PONTIANAK, Suara Muhammadiyah – Perayaan milad Muhammadiyah ke-113 mengusung tema "Memajukan Kesejahteraan Bangsa" di Pontianak menjadi istimewa karena diisi dengan seminar dan bedah buku karya M. Rikaz Prabowo, kader muda anggota Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) PWM Kalimantan Barat (Kalbar). Kegiatan ini diselenggarakan di Universitas Muhammadiyah (UM) Pontianak pada hari Selasa (18/11) dan dihadiri oleh pimpinan PWM, Ortom, penasehat Muhammadiyah, Pimpinan PWA, serta ahli waris pelaku sejarah.
Dalam pengantarnya, Rektor UM Pontianak Heriansyah, SH, SHI, MPd, mengapresiasi karya M. Rikaz Prabowo sebagai sebuah rekam jejak sejarah yang sangat penting untuk menjaga semangat pergerakan. Ia pun menggarisbawahi 113 tahun adalah usia yang tidak biasa untuk organisasi, dan Muhammadiyah menurutnya telah sukses mencapai kematangan usia dengan tetap berkontribusi aktif di masyarakat.
Hal senada juga disampaikan oleh Ketua PWM Kalimantan Barat, Dr H Pabali Musa, MAg, yang mengucapkan selamat kepada MPI PWM Kalbar dan penulis M. Rikaz Prabowo karena telah memberi warna berbeda pada perayaan Milad Muhammadiyah ke 113. Ia pun menekankan urgensi mempelajari sejarah yang merupakan kewajiban sekaligus keniscayaan dalam kehidupan manusia. "Sejarah merupakan bagian dari hukum sosial berbasis logika yang Allah perintahkan untuk renungi dan diapresiasi, kebaikan dan aktivitas yang harus terus dijaga. Semoga ini bisa terus dilanjutkan di masa mendatang," ujarnya.
Kegiatan yang berlangsung selama 120 menit diisi penyampaian ringkas penulis dengan pembahas pertama bedah buku H. Nilwani Hamid, MPd, dosen UM Pontianak dan Pimpinan PWM Kalbar. Nilwani Hamid sendiri juga telah menghimpun banyak rekam sejarah Muhammadiyah Kalimantan Barat dalam bentuk penelitian dan tulisan tokoh. Pembahas kedua Dr Amalia Irfani, MSi dosen IAIN Pontianak, Ketua Divisi Pendataan Lembaga Penelitian dan Pengembangan ' Aisyiyah (LPPA) PWA Kalbar dan Sekretaris Lembaga Pengembangan Pasantren (LPP) PWM Kalbar. Dalam bahasannya, Nilwani Hamid dan Amalia Irfani memberikan masukan variatif sekaligus membangun tentang geliat Muhammadiyah dari multi perspektif.
Amalia Irfani misalnya memberikan perspektif sosiologis tentang perkembangan Muhammadiyah Kalimantan Barat dengan mengutip teori gerakan sosial Herbert Blumer. Dalam teori tersebut dijelaskan Muhammadiyah sama dengan gerakan sosial kemasyarakatan lain yang diawal juga mengalami pergolakan di awal kemunculan, hanya saja lanjut Amalia, Muhammadiyah tidak muncul mob atau huru-hara. Sebaliknya, Muhammadiyah konsisten dengan sikap moderat dan kooperatif.
Kegiatan dilanjutkan dengan tanya jawab, statement salah satu waris pendiri Muhammadiyah dan ditutup foto bersama. (Amalia/hanan)


