SAMARINDA, Suara Muhammadiyah – Pelantikan Wakil Rektor Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur masa jabatan 2026-2029 berlangsung Kamis (24/7). Wakil Rektor tersebut antara lain Abdul Halim (Wakil Rektor 1), Praja Hadi Saputra (Wakil Rektor II), Ghozali (Wakil Rektor III), dan Suprayitno (Wakil Rektor V).
Acara ini dihadiri oleh Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ahmad Dahlan Rais. Dahlan menyampaikan terima kasih kepada Wakil Retor periode lalu yang telah bekerja dengan sungguh-sungguh. “Sehingga mencapai prestasi yang dibanggakan,” katanya.
Bagi Dahlan, pergantian estafet kepemimpinan ini merupakan proses yang secara alami terjadi di setiap akhir masa kepemimpinan. Karena itu, Ia mengharpkan momentum ini bisa menjadi cambuk bagi UMKT untuk tetap bertahan kokoh sampai ratusan tahun ke depan.
“Kalau Oxford (Inggris), Strasbourg (Perancis), Leipzig (Jerman), bisa melewati 700 tahun, Al Azhar (Kairo) bisa melewati 1000 tahun, maka mudah-mudahan UMKT besok menyusul. Dan di UMKT kami harapkan bisa berlangsung berusia panjang,” ujarnya.
Di sinilah menjadi perjalanan yang berkelanjutan. Baginya, UMKT harus mampu mempertahankan eksistensinya, sehingga memberikan kontribusi bagi kehidupan bangsa dan negara yang lebih luas lagi.
“Jadi ini merupakan perjalanan yang berkelanjutan, yang sustainable yang saya kira dari sekian banyak perguruan tinggi ini akhirnya nanti yang mampu bertahan memberikan kontribusi dan sumbangan kepada masyarakat,” tuturnya.
Melihat realita kehidupan sekarang, Dahlan berpesan kepada jajaran Wakil Rektor yang baru, bahwa tantangan perguruan tinggi makin kompleks dan berat. Kesenjangan, keterbelakangan, ketimpangan, dan sebagainya menjadi tantangan yang dihadapi oleh perguruan tinggi ke depan.
“Salah satunya masalah sumber daya manusia. Maka pastilah kita melihat sumber daya manusia ini sebagai bagian penting menghadapi tantangan ke depan,” paparnya.
Pada aspek sumber daya ini, mengerucut pada rendahnya minat baca masyarakat. Bahwa membiasakan membaca menjadi hal yang sangat substansial untuk memperluas wawasan dan memperkaya khazanah pengetahuan.
“Kita itu lemah (membiasakan membaca). Konon, mereka yang kuliah S3 setelah selesai (kuliah), merasa sudah rampung. Jadi S3 itu selesai, selesai membacanya,” bebernya.
Termasuk, yang telah menjadi Guru Besar, pun sebagian ada yang tidak membudayakan kembali semangat membaca. “Jarang-jarang yang masih kemudian terus tekun membaca,” terangnya.
Dahlan menggarisbawahi pentingnya menjadikan seluruh lingkungan kampus sebagai ruang yang kondusif bagi tumbuhnya atmosfer akademik. “Kalau ini tidak dimiliki, saya kira sulit untuk bisa bersaing dengan yang lainnya,” tegasnya. (Cris)