Islam Menekankan Persatuan

Publish

29 September 2023

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
564
sumber gambar: pixabay.com

sumber gambar: pixabay.com

Oleh: Donny Syofyan

Dalam Islam kita merasa sebagai bagian dari umat (ummah) yang satu tetapi beragam, sebuah komunitas global yang terdiri dari banyak ras yang berbeda dan berbicara banyak bahasa yang berlainan. Itu memberi kita rasa keutuhan dan rasa memiliki gerakan global besar-besaran selaku pengikut Nabi Muhammad SAW.

Orang-orang ingin terhubung satu sama lain. Kebutuhan ini kian meningkat melebihi masa-masa sebelumnya. Ini kian relevan, terutama dengan studi genetik modern. Menurut Human Genome Project, manusia begitu identik satu sama lain. Perbedaan di antara manusia

hanya direpresentasikan 1% dari gen manusia. Jadi tidak ada alasan bagi satu kelompok manusia untuk melawan kelompok lainnya. Tidak ada alasan bagi kita untuk menganggap ras sebagai hal yang sangat penting.

Namun kita melihat adanya perpecahan yang begitu besar dengan keragaman itu. Kita melihat aksi balapan satu kelompok menentang yang lain, satu suku melawan suku yang lain, satu negara memerangi negara lainnya, dan sebagainya. Kita ingin melihat bahwa persatuan itu sesuatu yang rasional. Lalu, bagaimana kita bisa menemukan persatuan yang didambakan? Bagaimana kita dapat membangun persatuan walau beragam? Ini adalah tuntutan modern, lalu bagaimana persatuan ini dapat direpresentasikan sepenuhnya? Dalam beberapa sistem keyakinan lain, kita menemukan adanya ketidaksetaraan rasial yang mapan dan dirayakan. Kelompok ini dari kasta ini dan grup itu dari kasta lainnya.

Tetapi Islam memberikan efek penyetaraan kepada manusia, menyatukan semua orang yang berbilang dalam satu umat, satu komunitas. Al-Qur’an itu menginformasikan bahwa kita menjadi satu umat dalam keseluruhan, “Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara…” (QS 3:103).

Semasa Nabi Muhammad hidup, beliau dikelilingi oleh banyak sahabat dari berbagai latar belakang. Nabi Muhammad diriwayatkan pernah menikmati hidangan bersama dengan para sahabat beliau dari berbagai latar belakang. Ada Suhaib yang berasal Romawi, Suhail dari Persia, Bilal dari Habsyah (Ethiopia) yang berkulit hitam, Abu Dzar suku Ghiffar dan Nabi Muhammad sendiri dari suku Quraisy. Umat Islam sudah memiliki dan menerapkan hakikat keanekaragaman jauh sejak zaman kerasulan Muhammad SAW. Mereka semua dibingkai dalam satu persaudaraan.

Allah berfirman, “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat” (QS 49: 10). Kita menyaksikan bagaimana keragaman diakui bersama dengan persatuan. Inilah yang ditekankan oleh Al-Qur’an kepada kita. Ketika menjadi Muslim, kita merasa sebagai bagian dari keragaman besar ini di tengah keniscayaan perbedaan. Al-Qur’an mengajarkan kita untuk menghormati orang-orang dari semua suku, warna kulit, dan yang berbicara dengan berbagai bahasa. Al-Qur’an tidak hanya berbicara secara teoritis tapi menyuguhkan langkah-langkah praktis. Islam secara keseluruhan mencakup praktik-praktik yang berfungsi untuk menyatukan manusia.

Salah satu kekuatan pemersatu dalam Islam yakni terjaganya Kitabullah dalam bahasa aslinya, yakni bahasa Arab. Ini berarti bahwa ke mana pun pergi di dunia ini, kita mendengar Al-Qur’an dikutip dan dibaca oleh para ulama atau imam dalam bahasa yang sama dengan yang kita baca dan hapal. Kita menyadari bahwa ini adalah ayat-ayat yang sama. Kita mengetahuinya, menyukainya dan mengikutinya.

Ketika saya bepergian ke Australia, di sana orang-orang berbicara dengan bahasa Inggris. Tetapi ketika saya ikut shalat berjamaah, para imam melafalkan Al-Quran dan doa-doa dalam bahasa Arab. Segala sesuatu diucapkan dengan lantang dalam bahasa Arab. Saya mengenalinya sebagai bacaan shalat yang sama dengan yang saya baca di Indonesia. Saya merasa seolah di rumah sendiri, saya merasa nuansa persatuan dan kesatuan. Kita adalah bagian dari umat sama secara global. Tidak ada perbedaan.

Hal yang sama juga berlaku ketika kita menunaikan ibadah haji, bahwa persatuan tegak di atas keragaman. Ini adalah salah satu hal yang mengejutkan Malcolm X. Malcolm X dididik dalam sebuah gerakan yang menekankan dan membela warga kulit hitam, yakni The Nation of Islam. Ini tentu baik. Tetapi suatu ketika dia kaget saat naik haji. Dia mengirim surat ke istrinya, Betty. Ini tertulis dalam otobiografinya sebagaimana diceritakan kepada Alex Haley. Dia menulis kepada istrinya bahwa dia makan bersama dengan orang-orang dengan rambut pirang dan bermata biru. Dia tidur di karpet yang sama dengan mereka. Hal ini amat mempengaruhi dirinya. Sejak itu dia merubah namanya menjadi Malik Al-Shabazz.

Kita memahami bahwa cara Islam ini menyatukan orang-orang dari latar belakang yang beragam dan ras yang berbeda. Ini adalah alasan yang bagus dan memberikan dampak luar biasa, tidak hanya untuk Malcolm X saat menjadi Malik Al-Shabazz, tetapi juga bagi kita sebagai Muslim. Ini memberi kita kepuasan bahwa kita adalah bagian dari umat global yang sangat beragam. Pada saat yang sama, ini membantu kita merasa bersatu dengan semua orang. Kita tidak menekankan perbedaan tetapi memusatkan pada apa yang umum dan persamaan di antara kita. Menjadi Muslim maknanya memiliki sifat terbuka dan rasa persatuan di tengah kepelbagaian ras, suku dan bahasa

Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Mengapa Muhammadiyah Tanpa Mazhab Oleh: Dr Masud HMN Karya terbesar dari Khalifah Abassiyah yang ....

Suara Muhammadiyah

29 September 2023

Wawasan

Membangun Profetika Hukum Berkeadilan Oleh: Dr. M. Samson Fajar, M.Sos.I. Berbicara masalah hukum,....

Suara Muhammadiyah

8 October 2023

Wawasan

Oleh: Dr. M. Samson Fajar, M.Sos.I Dalam khazanah agama islam dosa sering disebutkan ketika melakuk....

Suara Muhammadiyah

18 September 2023

Wawasan

Insan Rabbani Episentrum Perubahan Kehidupan Berbangsa dan Bernegara Oleh: Agusliadi Massere Saya,....

Suara Muhammadiyah

7 November 2023

Wawasan

Anak Saleh (2) Oleh: Mohammad Fakhrudin Telah diuraikan di dalam “Anak Saleh” (AS) 1, ....

Suara Muhammadiyah

1 August 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah