Jangan Mempermainkan Agama

Publish

23 August 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

1
637
Istimewa

Istimewa

Jangan Mempermainkan Agama

Oleh : M. Rifqi Rosyidi, Lc., M.Ag, Mudir Pondok Modern Muhammadiyah Paciran; Dewan Pakar Sahabat Misykat Indonesia

Beribadah itu ringan karena secara prinsip Allah tidak pernah membebani hamba-Nya dengan kewajiban yang di luar batas kemampuannya (lā yukallifu Allāhu nafsan illā wus'ahā [2:286]).
Pelaksanaannya pun sangat mudah (wa mā ja'ala alaykum fī al-dīni min haraj [22:78]). Bahkan pada tataran tertentu Allah juga memberikan banyak pilihan dan kemudahan dalam bentuk rukhshah (yurīdu Allāhu bikum al-yusra wa lā yurīdu bikum al-'usr [2:185]).

Meskipun demikian tidak dibenarkan bagi siapa pun mempermudahnya dengan melaksankan ibadah sesuai kehendaknya sehingga terkesan ajaran agama sebagai bahan candaannya sekaligus menghilangkan substansinya sebagai risalah ilahiyyah yang sakral.

Karakter utama pelaksanaan ibadah itu bernilai sangat transenden, maka memasukkan unsur permainan duniawi (al-laghwu: al-lahwu: al-la'ibu)  menjadi bagian dari pelaksanaan ibadah adalah salah satu bentuk desakralisasi ibadah. 

Misalnya ketika kita bershalawat atas nabi, sejatinya kita sedang berdoa kepada Allah s.w.t. memohon kepada-Nya agar mengampuni dan menurunkan rahmat-Nya kepada nabi Muhammad s.a.w. 

Kita juga telah mengetahui bahwa berdoa adalah inti dari ibadah (al-du'ā'u huwa al-ibādah). Kalau ibadah yang sangat transenden ini diiringi dengan alunan musik, bahkan berjoget ria layaknya konser musik dangdut lengkap dengan lampu flash HP,  maka tidak bolehkah yang sedemikian itu disebut telah mempermainkan agama dan melecehkan nilai-nilai ibadah?. 

Tanpa disadari merebak di sekeliling kita perilaku keagamaan semacam ini dan telah diklaim sebagai salah satu manifestasi keagamaan kelompok tertentu.

Bukan menuduh tetapi mari kita menyikapi fenomena ibadah semacam ini dengan mencermati salah satu ayat yang  secara khusus Allah menyindir orang-orang kafir yang ibadahnya tidak lebih dari siulan dan tepukan tangan: "dan tidaklah shalat mereka di sekitar masjid kecuali hanya siulan dan tepukan tangan. Maka rasakanlah adzab disebabkan kekafiranmu". (Q.S. al-Anfal [8]: 35).

Begitu pula dengan mereka yang melaksanakan ajaran agama yang selalu dikaitkan dengan kepentingan duniawi. Memilih ayat yang sesuai dengan kepentingannya dan menolak sebagian yang lain karena dianggap tidak sesuai dengan jalan pikirannya ([4:150], [2:85]). 

Golongan ini berani mengingkari syariatnya dengan menolak teks agama yang dianggap tidak rasional atau dengan pembacaan terhadap teks-teks tersebut melalui tafsiran yang menyimpang jauh dari konteks dan makna yang dikandungnya. Sebagaimana yang telah dilakukan oleh orang-orang Yahudi terhadap Taurat ([4:46]. 

Mengakui keterbatasan dalam menjalankan syariat  sebenarnya jauh lebih mulia dari pada memaksakan pemaknaan terhadap teks-teks agama hanya untuk mengukuhkan pengakuan manusia atas kepakaran dan keilmuannya.

Ilmu adalah cahaya Allah. Maka dengan bertambahnya ilmu harusnya lebih membuat seseorang takut kepada Allah, bukan malah berani merubah ketentuan-Nya.
Lain dari pada itu, ketika prinsip beragama adalah tentang komitmen dan totalitas kepatuhan kepada Allah, maka bentuk lain dari mempermainkan agama dapat dilihat dari narasi al-Quran tentang orang yang mencla-mencle.

Diumpamakan seperti seseorang yang sudah beriman lalu kafir kemudian beriman lagi lalu kafir lagi dan begitu selanjutnya: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman kemudian kafir, kemudian beriman lagi, kemudian kafir lagi, kemudian bertambah kekafirannya, maka sekali-kali Allah tidak akan memberi ampunan kepada mereka dan tidak pula menunjuki mereka ke jalan yang lurus. (Q.S. al-Nisa [4]: 137).

Allah swt. mengingatkan kita untuk tidak menjadi bagian dari orang-orang yang mempermainkan agama dalam segala bentuknya: "Dan tinggalkan lah orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia". (Q.S. al-An'am [6]: 70).

Secara tidak langsung ayat tersebut diatas menyatakan  bahwa fenomena orang-orang yang mempermainkan agama itu lebih disebabkan orientasi hidupnya yang serba materi keduniaan. 

Maka salah satu doa yang ditekankan oleh ulama salaf adalah memohon kepada Allah untuk tidak menjadikan dunia sebagai orientasi hidup utama kita. (Allāhumma lā taj'al al-dunyā akbara hamminā wa lā mablagha 'ilminā).


Komentar

Amir Mahmud

Mohon izin share Ustadz

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Fanatik Ciri Kebodohan Ika Sofia Rizqiani, S.Pd.I, M.S.I. “Kita itu boleh punya prinsip, a....

Suara Muhammadiyah

5 August 2024

Wawasan

Pemerintahan Bukan Tempat untuk Memamerkan Kekuasaan Oleh: Immawan Wahyudi, Dosen FH UAD Salah sat....

Suara Muhammadiyah

7 August 2024

Wawasan

Sabar dari Keinginan Hawa Nafsu Oleh: Mohammad Fakhrudin Di dalam bukunya Kuliah Akhlaq (hlm. 134-....

Suara Muhammadiyah

28 June 2024

Wawasan

Muhammadiyah Menjawab Zaman Oleh: Saidun Derani Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Suarabaya ....

Suara Muhammadiyah

5 June 2024

Wawasan

Oleh: Donny Syofyan Islam mengajarkan bahwa kita dilahirkan dengan karakter yang bersih tanpa dosa ....

Suara Muhammadiyah

16 October 2023

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah