Hal ini tentu memperkuat eksistensi buku di tengah tengah arus digitalisasi yang membawa efek positif maupun negatif. Seiring dan sejalan dengan besarnya perhatian terhadap buku, tentu akan mempersempit ruang bagi penyebaran berita hoaks atau berita bohong yang seringkali hadir di dunia maya. Selamat hari buku nasional.