Karomah KH Ahmad Dahlan

Publish

21 November 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
144
KH Ahmad Dahlan

KH Ahmad Dahlan

Karomah KH Ahmad Dahlan

Oleh: Arip Hidayat, Praktisi Keuangan Syari'ah di BTM Artha Surya. MTT PDM Kab. Tegal

Ahad, 02 November 2025 lalu. Di sela kunjunganku ke Yogyakarta. Tepat pukul 12.30 selepas menunaikan shalat Dzuhur-Asar jamak qosor di Masjid Jami' Karangkajen, kecamatan Kraton, Kota Yogyakarta. aku langkahkan kaki tanpa alas ke belakang masjid menuju komplek pemakaman kaum muslimin. Di sinilah sosok Sayyid itu di kebumikan. Pendiri Persyarikatan Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan. Pesarean Kiai Dahlan memang di Karangkajen bersama dengan KH. Ibrahim, KH. Ahmad Badawi, KH. AR. Fahrudin, Prof. Yunahar Ilyas dan Tokoh muslim lainnya. Termasuk satu komplek makam dengan Prof. Drs. Lafran Pane, pendiri Himpunan  Mahasiswa Islam ( HMI ), Organisasi kemahasiswaan yang sempat aku ikuti pengkaderan dan dinamikanya semasa kuliah jenjang strata satu di UMY. 

Itulah alasan aku ziyarah ke pesarean ini. Berdo'a di pusara Kiai Dahlan juga di pusara Lafran Pane. Sebagai bentuk syukur pada Tuhan karena di dua organisasi ini aku menimba ilmu, hikmah dan manfaat. Setelah bersolawat kepada Rasulullah saw. Ku berdo'a. "Tuhan Allah, limpahkanlah rahmat-Mu pada Kiai Dahlan. Aku berterima kasih pada-Mu karena telah membangkitkan seorang ulama, bernama Kiai Dahlan di Negeri ini, pendiri Muhammadiyah. Yang mana melalui Muhammadiyah inilah lahir berbagai kebaikan, manfaat untuk manusia di Bumi ini", demikian munajatku pada Tuhan. Dan tepat  selasa 18 November 2025 ini, milad Muhammadiyah ke 113 Tahun. Organisasi yang di gagas Kiai Dahlan ini kini telah menebar manfaat untuk manusia hingga melampaui satu abad 13 Tahun. 

Silsilah Dzahabiyah KH. Ahmad Dahlan

Dzahabiyah berasal dari kata Dzahab, artinya emas. Silsilah Dzahabiyah artinya rantai emas silsilah leluhur Kiai Dahlan. Menunjukan leluhur Kiai Dahlan adalah para ulama penyebar islam di Nusantara, para juru dakwah yang gigih,  mujahid dakwah yang bersambung hingga Nabi Muhammad saw. Berikut silsilah beliau menurut catatan Kiai Syuja' murid Kiai Dahlan : Muhammad Darwis (KH Ahmad Dahlan) putra KH Abu Bakar putra Kiai Muhammad Sulaiman putra Kiai Murtadha putra Kyai Ilyas putra Demang Jurang Juru Kapindo putra Demang Jurang Juru Sapisan putra Ki Ageng Gribig IV putra Ki Ageng Gribig III putra Ki Ageng Gribig II putra Pangeran Kedhanyang (Ki Ageng Gribig I) putra Sunan Giri II (Sunan Dalem) putra Sunan Giri I, anggota Walisongo (Prabu Satmata) putra Maulana Ishaq putra Ibrahim Zainuddin Al-Akbar putra Maulana Husin Jumadil Kubro putra Ahmad Syah Jalaluddin putra ’Abdullah Azmatkhan putra Abdul Malik Azmat Khan putra 'Alwi ‘Ammil Faqih putra Muhammad Shohib Mirbath putra ‘Ali Khali Qasam putra ‘Alwi Shohib Baiti Jubair putra Muhammad Maula Ash-Shaouma’ah putra ‘Alwi al-Mubtakir putra ‘Ubaidillah putra Ahmad Al-Muhajir putra ‘Isa An-Naqib putra Muhammad An-Naqib putra ‘Ali Al-’Uraidhi putra Sayyidina Ja’far Ash-Shadiq putra Sayyidina Muhammad al-Baqir putra Sayyidina ‘Ali Zainal ‘Abidin putra Al Husain putra Fathimah Az-Zahra putri Nabi Muhammad saw.

Guru-guru KH Ahmad Dahlan

Sosok keturunan Sunan Giri ini adalah pecinta ilmu dan pembelajar sejati. Keulamaan Kiai Dahlan bukan di peroleh lewat jalur instan dan singkat. Proses pengembaraan ilmu Kiai Dahlan membentang panjang dari mulai Yogyakarta - Gresik- Semarang - Makkah al-Mukaramah - Mesir. Berikut guru-guru sang Kiai : Guru paling awal Kiai Ahmad Dahlan adalah ayahnya sendiri, Kiai Abu Bakr, seorang ulama dan pemuka agama di Keraton Yogyakarta. Ahmad Dahlan kecil juga menuntut ilmu di pondok pesantren. Setelah itu beliau berguru kepada banyak ulama antara lain kakak iparnya yaitu Kiai Muhammad Soleh, termasuk kepada Kiai Faqih.

Selain itu beliau belajar fikih kepada Kiai Muchsin, ilmu nahwu kepada Kiai Abdul Hamid, ilmu falaq kepada Kiai Raden Dahlan, ilmu fikih dan hadis kepada Kiai Mahfud Tremas, ilmu hadis kepada Syekh Khayyat, Sayyid Baabusijjil dan Mufti Syafi’i, ilmu qira’atul quran kepada Syekh Amin dan Sayyid Bakri Syata’, ilmu pengobatan Islam kepada Syekh Hasan, serta ilmu qiraah dan falak kepada Kiai Asy’ari Bawean dan Syekh Misri Makkah.

Kiai Ahmad Dahlan juga pernah berguru kepada ulama besar asal Semarang, Kiai Soleh Darat. Setelah berhaji ke Makkah pada tahun 1903, di tanah Hidjaz Kiai Ahmad Dahlan kembali menimba ilmu dari ulama besar asal Nusantara, yakni Syekh Ahmad Khatib, Kiai Nawawi Al-Bantani, Kiai Mas Abdullah Surabaya, dan Kiai Faqih Maskumambang. Kiai Ahmad Dahlan juga berhasil bertemu dan berguru dengan murid dari Muhammad Abduh, yakni Muhammad Rashid Ridha selama dua tahun. 

Muhammadiyah Meyakini Adanya Karamah Para Wali

Akidah Muhammadiyah meyakini adanya karomah. Dalam kajian tauhid karomah di kategorikan Khawariqu Lil'adah. Kejadian luar biasa yang Tuhan Allah berikan pada Wali-Nya, kekasih-Nya. Sebagaimana Mukjizat di berikan-Nya pada para Nabi. Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang membidangi Tarjih, Tajdid dan Tabligh Prof Dr Yunahar Ilyas (1956 - 2020) menyatakan bahwa karomah atau peristiwa luar biasa, selain terjadi pada para Nabi, hanya terjadi pada wali Allah dan orang-orang tertentu atas kehendak dan izin Allah. Peristiwa itu terjadi pada saat kondisi terdesak dan tidak bisa direkayasa atau diulangi kembali. Karomah tidak bisa di pelajari. Seperti karamah Ashabul Kahfi yang di selamatkan Tuhan dari orang kafir dengan cara Tuhan membuat mereka tidur 309 tahun. 

Menurut pandangan Muhammadiyah karamah sejatinya adalah kemuliaan yang dianugerahkan Allah kepada wali-wali-Nya. Namun, kemuliaan ini tidak selalu berupa kejadian luar biasa yang melanggar hukum alam. Karamah bisa jadi sangat logis dan dapat dicapai oleh siapa saja yang bertakwa, taat dan tekun dalam ibadah.  Misalnya, kekuatan hafalan Imam Bukhari, beliau hafal tiga ratus ribu hadis dan kitab hadis shahih Bukhari adalah kitab hadis yang otoritatif dikalangan kaum muslimin setelah al-Qur'an, anugerah tingginya intelektualitas luar  bisa itu dianggap sebagai karamah Imam Bukhari. 

Karomah KH Ahmad Dahlan

Sebagaimana tertulis dalam sejarah, bahwa KH. Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah tanggal 18 November 1912 di Yogyakarta. Perjuangan beliau menegakan dakwah islam lewat persyarikatan Muhammadiyah penuh tantangan, ujian dan cobaan. Pernah Langgarnya di robohkan karena cara pandangnya dianggap menyimpang. Pernah pula beliau mendapat ancaman pembunuhan, pernah pula beliau menjual seluruh harta yang tersisa di rumahnya berupa perabotan dan pakaian demi membiayai dakwah Muhammadiyah. Tantangan dakwah itu semua di hadapi Kiai Dahlan dengan Tauhid, Mujahadah, Munajat dan Ikhlas. Kini 113 tahun setelah sang Kiai Mendirikan Muhammadiyah, Muhammadiyah semakin memancar cahayanya menebar manfaat. 

Sebagai contoh ke-manfaatan Muhammadiyah adalah data aset milik Muhammadiyah tahun 2023 saja sebagai berikut: Perguruan Tinggi Muhammadiyah-’Aisyiyah (PTMA) : 172 ( 83 Universitas, 53 Sekolah Tinggi, dan 36 bentuk lainnya). Rumah Sakit (RS) : 122 (ditambah dengan 20 Rumah Sakit dalam proses pembangunan). Klinik : 231. Sekolah/madrasah : 5345. Aset Wakaf : 20.465. lokasi Luas Tanah Muh : 214.742.677 m2 (data Simam 09/2023). Jumlah Amal Usaha Muhammadiyah Sosial (AUMSos) (MCC/LKSA): 1.012. Pesantren Muhammadiyah (PesantrenMu): 440. 

Pencapaian luar biasa yang di gapai Muhammadiyah saat ini berupa kemajuan adalah bentuk karamah lain Kiai Dahlan. Tuhan Allah menganugerahkan karamah kepada Kiai Dahlan berupa Muhammadiyah yang beliau dirikan tidak mati, bahkan setelah seratus tahun kemudian Muhammadiyah semakin besar dan bermanfaat untuk manusia. Karamah ini menandakan Kiai Dahlan seorang Wali Allah. Seorang kekasih Allah yang memiliki kualitas keimanan dan ketakwaan yang kuat. Namun tengoklah pesareannya yang tak jauh beda dengan makam para awam, sangat sederhana. Karena Wali Allah sejati tak butuh pengakuan manusia walau setelah wafatnya sekalipun. Penjelasan ini bukan tujuan kultus pada beliau, tapi sebuah kesyukuran pada Tuhan yang telah menganugerahkan Muhammadiyah bagi bangsa ini lewat Kiai Dahlan, juga agar kita senantiasa punya adab dan takzim pada beliau, sosok besar di Negeri ini. Mari kita andil membesarkan buah karamah Kiai Dahlan ini. Dan bergembira di milad Muhammadiyah ke-113 tahun. 

Tembok Banjaran, Tegal, 18 November 2025


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Kontribusi Umat Islam terhadap Kemajuan Pendidikan Oleh: Mohammad Fakhrudin, Warga Muhammadiyah Mag....

Suara Muhammadiyah

8 May 2025

Wawasan

Apakah Allah ‘Memejamkan Mata’ terhadap Derita Rakyat Palestina? Oleh: Donny Syofyan, D....

Suara Muhammadiyah

10 June 2024

Wawasan

Oleh: Donny Syofyan Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas Ada empat aliran pemikiran besa....

Suara Muhammadiyah

11 December 2023

Wawasan

365 Hari Dilalui, 365 Hari Akan Kita Hadapi Oleh : Machnun Uzni, S.I.Kom, Wakil Sekertaris Pimpinan....

Suara Muhammadiyah

31 December 2023

Wawasan

Oleh: Bahrus Surur-Iyunk Jika Anda orang Sumenep dan Pamekasan atau pernah jalan-jalan ke kota Sume....

Suara Muhammadiyah

18 February 2024