Kemerdekaan untuk Mempersiapkan Generasi Emas
Oleh: Drh H Baskoro Tri Caroko, Anggota LPCRPM PP Muhammadiyah Bidang Pemberdayaan Ekonomi, Seni dan Budaya
Mengikuti pengajian PP Muhammadiyah yang diselenggarakan online, hari Jumat 09 Agustus 2024 malam dengan topik “Kemerdekaan Dan Kemakmuran Bangsa” menjadi semacam self upgrade bagi mindset saya pribadi, karena berkesempatan belajar dari dari 3 narasumber yang sangat kompeten.
Prof. Dr. Leala Nurlaela Wati, S.E., Mm. (Universitas Teknologi Muhamadiyah Jakarta), dengan topik Konsentrasi Kapital dan Material Power Index, menjelaskan di Indonesia sedang terjadi kesenjangan sangat ektrim antara si kaya dan si miskin. Dan untuk meningkatkan kemakmuran bangsa dengan cara melakukan pemberantasan korupsi, peningkatan kualitas pendidikan, pelatihan, pengembangan infrastruktur yang merata, pemberdayaan UMKM, pengembangan kewirausahaan, peningkatan kesejahteraan sosial, pengurangan ketimpangan, perbaikan tata kelola pemerintahan, penguatan ketahanan pangan dan energi, peningkatan Inklusi keuangan, akses pendidikan dan pemberdayaan.
Prof. Dr. Nazaruddin Malik., SE., M.Si. (Rektor Universitas Muhamadiyah Malang), menyampaikan data bahwa di Indonesia pada kelas kelompok menengah yang diandalkan sebagai tulang punggung ekonomi yang sebelumnya pada tahun 2019 berkontribusi terhadap 37% konsumsi nasional, akibat terjadi pandemi turun 21,45% sehingga terpuruk pada posisi kontribusi 17,44 % di tahun 2023.
Prof. Dr. Bambang Setiaji, M.Si. (Ketua Majelis Diktilitbang PP Muhamadiyah), menjelaskan ada peluang melalui perbaikan tata kelola (re Industrialisasi) terutama bidang pertanian dan peternakan. Selain itu diperlukan kerjasama dengan negara pemimpin ekonomi dunia seperti assembling terhadap produk strategis teknologi tinggi berbahan logam dan kimia, sebagai upaya percepatan alih teknologi.
Ini merupakan peluang bagi Muhammadiyah yang memiliki banyak perguruan tinggi dan SMK vokasi untuk mengambil peran dalam industri berbasis science dan teknologi tersebut sekaligus berposisi sebagai benteng bagi masyarakat, menjadi filter aktif untuk mencegah dampak negatif dari pasar global dan kemajuan teknologi, untuk Kejayaan Indonesia yang tetap ber Ketuhanan Yang Maha Esa
Belajar dari perjalanan selama 100 tahun, Muhammadiyah terbukti sukses di bidang pendidikan dan kesehatan.
Selanjutnya agar berhasil sukses dalam pemberdayaan ekonomi semestinya menggunakan roadmap yang sama, dengan semangat QS Al Maun mengawali program dengan memprioritaskan perhatian pada kaum dhuafa, anak yatim dan fakir miskin yang sedang mengalami kerawanan pangan.
Berdasarkan UU RI No. 18 tahun 2012, pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama. Pemenuhannya merupakan bagian Hak Asasi Manusia dan dijamin UUD Negara RI tahun 1945 sebagai komponen dasar mewujudkan sumber daya manusia unggul dan berkualitas.
Pemenuhan kebutuhan pangan dilakukan dengan cara memproduksi pangan sendiri melalui budidaya ternak.
Bahan pangan asal budidaya ternak yang paling favorit adalah telur ayam karena harganya murah, memiliki citarasa lezat dan nikmat, mudah diolah menjadi berbagai masakan, sebagai stok pangan andalan setiap rumah tangga, dibutuhkan oleh banyak UMKM kuliner berbahan telur ayam, banyak diminati sehingga sangat ideal sebagai sarana pemberdayaan ekonomi bagi komunitas akar rumput.
Kaum dhuafa, yatim dan fakir miskin butuh sekolah gratis yang IT friendly dan beradab, mendidik jiwa wirausaha, kelistrikan, mesin ringan, assembling peralatan teknis, tata kelola pergudangan, akuntansi terapan dan menjalankan UMKM. Tetapi apakah Muhammadiyah masih memiliki kemerdekaan untuk menolong mereka, dengan menghadirkan SMK vokasi yang terintegrasi dengan usaha budidaya ayam petelur sebagai strategi penguatan ideologi, ekonomi dan kaderisasi, atau lebih asyik main tambang ?