Menafsirkan Al-Qur`an dengan Sunnah

Publish

2 May 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
2200
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Menafsirkan Al-Qur`an dengan Sunnah 

Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas

Setelah menafsirkan Al-Qur`an berdasarkan Al-Qur`an itu sendiri, maka langkah selanjutnya adalah memahami Al-Qur`an berdasarkan Sunnah Nabi Muhammad. Ini adalah salah satu prinsip umum yang disebutkan dalam buku-buku pengantar studi tafsir Al-Qur`an. 

Salah satunya adalah karya Ibnu Taimiyyah, seorang ulama terkemuka abad pertengahan, yang menulis buku berjudul Al-Muqaddimah fi Ushul at-Tafsir (Pengantar Ilmu-Ilmu Tafsir). 

Buku tersebut telah diterjemahkan ke pelbagai bahasa, banyak diakui serta dipuji di negara-negara yang berbahasa Arab. Ada banyak komentar dan video YouTube tentangnya. Sebagai catatan, buku ini sering dijadikan rujukan untuk menunjukkan bahwa satu prinsip utama menafsirkan Al-Qur'an yakni berdasarkan Sunnah Nabi Muhammad.

Tidak sedikit yang menyatakan dengan cara yang kurang tepat, misalnya kita mesti menafsirkan Al-Qur`an ‘berdasarkan hadits.’ Tulisan ini tidak memilih kata ‘hadits’ karena tidak semua hadits bisa dipercaya. Kata ‘sunnah’ lebih akurat karena hadits bagian dari Sunnah Nabi. Hadits merujuk kepada keadaan Nabi mengatakan sesuatu atau melakukan sesuatu pada satu peristiwa tertentu, apakah itu sahih atau tidak. Tetapi dengan Sunnah, kita tidak terlalu fokus pada satu riwayat yang mengatakan bahwa Nabi melakukan ini. Kita memiliki gambaran yang lebih luas, tidak hanya tentang kehidupan Nabi seperti dalam sirahnya, tetapi lebih pada apa yang menjadi amalan beliau secara umum.

Hadits meriwayatkan bahwa Nabi mengatakan atau melakukan sesuatu pada satu peristiwa tertentu. Sementara yang kita maksud dengan Sunnah adalah apa yang Nabi lakukan secara rutin, yang menjadi kebiasaan beliau. Jadi dengan Sunnah ini, kita melihat prinsip yang lebih luas daripada sekadar sesuatu yang dikatakan atau dilakukan pada satu peristiwa tertentu. Jika kita mengetahui peristiwa di mana Nabi benar-benar mengatakan sesuatu tentang makna Al-Qur`an, itu sangat bagus atau luar biasa.

Tetapi seringkali apa yang kita miliki dalam tafsir Al-Qur`an bukanlah apa yang dikatakan Nabi Muhammad secara spesifik, melainkan apa yang dikatakan oleh para sahabat Nabi. Meskipun kita melihat itu sebagai kunci juga, untuk saat ini, kita perlu melihat apa yang dikatakan Nabi tentang penjelasan ayat-ayat Al-Qur`an.

Meskipun demikian, inilah prinsip yang kita pegang saat memahami makna Al-Qur`an. Kita ingin tahu bagaimana Nabi Muhammad menjalankan Al-Qur`an, bagaimana beliau bertindak berdasarkan Al-Qur`an. Karena kita bisa saja salah memahami makna Al-Qur`an, yang ternyata tidak ada hubungannya dengan kehidupan Nabi. Apa pun yang dikatakan Al-Qur`an, beliau pasti sudah melakukannya.

Imam Syafi’i mengatakan bahwa untuk mengetahui Sunnah, maka kenalilah Al-Qur`an. Karena jika kita mengetahui Al-Qur’an, kita tahu apa yang Nabi lakukan. Ketika Al-Qur`an menyuruh kita melakukan sesuatu, kita bisa paham bahwa Nabi pasti juga telah melakukannya. Itu menjadi respons lazim karena beliau adalah orang pertama yang mematuhi apa yang Allah perintahkan. Jika kita tahu apa yang dikatakan Al-Qur`an, maka kita segianya tahu apa yang Nabi lakukan.

Apa yang beliau katakan dan lakukan sebenarnya dijelaskan oleh Al-Qur`an. Al-Qur`an sendiri menempatkan Nabi Muhammad dalam peran penting sebagai pemberi penjelasan kitab ini. Banyak orang yang melewatkan hal ini. Ada yang berpendapat, “Kami akan menafsirkan Al-Qur`an sendiri. Pesan Allah ini untuk saya, dan saya tidak membutuhkan Nabi Muhammad untuk memahaminya.” Allah berfirman, “Kami turunkan adz-dzikr (Al-Qur`an) kepadamu agar engkau menerangkan kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan agar mereka memikirkan” (QS 16: 44).

Jadi tujuan diutusnya Nabi Muhammad oleh Allah atau tujuan Allah menurunkan Al-Qur'an kepadanya adalah agar beliau bisa menjelaskan kitab suci tersebut kepada kita. Kalau tidak, Allah bisa saja menurunkan kitab suci dengan cara yang berbeda. Mungkin Allah bisa memberi kita wahyu berupa ajaran-ajaran tertentu. Allah bisa saja membuat kitab suci itu jatuh dari langit, setidaknya secara teori. Ada banyak sebab dan akibat, sistem yang saling terkait dan berhubungan di dunia fisik kita. Sulit untuk membayangkan sebuah buku jatuh begitu saja dari langit.

Namun demikian, pada prinsipnya, Allah bisa saja menurunkan Al-Qur`an dengan berbagai cara. Tetapi Dia memilih cara khusus ini untuk menurunkannya ke dalam hati Nabi Muhammad. Agar kemudian beliau bisa menunjukkan kepada kita bagaimana menjalani isi kitab suci tersebut dalam realitas saat ini dan kita bisa menerjemahkannya ke realitas kita saat ini serta mengetahui apa artinya menjadi pengikut Al-Qur`an. Nabi Muhammad memiliki tanggung jawab itu.

Al-Qur`an juga menyebutkan bahwa Nabi diberi tanggung jawab tidak hanya untuk membaca kitab suci dan menyampaikannya kepada orang-orang, tetapi juga untuk menjelaskannya kepada mereka (QS 2: 151). Jadi tugas beliau tidak hanya sekedar membaca kitab suci ini tetapi juga mengajarkan kitab suci dan hikmah kepada kita.

Pada zaman Nabi Muhammad, para sahabatnya kerap mendatanginya. Mereka mengajukan pelbagai pertanyaan kepada Rasul. Lalu Nabi menjelaskan dan penjelasannya ditemukan dalam beraneka kitab tafsir Al-Qur`an. Sebaiknya kita membaca tafsir-tafsir Al-Qur`an untuk menemukan riwayat-riwayat tersebut.

Jika kita membaca kitab-kitab hadits, khususnya bab yang membahas tafsir Al-Qur`an, maka kita akan menemukan apa yang diriwayatkan sebagai perkataan Nabi. Sebagai contoh, Al-Bukhari dalam koleksi haditsnya yang sembilan jilid memiliki bab-bab tentang tafsir Al-Qur`an. Sahih Al-Bukhari ini memberikan daftar panjang hadits yang meriwayatkan beberapa tafsir tentang Al-Qur'an, baik yang diberikan Nabi sendiri maupun oleh umat Islam generasi awal. Karenanya ini amat layak dibaca.

Begitu juga dalam kumpulan hadits yang ditulis oleh Tirmidzi, yang dikenal Jami’ at-Tarmidzi. Kita akan menemukan referensi untuk penjelasan Al-Qur`an. Kita perlu mengetahui semua referensi ini. Namun secara keseluruhan, perlu diingat bahwa kita harus menempatkan Al-Qur`an dalam kehidupan Nabi. Jika kita mengetahui hal-hal yang biasa beliau lakukan, maka kita memiliki pemahaman tentang makna Al-Qur`an.

Tidak semua yang diriwayatkan tentang Nabi terpercaya, ada hadits-hadits yang lemah bahkan palsu. Jadi kita harus hati-hati dan kritis. Jangan sampai kita salah menafsirkan Al-Qur`an dan bersikeras mempertahankan penafsiran yang salah tersebut dengan mengatakan bahwa Nabi Muhammad berperilaku seperti ini atau itu.

Misalnya, ayat tentang rajam yang tidak ada. Konon ada ayat Al-Qur`an yang menyatakan bahwa para pezina harus dirajam. Karena tidak ada ayat seperti itu dalam Al-Qur`an, maka ada pihak yang memandang perlu mendukung gagasan bahwa para pezina harus dirajam. Mereka yang mendukungnya tidak hanya dengan mengatakan bahwa ada ayat Al-Qur`an yang pernah diturunkan tetapi sekarang dicabut, tetapi mereka juga merujuk pada Nabi Muhammad yang mensahkan rajam selama beliau hidup. Entah Nabi mengizinkan itu sebelum surah ke-24 ayat ke-2 diwahyukan untuk memberi kita aturan tentang hukuman cambuk bagi pezina. Dalam hal ini, hukuman cambuk membatalkan praktik rajam. Bisa saja seseorang melakukan kesalahan dalam meriwayatkan kejadian ini dari kehidupan Nabi.

Singkatnya, kita harus menerapkan semua prinsip tersebut. Semua kunci ini diperlukan untuk saling mendukung dan membuka makna Al-Qur`an. Saat satu ayat dibuka dengan Sunnah, maka ayat lainnya akan terbuka juga dengan Sunnah. Kita membutuhkan semua kunci tersebut secara bersamaan.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Khazanah

Pelajaran Berharga dari Kisah Para Nabi: Tinjauan Buku Lessons from the Stories of the Quran Oleh: ....

Suara Muhammadiyah

8 November 2024

Khazanah

Al-Hadits: Cahaya Petunjuk dari Relung Nabi Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Univers....

Suara Muhammadiyah

15 November 2024

Khazanah

Pemikiran Hasan Al-Banna (Bagian ke-2) Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas A....

Suara Muhammadiyah

5 March 2024

Khazanah

Al Muwaththa’ dan Identitas Sunni Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas....

Suara Muhammadiyah

16 January 2024

Khazanah

Apakah Islam Mengistimewakan Arab di atas Non-Arab? Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya....

Suara Muhammadiyah

22 March 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah