Dimensi Teologis Mesti Disepadukan dengan Konteks Dunia Literasi

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
159
Dr KH Muhammad Saad Ibrahim, MA

Dr KH Muhammad Saad Ibrahim, MA

JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Muhammad Saad Ibrahim mengajak untuk merenungkan Qs al-Alaq ayat 1-5. Menurutnya, ini merupakan surat pertama yang diturunkan oleh Allah dan diterima oleh Nabi Muhammad Saw tatkala tengah bertahannust (mengasingkan diri di dalam Gua Hira).

“Ayat tersebut tentu diturunkan pada periode yang sangat awal dari kenabian Nabi Muhammad,” katanya saat Khutbah Jum’at di Masjid Istiqlal Pasar Baru, Sawah Besar, Kota Jakarta Pusat, Jumat (14/11).

Di lain sisi, ayat ini juga mengajarkan kepada umat Islam betapa Al-Qur’an menaruh perhatian besar kepada dunia literasi yang disimbolkan dengan perintah iqra. Meskipun demikian, ada pemaknaan lain yang lebih substansial, yakni iqra` bismi rabbikallażī khalaq.

“Maknanya, Islam datang pada periode paling awal itu dimulai dengan dimensi teologis, dimensi imani ke dalam konteks dunia literasi,” tekannya.

Menurut Saad, dunia literasi itu sudah dihasilkan oleh banyak peradaban. Salah satunya peradaban Yunani di Athena yang menjadi pusat utamanya filsafat, seni, dan demokrasi.

“Dunia literasi telah mereka bangun. Dan mereka meninggalkan karya-karya khususnya dibidang falsafah,” ujarnya.

Pada tingkat yang lebih tinggi, dimensi teologis menempatkan posisi paling vital, lebih-lebih untuk ditempatkan dalam konteks dunia literasi. Yang salah satu manifestasinya berupa dunia sains dan teknologi.

“Kalau tidak dikendalikan dengan dimensi teologis, maka ilmu pengetahuan dan teknologi punya sisi destruktif,” tegasnya.

Mengilustrasikan sejarah kelam, pada tahun 1945, Kota Hiroshima dan Nagasaki, Jepang, dijatuhkan bom atom oleh Amerika Serikat. Akibatnya, sebanyak 200 orang terbunuh pada waktu itu.

“Maka inilah implikasi dari ilmu dan teknologi khususnya di dunia persenjataan, yang lalu menimbulkan aspek destruktif yang sangat merusak itu,” sambungnya.

Sekalipun demikian, ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki kemaslahatan bila digunakan sebagaimana semestinya. “Kalau berada di tangan yang benar, sebaliknya kalau di tangan yang tidak benar, maka justru tingkat destruktifnya itu sangat luar biasa,” lanjutnya.

Di situlah relevansi ditempatkannya dimensi teologis pada konteks dunia sains dan teknologi. Yang dari konteks inilah kemudian, era Presiden Allahuyarham Bacharuddin Jusuf Habibie, dimunculkan konsep IMTAQ (Iman dan Takwa). Konsep ini dikonseptualisaiskan dengan IPTEK (Ilmu pengetahuan dan teknologi), dan keduanya mesti diletakkan secara seimbang.

“Iya, kita perlu memadukan itu. Yang dalam peradaban Islam, ketika mencapai puncak kejayaannya, di mulai dari abad 3 hijriah sampai abad 8 hijriah selama 500 tahun, bahkan ada yang menyebut sampai abad 11 hijriah, maknanya sampai 800 tahun, maka lahirlah the golden age of muslem history,” urainya.

Artinya bahwa, peradaban yang dielanvitali oleh bagian penting literasi yakni ilmu pengetahuan yang didasari oleh nushush itu sendiri. “Dan itu pesan utama dari iqra` bismi rabbikallażī khalaq,” tandasnya. (Cris)


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Dalam rangka memperingati Milad ke-112 Muhammadiyah, RS ....

Suara Muhammadiyah

18 November 2024

Berita

SURAKARTA, Suara Muhammadiyah - Isu kesehatan mental mulai banyak diperbincangkan oleh masyarakat. T....

Suara Muhammadiyah

3 March 2025

Berita

BANDUNG, Suara Muhammadiyah – Sebanyak 221 sekolah Muhammadiyah telah mendaftar Olimpiade Ahma....

Suara Muhammadiyah

2 February 2024

Berita

KLATEN, Suara Muhammadiyah – Bertempat di Masjid Baiturrahman Keran Troketon, Rabu 6 September....

Suara Muhammadiyah

8 September 2023

Berita

JAKARTA, Suara Muhammadiyah - Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Anwar Abbas, merayakan....

Suara Muhammadiyah

17 February 2025