Dosen Muhammadiyah, Muhammad Thesa Ghozali Masuk Jajaran Top 2% Ilmuwan Dunia

Publish

11 October 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
28
Foto Istimewa

Foto Istimewa

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Tak hanya nama-nama seperti Prof. Agus Setyo Muntohar, S.T., M.Eng.Sc., Ph.D.(Eng.), Dr. Udin, dan Dr. Ir. Iswanto, S.T., M.Eng., IPM., ASEAN Eng. dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yang berhasil masuk dalam jajaran Top 2% Ilmuwan Berpengaruh Dunia, salah satu dosen UMY lainnya juga turut menorehkan prestasi membanggakan. Ia adalah Dr. apt. Muhammad Thesa Ghozali, M.Sc., dosen Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UMY, yang juga berhasil masuk dalam daftar Top 2% Scientist Network yang dirilis oleh 'Stanford University dan Elsevier'.

Pengakuan ini tidak hanya menjadi kebanggaan pribadi, tetapi juga bukti nyata kontribusi riset farmasi UMY yang berdampak di tingkat global. Ghozali meraih prestasi tersebut berkat karya-karya ilmiahnya yang inovatif, terutama di bidang integrasi ilmu farmasi dengan teknologi informasi dan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence /AI). Meskipun kini namanya sejajar dengan para ilmuwan dunia, Ghozali mengaku sempat terkejut ketika pertama kali menerima kabar tersebut. 

“Awalnya saya bingung, ini maksudnya apa dan pengaruhnya apa. Karena semangat riset saya baru tumbuh setelah lulus doktoral tahun 2021. Tapi alhamdulillah, ini menjadi kebahagiaan tersendiri karena baru pertama kali nama saya masuk daftar Top 2%,” ujarnya saat ditemui di Ruang Program Studi Farmasi, Gedung Dasron Hamid Research and Innovation Center UMY Lantai 2, pada Jumat (10/10). Ia menambahkan bahwa penghargaan ini merupakan bentuk apresiasi atas kerja keras dan dedikasi riset yang dilakukan. “Alhamdulillah, ini menjadi kebanggaan tersendiri, terutama karena bisa berkontribusi untuk Muhammadiyah, khususnya UMY,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Ghozali menjelaskan bahwa pengakuan internasional ini tidak lepas dari kekuatan tema riset yang ia tekuni, yaitu Farmasi Informatika, bidang yang menggabungkan farmasi, teknologi informasi, dan kecerdasan buatan. Ia menilai integrasi teknologi merupakan langkah penting dalam menghadapi tantangan Revolusi Industri 4.0 dan Civil Society 5.0. “Saya selalu melihat arah kehidupan peradaban. Kita hidup di era Revolusi Industri 4.0 dan masyarakat 5.0, jadi pemanfaatan teknologi informasi itu menjadi kebutuhan mutlak,” jelasnya. 

Fokus penelitian Ghozali mencakup dua aspek utama, yakni edukasi pasien (patient education) dan penemuan obat baru berbasis AI. Melalui teknologi AI, apoteker dapat memberikan edukasi yang lebih cerdas dan personal kepada pasien, sekaligus mempercepat proses drug discovery atau penemuan obat-obatan baru.

Riset yang mengantarkan Ghozali ke jajaran Top 2% Scientists Network juga berkisar pada inovasi berbasis teknologi. Ia mengembangkan berbagai proyek, di antaranya Kotak Obat Terintegrasi Internet of Things (IoT) yang mampu mengingatkan pasien untuk meminum obat secara otomatis dan dapat dikendalikan dari jarak jauh; Aplikasi Seluler untuk Penderita Asma yang membantu pasien memantau kondisi dan pengobatan secara mandiri; serta Machine Learning untuk Prediksi Resistensi Antibiotik, yang mampu memprediksi kemungkinan resistensi antibiotik terhadap jenis infeksi tertentu. 

“Biasanya, uji resistensi bakteri memakan waktu minimal 24 jam. Tapi dengan machine learning, prediksi bisa dilakukan segera berdasarkan data yang sudah terkumpul,” terangnya. Menurutnya, inovasi tersebut tidak hanya mempercepat proses diagnosis, tetapi juga meningkatkan efisiensi layanan kesehatan secara signifikan.

Ke depan, Ghozali tidak ingin penelitiannya berhenti di publikasi jurnal ilmiah semata. Ia memiliki visi besar untuk melakukan hilirisasi hasil riset agar dapat diterapkan secara nyata, terutama di lingkungan Muhammadiyah. “Kami ingin hasil penelitian ini bisa diterapkan di rumah sakit Muhammadiyah, seperti PKU Klaten atau rumah sakit Ibu dan Anak Aisyiyah, dengan mengintegrasikan kotak obat berbasis IoT ke sistem instalasi farmasi mereka,” ujarnya. Langkah ini diharapkan menjadi awal dari transformasi digital layanan farmasi di rumah sakit berbasis Muhammadiyah dan Aisyiyah.

Menutup wawancara, Ghozali menyampaikan pesan inspiratif kepada dosen-dosen muda agar berani memulai riset dari hal-hal sederhana yang sesuai dengan minat. “Mulailah dari yang simpel dan sesuai passion. Kalau terlalu tinggi kadang justru bingung sendiri. Yang penting kita cinta dulu dengan bidang yang kita tekuni,” tutupnya. (FU)


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

SUKOHARJO, Suara Muhammadiyah - Gedung Balai Desa Pondok Grogol menjadi ruang dan waktu berlangsungn....

Suara Muhammadiyah

22 January 2024

Berita

METRO, Suara Muhammadiyah - Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri (....

Suara Muhammadiyah

28 March 2024

Berita

MADIUN, Suara Muhammadiyah - Kaprodi Ilmu Aktuaria, Yan Aditya Pradana, S.Pd., M.Si., menjadi pesert....

Suara Muhammadiyah

23 September 2023

Berita

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Selasa (18/03) Masjid Islamic Center kembali menggelar Kajian Menje....

Suara Muhammadiyah

19 March 2025

Berita

UM Bandung Selenggarakan Upacara HUT ke-79 RI BANDUNG, Suara Muhammadiyah – Universitas Muham....

Suara Muhammadiyah

17 August 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah