Kepemimpinan yang Menggerakkan Kemajuan
Muhammadiyah dan Aisyiyah sudah melewati delapan bulan dari Muktamar ke-48 di Surakarta. Musyawarah Wilayah dan Daerah secara umum telah selesai dilaksanakan, menyusul Musyawarah Cabang dan Ranting. Jika seluruh tingkatan telah bersyawarah maka pekerjaan utama di hadapan muka para pimpinan secara kolektif tersistem ialah menjalankan keputusan-keputusan permusyawaratan organisasi tersebut. Agenda para pemimpin ialah memimpinkan pelaksanaan program dan seluruh mandat permusyawaratan. Para personal pimpinan tidak dihabiskan oleh mobilitas individual yang boleh jadi tampak sibuk tetapi sejatinya tidak berkorelasi langsung pada pelaksanaan keputusan Muktamar, Musywil, Musyda, Musycab, dan Musyran.
Muhammadiyah, Aisyiyah, dan seluruh organ Persyarikatan kini menghadapi dinamika kehidupan zaman dalam konteks lokal, nasional, maupun global yang sangat kompleks di berbagai bidang kehiduoan. Seluruh pimpinan dituntut mujahadah yang semakin berkemajuan dalam pemikiran maupun menggerakkan segala usaha Persyarikatan untuk memajukan umat, bangsa, dan kemanusiaan semesta. Muhamamdiyah niscaya bergerak makin dinamis dengan langkah-langkah perubahan, melakukan usaha-usaha strategis, mengembangkan pusat-pusat keunggulan, serta perluasan daya jelajah pergerakan Muhammadiyah yang maju di berbagai bidang dan ranah kehidupan.
Pasca Muktamar ke-48 pengembangan misi dakwah dan tajdid melalui berbagai usaha yang niscaya melahirkan perubahan, pencerahan, dan kemajuan bagi Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang unggul di ranah lokal, nasional, dan global. Jika Muhammadiyah menggelorakan "Islam Berkemajuan" "Indonesia Berkemajuan", dan terakhir merumuskan “Risalah Islam Berkemajuan” maka modal utama kemajuan itu harus lahir dari rahim Muhammadiyah sendiri yang harus berkemajuan, yakni gerakan yang unggul di segala bidang kehidupan. Jangan sampai kemajuan hanya menjadi bahan ceramah dan pidato minus aplikasi dan implementasi. Apalagi bila Muhammadiyah ketinggalan langkah dari organisasi lain.
Muhammadiyah saat ini memerlukan mobilisasi energi dan potensi pimpinan yang menggerakkan seluruh lini dan usaha organisasi. Fungsi kepemimpinan dan para pimpinannya harus bersifat transformatif yang orientasinya terfokus pada memajukan Muhammadiyah secara konkret, dinamis, dan progresif yang membawa perubahan ke arah keunggulan. Pemimpin penggerak yang memajukan seluruh aspek kehidupan organisasi. Setiap anggota pimpinan dengan keragaman kualitas dan latarbelakang penting menyatukan diri dalam sistem dan berkontribusi secara optimal dalam gerak kepemimpinan yang maju dan progresif. Bukan kepemimpinan apa adanya dan sibuk secara personal, sementara organisasi secara sistem tidak bergerak maju secara siginifkan.
Menurut KH Ahmad Dahlan dalam Pidato Iftitahnya tahun 1921 yang berjudul “Tali Pengikat Hidup”, kepemimpinan Muhammadiyhah harus menjadi “pemimpin berkemajuan”. Para pimpinan Muhammadiyah dari seluruh lapisan niscaya maju pemikirannya diserta kegigihan dalam memajukan Muhammadiyah, umat, dan bangsa melalui amal usaha dan kerja-kerja unggulan. Seraya terus belajar, memperkaya, mengembangkan, serta mempromosikan pemikiran-pemikiran maju dalam menghadapi segala kompetisi. Dalam menanggapi dan berdialog dengan pemikiran kritis dari berbagai kalangan mesti dilakukan dengan ilmu yang mendalam dan berhorizon luas, bukan dengan pikiran-pikiran dangkal dan apologi. Para pimpinan Muhamamdiyah di seluruh tingkatan dapat menjadi suluh kemajuan berbekal khazanah ilmu dan hikmah yang disertai uswah hasanah.
Pasca Muktamar ini marilah seluruh anggota, kader, dan pimpinan Muhammadiyah di semua tingkatan bergerak maju secara tersistem yang gerak sentrifugal dengan tetap kokoh menjaga jiwa ikhlas dalam bermuhammadiyah, berkomitmen tinggi, berkhidmat, menjalin kebersamaan, bekerja secara terorganisasi, produktif, dinamis, dan progresif. Agenda rutin dan pelayanan tetap diperlukan tetapi fokus terpenting ialah mengagendakan langkah-langkah nyata dalam menjalankan amanat dan keputusan Muktamar untuk kemajuan gerakan. Lebih berat lagi bagaimana mendinamisasi dan menggerakkan organisasi dengan langkah-langkah strategis yang membawa Muhammadiyah menjadi “Unggul Berkemajuan” sebagaimana amanat Muktamar di Surakarta.
Sumber: Majalah SM Edisi 15 Tahun 2023