Menembus Batas: Pengabdian yang Menghidupkan Salutiwo

Publish

28 March 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
390
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Menembus Batas: Pengabdian yang Menghidupkan Salutiwo

Oleh: Furqan Mawardi/Ketua Lembaga Pengembangan Cabang Ranting Masjid dan Pesantren PWM Sulawesi Barat

Langit Mamuju berwarna kelabu saat Jumat pagi, 21 Maret 2025, kami bersiap memulai perjalanan panjang menuju Dusun Salukutu, Desa Salutiwo, Kecamatan Bonehau. Gerimis turun pelan, seolah menjadi isyarat bahwa perjalanan kali ini bukan sekadar perjalanan biasa, melainkan perjalanan penuh makna menembus batas fisik dan spiritual.

Melalui lembaga Pengembangan Cabang Ranting Masjid dan Pesantren Pimpinan Wilayah Muhamadiyah Sulawesi Barat, kami bersinergi dengan prodi Peternakan Fakultas Peternakan dan Agribisnis Universitas Muhammadiyah Mamuju, serta Pondok Pesantren MBS Muhammadiyah Mamuju, melakukan perjalanan penuh rintangan dan tantangan.

Misi kami jelas: menghidupkan kemandirian peternak sebagai strategi pengembangan Cabang dan Ranting Muhammadiyah serta membawa cahaya Alquran ke desa Salutiwo yang selama ini sunyi dari lantunan kalam Ilahi. Hal ini karena jumlah penduduknya yang beragama Islam hanya sekitar 30% dari seluruh jumlah penduduk.

Dua mobil yang membawa kami penuh dengan semangat pengabdian. Rombongan dosen dari Prodi Peternakan terdiri dari Insinyur Maryam S.Pt., M.Si., IPM, Andi Nur Insani S.Pt., M.Si., Muhammad Yusuf S.Pt., M.Si., Kaharuddin S.Pt., M.Si., serta Ibu Rhena, S.E., M.M. Sementara dari Pondok Pesantren MBS, turut serta Ustadz Rafiqushiddiq, serta dua santri senior yang juga pengurus IPM (Ikatan Pelajar
Muhammadiyah), Fadel Muhammad dan Fahri Opi.

Dilepas secara resmi oleh Mudir Pondok MBS, Kyai Wahyun Mawardi, kami berangkat pukul 08.00 pagi dengan harapan besar menyebarkan kebaikan dengan spirit fastabiqul khoerat, menyinari bumi Salutiwo, mencerahkan semesta.

Jalanan yang Menguji, Semangat yang Tak Terkikis

Perjalanan ke Bonehau bukanlah perjalanan biasa. Ini adalah ujian mental, fisik, dan tekad. Jalan yang kami tempuh berkelok tajam, menanjak dan menurun, dengan aspal yang semakin lama semaki menghilang, digantikan oleh tanah merah yang licin.

Hujan yang semula gerimis kini berubah menjadi deras. Ban mobil mulai kehilangan traksi, beberapa kali kami harus turun untuk mendorong kendaraan yang terjebak lumpur. Roda berputar cepat, tetapi mobil tak bergerak, hanya semakin dalam tenggelam dalam tanah yang basah. Kami saling bahu-membahu, mendorong dengan sekuat tenaga. Ada tawa yang terselip di antara perjuangan, sebuah tawa yang menandakan bahwa kami tak menyerah.

Kami melewati sungai yang tak memiliki jembatan, arusnya cukup deras. Saat itu, saya sempat berpikir, "Beginilah perjalanan pengabdian, tak ada yang mudah, tetapi pasti ada sesuatu yang berharga di ujung jalan".

Kami juga menghadapi tanjakan berlumpur yang memaksa mobil harus mundur beberapa kali untuk mengambil ancang-ancang. Keringat bercampur hujan, tetapi kami terus maju. Saat akhirnya kami berhasil melewati rintangan demi rintangan, ada kebanggaan tersendiri. Kami bukan hanya sekadar melakukan perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan spiritual yang menguatkan mental dan kebersamaan. Setelah empat jam yang melelahkan, alhamdulillah akhirnya kami tiba di Dusun Salukutu.

Sambutan Hangat di Tengah Dingin Hujan

Begitu tiba, kami langsung disambut dengan penuh kehangatan oleh warga setempat. Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Bonehau yang baru beberapa bulan yang lalu dibetuk dan dilantik, Bapak Nurdin, beserta imam masjid dan para jamaah, menyambut kami di Masjid Babul Khoir. Anak-anak berlarian menghampiri, ibu-ibu tersenyum ramah. Meski tubuh lelah, semangat kami kembali menyala.

Awalnya, kami merencanakan pengabdian masyarakat pada sore hari. Para dosen Prodi Peternakan siap memberikan pelatihan tentang teknologi pengolahan pakan berbasis hijauan lokal dan cara membuat dan penggunaan mesin tetas sederhana untuk meningkatkan produksi unggas. Namun, hujan tak juga berhenti. Air yang turun tanpa henti membuat kami harus menunda rencana itu.

Malam harinya, di tengah derasnya hujan, kami memperkenalkan para santri mubaligh hijrah yang akan tinggal bersama warga hingga menjelang Lebaran. Mereka akan menjadi penerang di desa ini, mengajarkan Alquran kepada anak-anak, mengisi kajian untuk orang dewasa, serta mempererat hubungan masyarakat dengan nilai-nilai Islam.

Setelah tarawih, kami berbincang dengan warga, menikmati suguhan kue sederhana dan juga durian yang memang sedang melimpah di desa ini, sambil mendengar harapan-harapan mereka. Saya merasakan ada sesuatu yang akan berubah di tempat ini, yakni ada harapan yang mulai menyala.

Hari Penuh Ilmu dan Cahaya

Pagi berikutnya, setelah sahur dan sholat Subuh berjamaah, cuaca akhirnya berpihak kepada kami. Hujan berhenti, meski matahari masih enggan menampakkan diri. Pengabdian masyarakat pun dimulai. Warga datang dengan antusias, mendengarkan setiap penjelasan dari para dosen dengan penuh perhatian. Mereka belajar bagaimana mengolah pakan ternak dari sumber hijauan lokal agar lebih bernutrisi dan efisien. Mereka juga diajarkan cara membuat mesin tetas sederhana agar tidak perlu bergantung pada indukan ayam atau bebek untuk menetaskan telur.

Saya melihat binar semangat di mata mereka. Bukan hanya kaum laki-laki yang datang, tetapi juga ibu-ibu, bahkan beberapa warga non-Muslim pun turut serta. Ini adalah bukti bahwa ilmu adalah milik semua orang, dan kebaikan tak mengenal batas agama atau latar belakang. Sebelum acara selesai, kami sempat membagikan beberapa paket sembako dari Lazismu Sulawesi Barat. Senyum merekah di wajah mereka, bukan hanya karena bantuan, tetapi karena mereka merasa dihargai dan diperhatikan.

Cahaya Alquran yang Menghidupkan Dusun Salutiwo

Setelah pengabdian masyarakat selesai, para dosen dari Universitas Muhammadiyah Mamuju berpamitan kembali ke kota. Namun, perjalanan pengabdian belum berakhir. Para santri dan pembina mubaligh hijrah tetap tinggal. Saya, sebagai pendamping mereka, menyaksikan sendiri bagaimana kehadiran mereka mengubah kehidupan di dusun ini. Masjid yang tadinya sunyi kini hidup dengan lantunan Alquran. Anak-anak yang sebelumnya lebih banyak bermain kini sibuk menghafal. Masyarakat yang jarang mengadakan kajian kini rutin berkumpul untuk mendengarkan ceramah. Saya berbincang dengan Pak Imam dan beberapa warga. Mereka mengungkapkan
kebahagiaan dan rasa syukur mereka.

“Masjid ini dulu sepi, sekarang setiap waktu ada yang membaca Alquran,” kata seorang warga. “Kami
merasa lebih tenang, lebih dekat dengan agama.”

Ketika tiba saatnya saya harus kembali lebih dulu, ada perasaan haru yang sulit dijelaskan. Saya tahu bahwa tugas saya belum selesai, bahwa pengabdian ini harus terus berlanjut. Pengabdian bukan hanya tentang datang, memberi, lalu pergi. Pengabdian adalah tentang menanam harapan, menyalakan semangat, dan memastikan cahaya itu terus menyala, bahkan setelah kita pergi.

Saya meninggalkan Dusun Salukutu dengan keyakinan bahwa cahaya Alquran akan terus bersinar di sana, bahwa para santri dan mubaligh hijrah akan meneruskan perjuangan ini hingga Lebaran, dan bahwa suatu hari nanti, kami akan kembali membawa lebih banyak ilmu, lebih banyak cinta, dan lebih banyak cahaya untuk menerangi pelosok negeri ini. Perjalanan ini belum selesai. Ini baru permulaan.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Persatuan Bangsa Sebagai Modal Pembangunan menuju Bangsa Berkemajuan  Oleh: Tito Yuwono,&....

Suara Muhammadiyah

18 February 2024

Wawasan

Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas Para pemimpin Makkah khawatir b....

Suara Muhammadiyah

20 September 2024

Wawasan

Menelaah Gerakan Ilmu dalam Gerakan Islam Berkemajuan  Oleh: Sutopo Ibnoris, PC IMM AR Fakhrud....

Suara Muhammadiyah

8 May 2024

Wawasan

  Terima kasih Bung Denny JA Oleh: Ahsan Jamet Hamidi Pada awal September 2023, diskusi di ....

Suara Muhammadiyah

7 September 2023

Wawasan

HEBATNYA PEREMPUAN: Menguatkan Peran di Rumah dan Organisasi Oleh: Bahren Nurdin Dalam lintasan se....

Suara Muhammadiyah

24 November 2023

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah