Harmoni Lahir dari Kesediaan Memahami, Bukan Sekadar Toleransi

Publish

21 October 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
276
Istimewa

Istimewa

SALATIGA, Suara Muhammadiyah - Di tengah meningkatnya tantangan global terhadap keberagaman dan polarisasi sosial, dunia pendidikan Islam dituntut memainkan peran strategis sebagai penjaga nilai-nilai kebinekaan dan kemanusiaan. Melalui ruang-ruang akademik yang terbuka dan reflektif, universitas berperan penting dalam menumbuhkan kesadaran lintas iman dan membangun harmoni sosial yang berkelanjutan.

“Hubungan antaragama yang sehat lahir dari kesediaan untuk memahami, bukan hanya menerima perbedaan. Pendidikan yang mencerahkan dan politik yang menjunjung kemanusiaan menjadi pondasi harmoni sejati,” ujar Dr. Amin Hady, Ketua Pendiri Asosiasi Imam Muslim di Australia, saat menjadi narasumber utama dalam Interdisciplinary Colloquium Pascasarjana UIN Salatiga.

Dr. Amin, yang meraih gelar Doktor (Ph.D.) bidang Education and Politics dari University of New South Wales (UNSW), Sydney, Australia, menegaskan bahwa harmoni antarumat beragama tidak dapat dibangun hanya melalui wacana atau slogan toleransi, melainkan harus tumbuh dari kesadaran saling menghargai dan kerja sama lintas iman yang tulus. Ia juga berbagi pengalaman mengenai dinamika hubungan antara Muslim dan Kristen di Australia yang dibangun atas dasar saling percaya dan penghormatan terhadap kemanusiaan.

Kegiatan ilmiah yang telah menjadi tradisi akademik UIN Salatiga sejak 2011 ini mengangkat tema “Islam, Pendidikan, dan Politik: Merawat Harmoni yang Otentik”. Forum ini mempertemukan para akademisi dari berbagai disiplin ilmu untuk membahas isu-isu keagamaan, sosial, dan kebangsaan secara komprehensif.

Rektor UIN Salatiga, Prof. Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag, menilai kehadiran tokoh lintas disiplin seperti Dr. Amin Hady menjadi inspirasi bagi mahasiswa untuk melihat agama dan ilmu pengetahuan secara integratif.

“Colloquium ini bukan sekadar kegiatan rutin, tetapi bagian dari ikhtiar membangun kampus yang berpikir terbuka dan berpijak pada nilai-nilai rahmatan lil ‘alamin,” ujarnya.

Sementara itu, Dr. Wawan Purwanto, pakar komunikasi publik, mengingatkan bahwa harmoni yang otentik hanya dapat diwujudkan bila komunikasi antarumat beragama dilandasi empati dan keadilan.

“Harmoni bukan berarti meniadakan perbedaan, melainkan menumbuhkan kejujuran dalam keberagaman,” tegasnya.

Direktur Pascasarjana UIN Salatiga, Prof. Dr. Phil. Asfa Widiyanto, menjelaskan bahwa Interdisciplinary Colloquium diselenggarakan secara rutin tiga kali setiap tahun, menghadirkan narasumber dari berbagai bidang seperti agama, sosial, politik, dan budaya.

“Forum ini menjadi ruang dialog antarilmu dan antariman. Di sinilah kampus memainkan peran sebagai laboratorium harmoni sosial dan intelektual,” tuturnya.

Kegiatan yang telah berlangsung selama 14 tahun ini terus mendapatkan antusiasme tinggi dari mahasiswa, dosen, dan peneliti. Melalui forum semacam ini, UIN Salatiga meneguhkan diri sebagai perguruan tinggi Islam yang menumbuhkan budaya akademik inklusif—di mana gagasan harmoni otentik tidak berhenti sebagai konsep ilmiah, melainkan diwujudkan dalam perilaku dan interaksi nyata di kehidupan kampus dan masyarakat.***

(Haidir Fitra Siagian) 


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

BANTUL, Suara Muhammadiyah - Bantul (22/10) Alumni Bimbingan Haji Aiyiyah Bantul (ALBHA) Bantul....

Suara Muhammadiyah

22 October 2023

Berita

PURWOKERTO, Suara Muhammadiyah - MPLS SMP UMP 2024 hadir dengan nuansa baru. Selain siswa lokal, tah....

Suara Muhammadiyah

22 July 2024

Berita

JAKARTA, Suara Muhammadiyah - Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) meraih 'Bronze Winner' pengharg....

Suara Muhammadiyah

27 February 2025

Berita

MAKKAH, Suara Muhammadiyah – Pelaksanaan ibadah haji 1446 Hijriah/2025 Masehi menunjukkan peni....

Suara Muhammadiyah

10 June 2025

Berita

PACITAN, Suara Muhammadiyah - Kepala Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga (Disparbudpor....

Suara Muhammadiyah

9 August 2025