HIJRAH
Perputaran waktu begitu cepat berlalu. Hari demi hari telah dilewati dengan sederet dinamika yang terjadi. Tibalah di penghujung akhir tahun hijriah. Angka 1444 segera digulung, berganti angka 1445. Angka baru menerbitkan fajar optimisme. Kedatangan tahun baru mengabarkan kepada penduduk bumi bahwa ada secercah harapan positif dipantulkan di atas petala cakrawala.
Seperti momen peringatan tahun baru hijriah sekarang ini, di mana harapan tersebut terletak terwujudnya impian yang telah lama didambakan. Selain itu, harapan lain pada momen ini terjadi transformasi besar dalam kehidupan. Hidup mengalami pergeseran ke arah makin jauh lebih baik. Hidup berkemajuan. Yakni kesanggupan manusia mengendalikan hidup agar berjalan sesuai koridor Islam. Meninggalkan corak kehidupan sosial yang mengalami keterkerangkengan dalam gading kekuasaan, kemewahan, egoisme, egosentrisme, dan kegemerlapan pesona sarat duniawi.
Banyak manusia terjangkit Pandemi Virus Hubbud Dunya (cinta dunia). Itu sumbunya berasal dari cengkarnya jiwa atas percik embun spiritualitas dalam gayutan ketuhanan, kemanusiaan, dan alam semesta raya. Hidupnya berbenturan dengan nilai benar-salah, baik-buruk, pantas atau tidak pantas. Hidupnya jadi tidak bermakna dan berwarna.
Oleh karenanya, agar terbebas dari terperosok ke dalam tubir kerugian dunia maupun akhirat, maka sudah semestinya segenap umat manusia, utamanya umat Islam melakukan aksi perubahan dengan menunaikan hijrah. Manusia memaknai hijrah sebagai berpindah tempat satu menuju tempat berikutnya. Bagi kawula muda, hijrah amat ngetren dengan aksi mentransformasi penampilan. Tren hijrah berubah menjadi gaya hidup yang disebut lebih Islami. Seperti gaya berpakaian, tontonan, bacaan, hingga berbagai even festival. Pun begitu endorsement kalangan selebriti lewat layar kaca atau dunia maya sehingga hijrah menjadi popular (SM Edisi 23, 2019).
Selengkapnya dapat berlangganan Majalah Suara Muhammadiyah
Klik di sini https://suaramuhammadiyah.or.id/ebook/paket
Atau, download di Playstore