MENEGUHKAN KEPRIBADIAN MUHAMMADIYAH
Pengalaman dan kiprah kesejarahan Muhammadiyah semakin membentuk gerakan Islam ini dalam corak perjuangannya yang khas sebagai gerakan keagamaan dan kemasyarakatan yang moderat. Pilihan Muhammadiyah sebagai gerakan keagamaan dan kemasyarakatan (sosial) ini bukanlah pilihan yang tanpa godaan. Pilihan ini berulang kali digoda untuk ditinggalkan. Bahkan sejak pada masa Kiai Dahlan masih memimpin Persyarikatan ini, godaan itu sudah pernah datang menyapa. Tapi, Muhammadiyah tetap kukuh pada pilihannya sebagai gerakan keagamaan dan kemasyarakatan.
Di tahun 1918 (ada juga yang menyebut 1921), di salah satu forum permusyawaratan Muhammadiyah, Agus Salim berusaha meyakinkan Kiai Dahlan dan peserta sidang yang lain agar Muhammadiyah mengubah orientasi gerakannya menjadi gerakan politik. Meniru Sarekat Islam yang telah menjadi partai politik. Dikisahkan, gagasan dan retorika Agus Salim itu hampir bisa memengaruhi mayoritas peserta sidang. Apalagi, saat itu SI sedang moncer-moncernya dan menjadi role-model bagi gerakan modern yang menarik massa rakyat.
Namun, Kiai Dahlan menolak gagasan itu. Dengan jawaban retoris, “Apakah Islam itu?”, serta “Bagaimana Muhammadiyah mewujudkan Islam?”. “Apakah yang kita lakukan ini, untuk apa dan mengapa? Kiai Dahlan mematahkan seluruh bangunan argumen Agus Salim. Menurut Sang Pencerah, Islam itu lebih luas ketimbang politik. Muhammadiyah harus tetap pada jalurnya sebagai gerakan Islam yang luas, yang tidak memainkan peran politik praktis. Inilah pilihan sadar Muhammadiyah yang diletakkan pendirinya, Kiai Dahlan. Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang menyebarluaskan dan memajukan Islam yang berwatak kemasyarakatan, bukan gerakan politik.
Godaan berikutnya terjadi di tahun awal 1930- an. Ketika banyak tokoh di berbagai daerah tergoda untuk ikut pemilihan volksraad (parlemen/perwakilan rakyat). Suasana dan keadaan Muhammadiyah kala itu dapat dibaca di Tajuk Utama Majalah Suara Muhammadiyah nomor 26, 29 Januari 1931 halaman 593-597 yang ditulis oleh S Tjitrosoebono (Pemred Suara Muhammadiyah kala itu).
Selengkapnya dapat membeli Majalah Suara Muhammadiyah digital di sini Majalah SM Digital Edisi 10/2024