Mengaji untuk Ketenangan Hati
Oleh: Mohammad Fakhrudin
Muslim mukmin pada bulan Ramadhan sangat dianjurkan memperbanyak membaca Al-Qur’an, yang popular disebut tadarus. Berkenaan dengan anjuran itu, dengan penuh semangat, mereka membaca Al-Qur’an selama satu bulan penuh. Mereka melakukannya demi mencontoh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Di dalam HR al-Bukhari dijelaskan sebagai berikut.
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ وَكَانَ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ فَلَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ مِنْ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ
"Dari Ibnu Abbas berkata, “Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam adalah manusia yang paling lembut terutama pada bulan Ramadhan ketika malaikat Jibril 'alaihi salam menemuinya, dan adalah Jibril mendatanginya setiap malam pada bulan Ramadhan, yang pada malam itu Jibril mengajarkannya Al-Qur'an. Sungguh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam orang yang paling lembut daripada angin yang berembus.”
Sebelum ada pengaturan penggunaan pengeras suara luar, dari masjid-masjid dan musala-musala suasana syiar Islam melalui kegiatan membaca Al-Qur’an pada bulan Ramadhan sangat terasa. Biasanya tadarus dilaksanakan oleh sekitar 10 orang laki-laki secara bergantian selepas shalat tarawih sampai pukul 21.00 atau 21.30. Kegiatan tadarus itu dilaksanakan kembali secara individual menjelang subuh.
Banyak keutamaan yang dapat diperoleh dengan mengaji lebih-lebih pada bulan Ramadhan. Satu di antaranya adalah ketenangan hati. Namun, mungkin ada juga muslim yang sudah mengaji sampai khatam, tetapi tetap saja sering galau. Mengapa hal itu terjadi?
Fenomena Tadarus pada Bulan Ramadhan
Umumnya mengaji Al-Qur’an pada bulan Ramadhan baru dimaknai melafalkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan tujuan untuk mencapai target khatam. Tadarus yang dilakukan oleh muslim secara individual mempunyai target kadang-kadang lebih dari dua kali khatam dalam bulan Ramadhan. Ada pemahaman pada mereka bahwa makin banyak khatam, makin banyak pahala yang diperolehnya.
Ada pengaruh kurang baik dari pemahaman tersebut. Sering pembacaan ayat-ayat Al-Qur'an dilakukan tidak secara tartil, padahal seharusnya membaca Al-Qur’an dilakukan dengan tartil sebagaimana dijelaskan di dalam surat al-Furqan (25): 32
وَقَا لَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَوْلَا نُزِّلَ عَلَيْهِ الْـقُرْاٰ نُ جُمْلَةً وَّا حِدَةً ۛ كَذٰلِكَ ۛ لِنُثَبِّتَ بِهٖ فُـؤَادَكَ وَرَتَّلْنٰهُ تَرْتِيْلًا
"Dan orang-orang kafir berkata, "Mengapa Al-Qur'an itu tidak diturunkan kepadanya sekaligus?" Demikianlah, agar Kami memperteguh hatimu (Muhammad) dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (berangsur-angsur, perlahan, dan benar)."
Karena sekadar melisankan ayat-ayat Al-Qur’an demi target khatam dua kali atau lebih dalam bulan Ramadhan, dari Ramadhan ke Ramadhan pemahaman terhadap kandungan ayat-ayat Al-Qur’an tidak mengalami peningkatan. Boleh jadi, di antara mereka ada yang tidak mengetahui bahwa di dalam Al-Qur’an terdapat cukup banyak ayat yang berisi penenang hati.
Benar bahwa membaca Al-Qur’an tanpa memahami artinya pun muslim mukmin sudah beroleh pahala sebagaimana dijelaskan, antara lain, di dalam HR at-Tirmizi berikut ini
عَنْ عَبْد اللَّهِ بْنَ مَسْعُودٍ رضى الله عنه يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُولُ الم حرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ.
"Abdullah bin Mas'ud radiyallahu anhu berkata: "Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, 'Siapa yang membaca satu huruf dari Al-Qur'an, maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi sepuluh kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan الم satu huruf, tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf."
Betapa ruginya jika kesempatan beroleh rahmat, barakah, dan ampunan dengan tadarus pada bulan Ramadhan tidak dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Pada bulan Ramadhan pahala dilipatgandakan! Jelas bahwa pahala berlipat ganda merupakan salah satu motivasi yang tidak dapat dipungkiri.
Ayat Al-Qur’an Penenang Hati
Di dalam Al-Qur’an terdapat ayat yang berisi penenang hati. Tentu hal itu diketahui oleh muslim mukmin yang tidak sekadar melisankan ayat-ayat Al-Qur’an, tetapi juga sekurang-kurangnya mau membaca arti atau terjemahnya. Lebih baik lagi, membaca tafsirnya. Makin lengkap lagi, jika dia juga aktif mengikuti kajian dengan ustaz yang berkompeten.
Mengaji dalam pengertian yang seutuh itu menjadi kunci pembuka pintu untuk memahami mana yang benar dan yang salah, mana yang baik dan yang buruk, mana yang halal dan yang haram, dan mana perintah mengerjakan dan mana perintah meninggalkan. Di samping itu, dengan mengaji secara utuh, ada harapan besar bahwa akidah makin kuat, ibadah makin mantap, akhlak makin baik, dan muamalah duniawi pun makin baik. Semua itu menjadi modal pemerolehan ketenangan hati tiap muslim mukmin.
Berikut ini dikemukakan contoh ayat yang berisi penenang hati.
Surat Insyirah (94): 6
اِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
"sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan."
Dalam usaha menafsirkan ayat tersebut, Hamka menceritakan pengalaman pribadinya. Selama dua tahun empat bulan, dia ditahan oleh pemerintahan rezim Sukarno tanpa proses pengadilan. Baginya keadaan itu merupakan kesulitan. Namun, bersamaan dengan kesulitan itu ada kemudahan.
Apa saja kemudahan yang diperolehnya? Di penjara dia khatam membaca Al-Qur’an sampai 150 kali. Di samping itu, dia berhasil menulis tafsir Al-Qur'an sampai 28 juz. Bahkan, tidak hanya itu. Ketika Presiden Sukarno akan wafat, dia dimintanya agar menjadi imam shalat jenazahnya! Hal itu tentu merupakan pemuliaan baginya. Semua itu menenangkan hati.
Kisah Hamka hanyalah salah satu contoh nyata yang dialami oleh muslim mukmin yang hidup sangat jauh pada rentang waktu dengan Rasulullah shallallahu ‘alaii wa sallam dan sahabat. Kiranya masih banyak lagi peristiwa lain yang berisi kisah kehidupan manusia yang dapat dijadikan contoh bahwa mengaji dalam arti yang seluas-luasnya dapat memperoleh ketenangan hati.
Jadi, mengaji dengan pengertian membaca ayat yang berisi penenang hati seperti ayat 6 surat al-Insyirah (94) dan “mengaji” kandungan isinya, muslim mukmin memperoleh ketenangan hati. Namun, beriman bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah Maha Pemberi Petunjuk berperan sangat utama.
Allahu a’lam