Jangan Mempermainkan Agama

Publish

23 August 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
291
Istimewa

Istimewa

Jangan Mempermainkan Agama

Oleh : M. Rifqi Rosyidi, Lc., M.Ag, Mudir Pondok Modern Muhammadiyah Paciran; Dewan Pakar Sahabat Misykat Indonesia

Beribadah itu ringan karena secara prinsip Allah tidak pernah membebani hamba-Nya dengan kewajiban yang di luar batas kemampuannya (lā yukallifu Allāhu nafsan illā wus'ahā [2:286]).
Pelaksanaannya pun sangat mudah (wa mā ja'ala alaykum fī al-dīni min haraj [22:78]). Bahkan pada tataran tertentu Allah juga memberikan banyak pilihan dan kemudahan dalam bentuk rukhshah (yurīdu Allāhu bikum al-yusra wa lā yurīdu bikum al-'usr [2:185]).

Meskipun demikian tidak dibenarkan bagi siapa pun mempermudahnya dengan melaksankan ibadah sesuai kehendaknya sehingga terkesan ajaran agama sebagai bahan candaannya sekaligus menghilangkan substansinya sebagai risalah ilahiyyah yang sakral.

Karakter utama pelaksanaan ibadah itu bernilai sangat transenden, maka memasukkan unsur permainan duniawi (al-laghwu: al-lahwu: al-la'ibu)  menjadi bagian dari pelaksanaan ibadah adalah salah satu bentuk desakralisasi ibadah. 

Misalnya ketika kita bershalawat atas nabi, sejatinya kita sedang berdoa kepada Allah s.w.t. memohon kepada-Nya agar mengampuni dan menurunkan rahmat-Nya kepada nabi Muhammad s.a.w. 

Kita juga telah mengetahui bahwa berdoa adalah inti dari ibadah (al-du'ā'u huwa al-ibādah). Kalau ibadah yang sangat transenden ini diiringi dengan alunan musik, bahkan berjoget ria layaknya konser musik dangdut lengkap dengan lampu flash HP,  maka tidak bolehkah yang sedemikian itu disebut telah mempermainkan agama dan melecehkan nilai-nilai ibadah?. 

Tanpa disadari merebak di sekeliling kita perilaku keagamaan semacam ini dan telah diklaim sebagai salah satu manifestasi keagamaan kelompok tertentu.

Bukan menuduh tetapi mari kita menyikapi fenomena ibadah semacam ini dengan mencermati salah satu ayat yang  secara khusus Allah menyindir orang-orang kafir yang ibadahnya tidak lebih dari siulan dan tepukan tangan: "dan tidaklah shalat mereka di sekitar masjid kecuali hanya siulan dan tepukan tangan. Maka rasakanlah adzab disebabkan kekafiranmu". (Q.S. al-Anfal [8]: 35).

Begitu pula dengan mereka yang melaksanakan ajaran agama yang selalu dikaitkan dengan kepentingan duniawi. Memilih ayat yang sesuai dengan kepentingannya dan menolak sebagian yang lain karena dianggap tidak sesuai dengan jalan pikirannya ([4:150], [2:85]). 

Golongan ini berani mengingkari syariatnya dengan menolak teks agama yang dianggap tidak rasional atau dengan pembacaan terhadap teks-teks tersebut melalui tafsiran yang menyimpang jauh dari konteks dan makna yang dikandungnya. Sebagaimana yang telah dilakukan oleh orang-orang Yahudi terhadap Taurat ([4:46]. 

Mengakui keterbatasan dalam menjalankan syariat  sebenarnya jauh lebih mulia dari pada memaksakan pemaknaan terhadap teks-teks agama hanya untuk mengukuhkan pengakuan manusia atas kepakaran dan keilmuannya.

Ilmu adalah cahaya Allah. Maka dengan bertambahnya ilmu harusnya lebih membuat seseorang takut kepada Allah, bukan malah berani merubah ketentuan-Nya.
Lain dari pada itu, ketika prinsip beragama adalah tentang komitmen dan totalitas kepatuhan kepada Allah, maka bentuk lain dari mempermainkan agama dapat dilihat dari narasi al-Quran tentang orang yang mencla-mencle.

Diumpamakan seperti seseorang yang sudah beriman lalu kafir kemudian beriman lagi lalu kafir lagi dan begitu selanjutnya: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman kemudian kafir, kemudian beriman lagi, kemudian kafir lagi, kemudian bertambah kekafirannya, maka sekali-kali Allah tidak akan memberi ampunan kepada mereka dan tidak pula menunjuki mereka ke jalan yang lurus. (Q.S. al-Nisa [4]: 137).

Allah swt. mengingatkan kita untuk tidak menjadi bagian dari orang-orang yang mempermainkan agama dalam segala bentuknya: "Dan tinggalkan lah orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia". (Q.S. al-An'am [6]: 70).

Secara tidak langsung ayat tersebut diatas menyatakan  bahwa fenomena orang-orang yang mempermainkan agama itu lebih disebabkan orientasi hidupnya yang serba materi keduniaan. 

Maka salah satu doa yang ditekankan oleh ulama salaf adalah memohon kepada Allah untuk tidak menjadikan dunia sebagai orientasi hidup utama kita. (Allāhumma lā taj'al al-dunyā akbara hamminā wa lā mablagha 'ilminā).


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Adabul Mar’ah Fil Islam Adabul Mar’ah Fil Islam artinya ‘Adab Perempuan dalam Isl....

Suara Muhammadiyah

22 April 2024

Wawasan

Politik Uang Bom Waktu Kehancuran Bangsa Oleh: Agusliadi Massere Demokrasi sebagai salah satu sist....

Suara Muhammadiyah

8 October 2023

Wawasan

Pendidikan Melupakan dan Gagal Membangun Potensi Dahsyat Manusia Oleh: Agusliadi Massere Indonesia....

Suara Muhammadiyah

25 September 2023

Wawasan

Menundukkan Ego dengan Puasa Oleh: Fathan Fari Saputro Puasa tidak hanya soal menahan lapar dan ha....

Suara Muhammadiyah

14 March 2024

Wawasan

Kinerja Perbankan Syariah Relatif Lebih Menjanjikan Dibandingkan Perbankan Konvensional Oleh: Yadi ....

Suara Muhammadiyah

13 August 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah