Perkuat Budaya Akademik dan Kontribusi Riset
YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Pengakuan bergengsi kembali diraih oleh sivitas akademika Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Dr. Udin, M.M., dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UMY, berhasil masuk dalam daftar World’s Top 2% Scientist yang dirilis oleh Elsevier dan Stanford University. Capaian ini menegaskan posisi UMY di kancah global sebagai perguruan tinggi yang para penelitinya diakui atas kontribusi ilmiah dan produktivitas risetnya.
Udin menjadi satu dari empat dosen UMY yang berhasil menembus daftar ilmuwan paling berpengaruh di dunia. Dalam wawancaranya bersama Humas UMY pada Rabu (8/10) di FEB UMY, ia menjelaskan bahwa pemeringkatan ini merupakan hasil pemetaan Stanford University terhadap peneliti produktif dan berpengaruh berdasarkan sejumlah indikator yang terukur secara internasional.
“Penilaiannya meliputi jumlah publikasi, jumlah sitasi yang umumnya di atas 900, serta intensitas kolaborasi lintas institusi, baik di dalam maupun luar negeri,” terang Udin.
Fokus penelitian Udin selama ini berkisar pada leadership studies atau kajian kepemimpinan dalam bidang bisnis, yang menurutnya memiliki nilai aplikatif tinggi. Ia mulai menekuni bidang ini secara konsisten sejak 2018, dan sebagian besar hasil risetnya telah terbit di jurnal bereputasi internasional terindeks Scopus.
Lebih dari sekadar kajian manajerial, pendekatan kepemimpinan yang dikembangkan Udin berpijak pada nilai-nilai spiritual dan moral. Menurutnya, kepemimpinan yang ideal tidak hanya berorientasi pada hasil jangka pendek, tetapi juga memiliki visi jangka panjang yang menyentuh dimensi kemanusiaan.
“Kemungkinan besar orang tertarik pada riset-riset kepemimpinan ini karena temuan-temuannya bisa langsung diaplikasikan di organisasi atau perusahaan yang mereka pimpin,” ujarnya.
Udin dikenal memiliki etos kerja tinggi dan konsistensi luar biasa dalam menulis. Ia tidak menerapkan jadwal menulis yang kaku, melainkan menjadikan menulis sebagai bagian dari kesadaran akademik yang hidup di tengah rutinitas mengajar.
“Kita tidak bisa hanya mengejar kuantitas karena itu pragmatis, tapi juga tidak cukup hanya mengutamakan kualitas tanpa produktivitas. Keduanya harus berjalan beriringan. Kapanpun ada waktu luang, saya gunakan untuk menulis,” tambahnya.
Selain aktif menulis dan meneliti, Udin juga berkomitmen menumbuhkan budaya riset di kalangan mahasiswa. Ia kerap melibatkan mahasiswa bimbingannya dalam penelitian payung yang kemudian dikembangkan menjadi publikasi ilmiah internasional. Menurutnya, langkah ini penting untuk menciptakan ekosistem riset yang berkelanjutan dan menanamkan semangat ilmiah sejak dini.
Setelah pencapaian ini, Udin bertekad untuk memperkuat gerakan riset di lingkungan UMY. Ia berharap semakin banyak dosen yang tidak hanya fokus pada kegiatan mengajar, tetapi juga aktif berkontribusi dalam publikasi ilmiah bereputasi global.
“Dosen itu tidak cukup hanya mengajar. Kita perlu menghasilkan karya ilmiah yang diakui secara luas. Dampaknya tidak hanya untuk dosen, tapi juga bagi reputasi kampus di mata dunia,” pungkasnya. (ID)