Haedar Nashir: Aisyiyah Bergerak Nyata, Melintasi Zaman

Publish

19 May 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
459
Haedar Nashir, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyampaikan amanatnya dalam Milad Aisyiyah ke-107 di Surakarta (19/5).

Haedar Nashir, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyampaikan amanatnya dalam Milad Aisyiyah ke-107 di Surakarta (19/5).

SURAKARTA, Suara Muhammadiyah - Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir hadiri Resepsi Milad ke-107 'Aisyiyah yang digelar di Universitas 'Aisyiyah Surakarta, Ahad (19/5). Turut hadir pula Ketua PP Muhammadiyah Agung Danarto, Busyro Muqoddas, Dahlan Rais, Sekretaris PP Muhammadiyah Muhammad Sayuti, dan juga Ketua Umum PP 'Aisyiyah Salmah Orbayinah beserta jajaran.

Saat memulai amanatnya, Haedar menyampaikan selamat milad 'Aisyiyah yang sudah seabad lebih. Serta kiprah yang luar biasa atas pengkhidmatan untuk umat, bangsa, dan kemanusiaan semesta. "Telah bergerak nyata, melintasi zaman, tidak hanya di pusat-pusat kota, tapi juga sampai di yang terjauh, juga sampai dunia internasional," ujar Haedar.

Guru Besar Sosiologi ini menjelaskan 'Aisyiyah sebagai pelopor gerakan perempuan Islam di dunia memiliki nilai dasar yang bertumpu pada nilai-nilai keislaman. Nilai dasar ini menjadi kacamata 'Aisyiyah dalam memandang kaum perempuan. Hadirnya 'Aisyiyah menjadikan perempuan tidak hanya berperan di dapur, namun juga berperan di ranah publik — ‘Aisyiyah memandang perempuan memiliki derajat sama dengan laki-laki di ruang publik.

Islam di Indonesia sebelum 'Aisyiyah lahir, memandang perempuan hanya berperan di ranah domestik - karena berpandangan konservatif. Lalu kemudian di awal abad 20 karena pengaruh Barat yang liberal, menjadikan perempuan bebas berperan dan serba boleh. "Sadar atau tidak, 'Aisyiyah itu sudah mengambil posisi yang wasathiyah. Dan berada diantara pandangan yang kanan dan kiri, dan ini menjadi posisi yang menjelaskan kita," katanya.

Haedar berpesan nilai tengahan yang ada di 'Aisyiyah harus dijaga agar tetap hidup dan diperkaya. Nilai tengahan atau wasathiyah 'Aisyiyah ini disandingkan oleh Nyai Walidah dengan nilai kemajuan yang genuin lahir dari Agama Islam. Meski tidak belajar dari Barat, tapi Nyai Walidah Dahlan mempelajari dan mendalami Al Qur'an dari Kiai Ahmad Dahlan dan Ayahnya. Dari proses belajar itu lahir pemikiran nilai tengahan yang berkemajuan sebagai dasar gerakan kaum perempuan.

Pandangan maju yang dimiliki oleh Nyai Walidah mengantarkannya sebagai perempuan pertama yang berpidato dalam Kongres ke-15 Muhammadiyah pada 1926 di Surabaya. Di masa itu, Nyai Walidah telah membuktikan kehadiran perempuan bukan lagi sebagai penonton, tapi kaum perempuan juga bisa memimpin dan duduk setara bersama dengan kaum laki-laki. 

"PP Muhammadiyah sungguh bangga dan menaruh harapan besar baik untuk sleluruh amal usaha 'Aisyiyah maupun segenap gerak langkah 'Aisyiyah yang telah melintas batas, melampaui jaman dalam dalam pergerakan yang nyata bukan hanya di pusat kota tapi sampai di pusat-pusat kota tetapi sampai pelosok desa dan kawasan  ruang terjauh sampai manca negara." Ungkap Haedar Nashir dalam Milad 107 Aisyiyah.

Dalam resepsi Milad 107 yang digelar di Universitas 'Aisyiyah Surakarta Haedar menyebut bahwa 'Aisyiyah akan menjadi pilar strategis gerakan perempuan. "Aisyiyah akan menjadi pilar strategis gerakan perempuan, bukan hanya gerakan perempuan Muhammadiyah tetapi juga gerakan perempuan Islam dunia yang terus menorehkan langkah yang mencerahkan, mencerdaskan, dan memajukan kehidupan ummat manusia."

Lebih lanjut Haedar mengajak seluruh warga 'Aisyiyah untuk dapat menyerap bait puisi yang dibacakan dalam sesi Milad yang menyebut bahwa 'Asyiyah bukan sekedar nama dalam sejarah tetapi jiwa dalam seluruh gerak langkah.

Untuk menyerap makna tersebut Haedar menyampaikan ada nilai-nilai fundamental atau al Qimah al Asasiyah kenapa 'Aisyiyah bisa berkembang melintas batas bukan hanya level nasional tetapi juga global dengan peran dakwahnya. Dimana menurut Haedar gerakan 'Aisyiyah sebagai sebuah movement memenuhi lima elemen yakni sistem keyakinan, pelaku, kelembagaan, praksis, dan simbol.

"Saya percaya 'Aisyiyah kedepan akan semakin hebat lagi. Dalam gerak kemanusiaan semesta Muhammadiyah punya bingkai pemikiran kosmopolitanisme islam. Islam yang kosmopolitan tanpa mencerabut diri dari bumi Indonesia tempat Muhammadiyah 'Aisyiyah berada." (diko/suri)


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

JAKARTA, Suara Muhammadiyah - Kepala Badan Penjaminan Mutu Universitas Muhammadiyah Jakarta (BPM UMJ....

Suara Muhammadiyah

27 July 2024

Berita

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Sebagai bentuk pertanggungjawaban terhadap pengelolaan dana Zakat, ....

Suara Muhammadiyah

13 August 2024

Berita

SOLO, Suara Muhammadiyah - Salah satu Mahasiswa Ma’had Abu Bakar Ash-Shiddiq (MABAS) Universit....

Suara Muhammadiyah

17 November 2023

Berita

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Dalam rangka semarak Tanwir & Milad ke-112 Muhammadiyah, Ketua ....

Suara Muhammadiyah

18 November 2024

Berita

SEMARANG, Suara Muhammadiyah – Program Studi Magister Hukum Universitas Ahmad Dahlan (UAD) men....

Suara Muhammadiyah

20 September 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah