SEMARANG, Suara Muhammadiyah -Siapa bilang harus punya lahan luas untuk menjamin dapur tetap full gizi tanpa khawatir harga pasar? Ibu-ibu yang tergabung dalam Kelompok Budimanis Pimpinan Cabang aisyiyah (PCA) Gunungpati-1 membuktikan sebaliknya.
Kamis lalu (13/11/2025), 20 peserta dibekali metode praktis budidaya cabai, tomat, dan terong (TCT) dari Dinas Pertanian Kota Semarang. Inisiatif cerdas ini adalah jawaban atas tuntutan hidup sehat dan hemat. Setelah sukses mengamankan stok protein dari Budidaya Ikan Lele, kini mereka merancang lumbung vitamin di pekarangan, memastikan keluarga mendapatkan asupan sayur segar sekaligus memutus rantai pengeluaran yang membebani.
Pelatihan yang berlangsung di Wisma Lansia Aisyiyah ini menarik antusiasme tinggi. Konsepnya sederhana: memanfaatkan setiap jengkal lahan untuk komoditas yang paling sering dibeli, sehingga pengeluaran belanja bulanan dapat ditekan secara signifikan.
Ketua Panitia, Hj. Sri Asih, S.H., menjelaskan bahwa program ini bertujuan menjadikan keluarga mandiri dan berdaulat atas pangannya sendiri. "Isu pangan dan gizi adalah isu keluarga. Dengan menguasai keterampilan menanam tiga komoditas dapur utama, ibu-ibu kini memiliki solusi instan untuk menjaga stabilitas harga di rumah. Ini adalah kontribusi nyata bagi ketahanan ekonomi keluarga," kata Sri Asih.
Sinergi Budidaya untuk Gizi Lengkap
Keberhasilan pelatihan TCT ini melanjutkan tonggak program sebelumnya. Pada 7 Agustus 2025, kelompok Budimamis juga sukses menyelenggarakan pelatihan budidaya ikan lele dalam ember (Budikdamber). Melalui sinergi Budidaya Ikan dan Tanaman (BUDIMANIS), ibu-ibu di Gunungpati kini memiliki akses mudah terhadap dua sumber gizi terpenting: protein hewani dari lele dan vitamin serta mineral dari sayuran.
Dukungan terhadap gaya hidup mandiri pangan ini diperkuat dengan penyerahan 50 bibit TCT oleh Dispertan Kota Semarang kepada peserta. Langkah ini sangat strategis, mengingat data Indeks Ketahanan Pangan (IKP) BAPANAS 2023 menekankan bahwa semakin banyak keluarga yang terlibat dalam family farming, semakin kuat pertahanan pangan wilayah tersebut.
Melihat tingginya potensi dan semangat peserta, program Budimanis telah merencanakan langkah selanjutnya yang lebih jauh. Ketua Panitia menggarisbawahi dua agenda utama. Pertama, adalah pelatihan pengolahan produk untuk mengubah lele hasil panen menjadi produk olahan bernilai jual tinggi (misalnya abon atau keripik), sehingga menambah potensi usaha. Kedua, adalah pelebaran komunitas melalui rencana untuk mengumpulkan para petani dan pencinta anggrek di Gunungpati sebagai langkah perluasan pemberdayaan di sektor lain selain pangan.
Langkah-langkah ini menunjukkan bahwa Budimanis tidak hanya berfokus pada dapur dan gizi, tetapi juga pada penciptaan peluang usaha dan pengembangan minat komunitas, menjadikannya model pemberdayaan masyarakat yang holistik.


