Anak Saleh (1)

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
457
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Anak Saleh (1)

Oleh: Mohammad Fakhrudin

Ada tiga hal yang berpahala mengalir terus meskipun pelakunya sudah meninggal, yaitu sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakan. Hal itu dijelaskan di dalam HR  Muslim, at-Tirmizi, Abu Dawud, an-Nasa’i, dan Ibnu Hibban yang bersumber dari Abu Hurairah radiyallahu 'anhu berikut ini.

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ: إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ  – رواه مسلم والترمذيّ وأبو داود والنسائيّ وابن حبّان عن أبي هريرة 

 “Ketika seorang manusia meninggal dunia, maka amalannya terputus, kecuali tiga hal, yaitu sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakannya.”

Sungguh sangat beruntung muslim yang mempunyai ketiga-tiganya. Di dalam kehidupan nyata ada muslim yang dipilih oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala mempunyai ketiga-tiganya. Namun, ada pula muslim yang terpilih mempunyai salah satu di antara ketiga hal itu, yaitu anak saleh.

Anak yang demikian tentu sangat didambakan oleh setiap orang tua. Bahkan, dia pun dicintai oleh masyarakat karena menjadi rahmatan lil'alamin.

Di dalam artikel "Anak Saleh" (1) ini diuraikan empat hal pokok, yaitu (1) fenomena yang menyesakkan dada, (2) hidayah bagi manusia dan hewan, (3) penciptaan manusia menurut Islam, dan (4) mengenali kesalehan anak sejak dini.

Fenomena yang Menyesakkan Dada

Cukup banyak anak, bahkan orang yang sudah punya anak, yang  belum dapat membahagiakan orang tua, tetapi membuatnya sedih;  belum dapat membuat orang tuanya  tertawa bahagia, tetapi malah membuatnya menangis sedih. 

Beberapa contoh kasus perlakuan anak terhadap orang tua yang terjadi pada akhir-akhir ini adalah (1) memukuli ibu dengan besi karena disuruh beli LPG, (2) melempari batu ibunya karena tak diberi uang, (3) menjual sawah keluarga, (4) memukuli ibu kandung gegara uang beli paket internet tidak cukup, (5) menggadaikan rumah dan seluruh harta orang tua, (6) membunuh ibu kandung karena niat nikahnya tidak digubris, (7) membunuh bapak kandung karena bosan merawat orang tua sakit, (8) dalam keadaan mabuk membakar ibu dan adik, (9) membunuh orang tua karena menganggapnya dajal, dan (10) memaki ibunya hanya karena tidak tahu tentang biscoff. 

Kasus lain yang terjadi juga adalah (1) ketika orang tua sehat: anak tidak peduli; berbicara kasar; berebut waris, (2) ketika orang tua sakit: anak senang, (3) ketika ora tua sakaratul maut: anak makin senang; tidak tahu bagaimana seharusnya, (4) ketika orang tua baru meninggal: makin sangat senang; tidak tahu bagaimana seharusnya, bahkan, ada yang beberapa waktu kemudian menarik tanah yang telah diwakafkan oleh orang tua.

Masih ada lagi: dengan alasan sibuk, anak tidak mau menerima telepon dari orang tuanya, tidak membaca WA dari orang tuanya, bahkan, tidak mau pulang ketika menerima kabar bahwa orang menjadi tuanya sakit. Di samping itu, masih ada juga anak yang mengirimkan orang tuanya ke panti jompo. 

Sungguh sangat menyesakkan dada. Mereka yang berucap dan berperilaku sebagaimana telah disebutkan pantas disebut anak durhaka! Nauzubillah!

Hidayah bagi Manusia dan Hewan

Manusia memperoleh hidayah naluri, pancaindra, akal, dan agama dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hidayah yang diberikan kepada manusia lebih lengkap daripada yang diberikan kepada hewan. Hidayah akal dan agama itulah yang membedakan manusia dari hewan. Manusia dapat berpikir dengan akalnya, sedangkan hewan mempunyai otak, tetapi tidak dapat berpikir. 

Boleh dikatakan, manusia dan hewan sama-sama mempunyai otak, tetapi otak pada manusia digunakan untuk berpikir, sedangkan otak pada hewan tidak. Manusia dapat membedakan benar-salah, halal-haram, dan baik-buruk menurut agama, sedangkan hewan tidak demikian halnya. 

Manusia yang menggunakan semua hidayah itu dengan melaksanakan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan meninggalkan larangan-Nya, sungguh merupakan makhluk yang paling mulia sebagaimana dijelaskan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala di dalam Al-Qur'an surat at-Tin (95): 4
لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِ نْسَا نَ فِيْۤ اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍ 

"Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya,"

Jika tidak menggunakan hidayah sesuai dengan kehendak-Nya, manusia dikembalikan ke tempat yang serendah-rendahnya 

ثُمَّ رَدَدْنٰهُ اَسْفَلَ سَا فِلِيْنَ 

"kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya,"

Begitulah firman-Nya di dalam Al-Qur'an surat at-Tin (9): 5.

Di dalam Al-Qur'an surat al-A'raf (7): 179 dijelaskan bahwa manusia yang tidak menggunakan hati, mata,  dan telinga sesuai dengan yang dikehendaki Allah Subhanahu wa Ta'ala, lebih sesat daripada hewan ternak.

وَلَـقَدْ ذَرَأْنَا لِجَـهَنَّمَ كَثِيْرًا مِّنَ الْجِنِّ وَا لْاِ نْسِ ۖ لَهُمْ قُلُوْبٌ لَّا يَفْقَهُوْنَ بِهَا ۖ وَلَهُمْ اَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُوْنَ بِهَا ۖ وَلَهُمْ اٰذَا نٌ لَّا يَسْمَعُوْنَ بِهَا ۗkan اُولٰٓئِكَ كَا لْاَ نْعَا مِ بَلْ هُمْ اَضَلُّ ۗ اُولٰٓئِكَ هُمُ الْغٰفِلُوْنَ

"Dan sungguh, akan Kami isi Neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan, lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah."

Penciptaan Manusia menurut Islam

Penciptaan manusia diterangkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala di dalam Al-Qur'an, antara lain, surat al-Mukminun ( 23): 12-14

وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْاِ نْسَا نَ مِنْ سُلٰلَةٍ مِّنْ طِيْنٍ 

"Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah."

ثُمَّ جَعَلْنٰهُ نُطْفَةً فِيْ قَرَا رٍ مَّكِيْنٍ 

"Kemudian Kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kukuh (rahim)."

ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظٰمًا فَكَسَوْنَا الْعِظٰمَ لَحْمًا ثُمَّ اَنْشَأْنٰهُ خَلْقًا اٰخَرَ ۗ فَتَبٰـرَكَ اللّٰهُ اَحْسَنُ الْخٰلِقِيْنَ l

"Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Maha Suci Allah, Pencipta yang paling baik."

Adapun waktu penipuan ruh kepada janin dijelaskan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sebagaimana terdapat di dalam HR al-Bukhari dan Muslim berikut ini.

 عن ابى عبد الرحمن عبد هللا بن مسعود رضى هللا عنه قال حدثنا رسول هللا وهو الصادق المصدوق - ان احدكم يجمع خلقه فى بطن امه اربعين يوما ثم يكون علقة مثل ذلك-ثم يكون مضغة مثل ذلك - ثم يرسل اليه الملك فينفخ فيه الروح ويؤمر باربع كلمات بكتب رزقه واجله وعمله وشقى او سعيد فوهللا الذى الاله غيره ان احدكم ليعمل بعمل اهل الجنة حتى مايكون بينه وبينها اال ذراع فيسبق عليه الكتاب فيعمل بعمل اهل النار فيدخلها– وان احدكم ليعمل بعمل اهل النار حتى ما يكون بينه وبينها اال ذراع فيسبق عليه الكتاب فيعمل بعمل اهل الجنة فيدخلها )رواهh البخارى ومسلم 

"Dari Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud radiyallahu 'anhu berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang jujur dan tepercaya bersabda kepada kami: Sesungguhnya, penciptaan kalian dikumpulkan dalam rahim ibu, selama empat puluh hari berupa nutfah (sperma), lalu menjadi alaqah (segumpal darah) selama itu pula, lalu menjadi mudhghah (segumpal daging) selama itu pula. Kemudian, Allah mengutus malaikat untuk meniupkan ruh dan mencatat 4 (empat) perkara yang telah ditentukan, yaitu rezeki, ajal, amal, dan sengsara atau bahagia. Demi Allah, Dzat yang tiada Tuhan selain Dia, sesungguhnya ada di antara yang melakukan perbuatan-perbuatan penghuni surga hingga jarak antara dia dengan surga hanya sehasta (dari siku sampai ke ujung jari), tetapi suratan takdirnya sudah ditetapkan, lalu ia melakukan perbuatan penghuni neraka, maka ia pun masuk neraka."

Berdasarkan hadis tersebut dapat diketahui bahwa pada usia kandungan 120 hari atau 4 bulan kepada janin ditiupkan ruh. Berkenaan dengan itu, ada tradisi pada sebagian muslim Indonesia mengadakan "selamatan" yang oleh orang Jawa disebut "ngapati". Kata "ngapati" berasal dari kata "papat" (bahasa Jawa), yang artinya empat. Dengan demikian, "ngapati" berarti selamatan usia janin empat bulan. Tentu perlu diteliti secara akademis adakah tuntunan syar'i tentang tradisi itu.

Mengenali Potensi Kesalehan Anak sejak Dini

Berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang penciptaan manusia sebagaimana dikutip, sangat beralasan tuntunan Majelis Tarjih dan Tajdid tentang pembentukan spiritual pada anak yang disebutkan pada buku Himpunan Putusan Tarjih Jilid 3 (hlm.415) bahwa langkah pertama yang perlu ditempuh oleh orang tua (terutama ibu) adalah beribadah zikir dan berdoa (ketika anak masih di dalam rahim).  Ada beberapa doa yang dikutip dari Al-Qur'an, yakni

رَبِّ هَبْ لِيْ مِنْ لَّدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً ۚ اِنَّكَ سَمِيْعُ الدُّعَآءِ

"Ya Tuhanku, berilah aku keturunan yang baik dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa.""

(Al-Qur'an surat Ali 'Imran [3]: 38)

 رَبَّنَا هَبْ لَـنَا مِنْ اَزْوَا جِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّا جْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَا مًا

"Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.""

(Al-Qur'an surat Al-Furqan [25]: 74)

 رَبِّ اَوْزِعْنِيْۤ اَنْ اَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِيْۤ اَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلٰى وَا لِدَيَّ وَاَ نْ اَعْمَلَ صَا لِحًـا تَرْضٰٮهُ وَاَ دْخِلْنِيْ بِرَحْمَتِكَ فِيْ عِبَا دِكَ الصّٰلِحِيْنَ

"Ya Tuhanku, anugerahilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan agar aku mengerjakan kebajikan yang Engkau ridai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.""

(Al-Qur'an surat An-Naml [27]: 19)

رَبِّ اَوْزِعْنِيْۤ اَنْ اَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِيْۤ اَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلٰى وَا لِدَيَّ وَاَ نْ اَعْمَلَ صَا لِحًا تَرْضٰٮهُ وَاَ صْلِحْ لِيْ فِيْ ذُرِّيَّتِيْ ۗ اِنِّيْ تُبْتُ اِلَيْكَ وَاِ نِّيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ

"Ya Tuhanku, berilah aku petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau limpahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku, dan agar aku dapat berbuat kebajikan yang Engkau ridai; dan berilah aku kebaikan yang akan mengalir sampai kepada anak cucuku. Sungguh, aku bertobat kepada Engkau, dan sungguh, aku termasuk orang muslim.""

(Al-Qur'an surat Al-Ahqaf [46]: 15)

Sementara itu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memberikan tuntunan agar muslim yang akan melakukan jimak berdoa sebagaimana terdapat di dalam HR al-Bukhari dan Muslim,

بِسْمِ اللهِ اَللّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا

"Dengan menyebut nama Allah, ya Allah jauhkanlah kami dari (gangguan) setan dan jauhkanlah setan dari rezeki yang Engkau anugerahkan kepada kami."

ما شاء الله 
Begitu sempurnanya Islam! 

Di dalam kehidupan sehari-hari ada ibu hamil yang mengidam sesuatu. Ada yang menganggap bahwa mengidam itu merupakan keinginan janin yang ada di dalam rahim misalnya mengidam buah-buahan seperti mangga muda, makanan tertentu seperti rujak, bakso, satai, atau yang lain.Jika keinginannya itu tidak terpenuhi, setelah lahir, dari mulut anak itu keluar "air liur" yang sulit dihentikan.

Dari sisi lain, ibu sang janin itu malas beraktivitas seperti menyapu, mencuci, atau memasak apalagi tadarus dan shalat berjamaah. Ketika diajak tadarus, baru satu dua ayat, berkali-kali kepala ibunya mengangguk-angguk bukan karena memahami isi ayat dibacanya, melainkan  karena mengantuk.Hal yang mengherankan adalah dia dapat bertahan berjam-jam ketika memegang gawai.

Ada lagi fenomena lain. Ketika hamil anak pertama, ibu mengidam mangga muda, tetapi ketika hamil anak kedua dua, dia mengidam durian. Hal itu disebut sebagai pembawaan bayi ("gawan bayi": Jawa).

Masih ada lagi fenomena yang tidak kalah masyhurnya, yakni jika ibu hamil membenci orang karena kejelekan rupa orang itu dan kebenciannya itu tersimpan dalam-dalam di hati, anak yang dikandungnya setelah lahir, rupanya seperti orang yang dibencinya. 

Berbagai fenomena itu kiranya perlu diteliti secara akademis dengan merujuk kepada Al-Qur'an dan hadis apakah sekadar mitos atau fakta.

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, mengidentifikasi jenis kelamin janin sudah dapat dilakukan. Hasilnya: boleh dikatakan sukses. Demikian pula mengenali jumlah janinn di rahim ibu apakah hanya satu atau kembar.  

Sementara itu, mengenali reaksi telinga janin terhadap suara atau bunyi pun sudah dilakukan. Hal itu dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pada usia berapa bulan indra dengar janin mulai dapat menerima rangsang dan jenis suara atau bunyi apa yang direaksi. Konon pada usia kehamilan 23–27 pekan, bayi dalam rahim sudah mampu mendengar suara ibu dan sekelilingnya.

Berkenaan dengan itu, jika instrumen penelitian yag digunakan adalah musik yang beragam jenisnya misalnya musik jenis klasik dan popular, hasil yang diperolehnya adalah musik jenis tertentu misalnya musik klasik. Namun, jika instrumen yang digunakan adalah muratal dengan  suara merdu dan pembacaan ayat Al-Qur’an dengan lagu dan suara merdu, hasilnya pastilah pembacaan ayat-ayat Al-Qur’an itu yang didengar dan direaksi. 

Sungguh tepat muslimah sejak.awal kehamilannya memasang speaker aktif di perutnya dan memperdengarkan pembacaan ayat-ayat Al-Qur’an (umumnya muratal). Ada harapan besar bahwa seketika saraf pendengaran pada janin telah berfungsi untuk mendengarkan, bacaan ayat Al-Quran itulah yang didengarnya paling awal. 

Ada fenomena berikut: ketika hamil, ibu sangat bersemangat shalat berjamaah, tahajud, berzikir, tadarus, berzakat,  berinfak, bersedekah, berpuasa, mengikuti kajian-kajian yang mencerdaskan, mencerahkan, dan memajukan. Aktivitas lain seperti memasak, mencuci, dan menyapu dikerjakannya dengan perasaan senang juga. Apakah itu tanda bahwa janin yang dikandungnya adalah anak saleh?

Allahu a'lam


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Oleh: Gunawan Trihantoro, SPdI Angkatan Muda Muhammadiyah, Anggota Satupena Jawa Tengah dan penulis....

Suara Muhammadiyah

19 August 2024

Wawasan

 Muharam Mari Berbenah  Oleh: Ika Sofia Rizqiani, S.Pd.I., M.S.I Bulan telah berganti, k....

Suara Muhammadiyah

8 July 2024

Wawasan

Budaya versus Agama Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas Saya ingin....

Suara Muhammadiyah

9 August 2024

Wawasan

Puasa Bukan Hukuman, Tapi Jalan Kebahagiaan Menuju Tuhan Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu B....

Suara Muhammadiyah

11 March 2024

Wawasan

Organisasi Masyarakat Islam dalam Pusaran Pilpres 2024 Oleh: Tri Laksono Setiap kali menjelang pe....

Suara Muhammadiyah

1 October 2023

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah