Dialog Pusat Studi Muhammadiyah Gaungkan Kemanusiaan Global untuk Palestina

Publish

27 March 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
75
Foto Istimewa

Foto Istimewa

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Atmosfer konflik antara Palestina dan Israel belakangan ini kembali memanas dan memunculkan kekhawatiran atas keberlangsungan hidup warga sipil Palestina di tengah konflik peperangan yang tidak berujung. Melihat fenomena tersebut, Pusat Studi Muhammadiyah (PSM) mengadakan Dialog Ramadan dengan mengusung tema “Palestina, Muhammadiyah, dan Solidaritas Kemanusiaan Global” pada Selasa (18/3) bertempat di di Aula Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ahmad Dahlan, Yogyakarta. 

Kegiatan dialog ramadhan ini berupaya untuk mengkaji bagaimana perkembangan isu-isu kemanusiaan pada konflik Israel-Palestina dan peran kemanusiaan Muhammadiyah di sana. Acara dihadiri oleh berbagai elemen seperti kader muda Muhammadiyah, masyarakat umum, hingga tamu undangan mitra penelitian PSM. Dialog ini turut dimeriahkan oleh berbagai macam narasumber seperti akademisi, hingga praktisi hubungan internasional. 

Acara dibuka dengan pengantar diskusi oleh Bachtiar Dwi Kurniawan selaku Direktur Pusat Studi Muhammadiyah. Dalam sambutannya, bachtiar menyampaikan bahwa PSM sebagai lembaga think-thank Muhammadiyah menaruh perhatian khusus terhadap isu kemanusiaan di Palestina. Sebagai informasi, PSM dalam hal ini memiliki kemitraan dalam misi kemanusiaan Muhammadiyah di Palestina bersama dengan Muhammadiyah Aid. 

“Kami memberi tajuk diskusi tentang isu kontemporer ini mengenai dukungan terhadap Palestina sehingga PSM sebagai salah  satu bagian dari Muhammadiyah terjun melakukan riset tentang Muhammadiyah dalam beberapa waktu ini dengan salah satu perhatiannya terhadap kajian isu-isu kemanusiaan, filantropi dan konflik internasional utamanya dalam konflik Palestina-Israel yang tidak kunjung usai,” ujar Bachtiar.

Pada kesempatan tersebut Bachtiar turut mengajak para akademisi hubungan internasional untuk memberikan kontribusi konkrit melalui kajian ilmiah secara komprehensif terhadap isu ini. Ia berpandangan bahwa peran akademisi dapat mengkaji secara mendalam upaya resolusi konflik terhadap isu Israel-Palestina yang tidak kunjung menemukan titik terang. 

“Kami merasakan bahwa isu palestina yang telah terjadi dari 1940an sampai sekarang perlu dikaji dengan tinjauan yang komprehensif, mengapa sampai saat ini konflik belum selesai dan tak berujung. Karenanya perlu kembali diupayakan wacana-wacana hubungan internasional terhadap isu Palestina utamanya oleh akademisi-akademisi Muhammadiyah yang berlatarkan Hubungan Internasional,” urai Bachtiar. 

Penyampaian Keynote Speech oleh Duta Besar Indonesia untuk Lebanon

Pada dialog ini turut hadir Duta Besar Indonesia untuk Lebanon, Hajriyanto Thohari. Pada kesempatan ini ia turut menguraikan bagaimana kondisi aktual yang terjadi pada konflik Israel-Palestina dengan tema “Gaza Pasca Gencatan Senjata: Prospek, Tantangan, dan Peluang Perdamaian Palestina”. 

Hajriyanto berpandangan bahwa konflik tersebut tidak lepas dari peran kompetisi geopolitik yang tidak menginginkan berakhirnya konflik. “Persoalan palestina merupakan isu yang unik, karena hingga kini belum tuntas terselesaikan bahkan semakin rumit dan semakin jauh dari harapan. Berbeda dari konflik di bagian lain yang dapat diselesaikan dengan cepat seperti Rusia-Ukraina. Namun isu dari kedua negara ini saya rasa sengaja tidak diselesaikan. Mungkin ada skenario besar dari negara-negara besar untuk tidak menyelesaikan konflik ini atas kepentingan mereka,” ujar Hajriyanto. 

Hajriyanto menutup keynote speechnya dengan mengajukan tesis bahwa kemerdekaan Palestina dapat terwujud dengan meningkatkan dukungan dari negara-negara Barat. Menurutnya, dukungan Barat terhadap Palestina membawa harapan baru untuk menggalang kekuatan dalam mendukung kemerdekaan Palestina. 

Sehingga dengan demikian, hal ini dapat membangun wacana-wacana seputar kemerdekaan Palestina melalui diskusi-diskusi ilmiah. Di akhir sesi, Hajriyanto mengajak akademisi muda Muhammadiyah untuk optimis dalam membangun wacana dan aksi untuk terus membela Palestina sehingga dapat memantik gerakan kemerdekaan Palestina melalui kanal-kanal mainstream di media sosial. 

 “Kita harus merancang strategi teknokratis dan politis dalam membela palestina dan menyelamatkannya di tengah situasi yang memanas. Muhammadiyah harus memiliki peran teknokratis dan politis itu, terlebih sarjana Hubungan Internasional,” tutup Hajriyanto. 

Perdamaian Timur Tengah di Tengah Dinamika Politik Kontemporer

Acara inti diisi oleh akademisi, yakni Ahmad Sahide yang merupakan Dosen Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Dalam dialog inti tersebut, Sahide menyampaikan pokok tema tentang dinamika politik kontemporer di Timur Tengah. Menurutnya, konflik Israel-Palestina tidak dapat dilepaskan dari 3 gerakan yang menjadi aspek historis dari dinamika konflik tersebut yakni ideologi, strategi politik, dan pendanaan. 

“Terdapat tiga hal yang menjadi kekuatan Israel yaitu ideologi, strategi politik (mereka memiliki kemampuan membaca arah politik kedepan), dan mereka punya funding yang besar” ungkap Sahidie.

Selain itu, Sahide turut menyoroti kebijakan two state solution yang menjadi alternatif penting untuk merealisasikan resolusi konflik tersebut. Meskipun dalam penyampaiannya, ia menyebutkan bahwa United Nations (UN) masih kesulitan untuk mewujudkannya. “Two state solution sangat susah untuk direalisasikan, karena dari aspek kebangsaan sulit menggabungkan dua suku berbeda (Arab dan Yahudi) di dalam satu negara dan dari aspek kenegaraan juga sulit untuk memberikan serta membagi tanah kepada dua negara yang tengah berkonflik” ujar Sahide. 

Menutup penyampaiannya, Sahide menawarkan gagasannya tentang bagaimana umat Islam dapat menyusun strategi dalam menggalang gerakan bela Palestina. Menurutnya, salah satu strategi yang dapat digunakan adalah mengurangi ketergantungan terhadap produk-produk Amerika. Sebab, dalam hal ini Amerika merupakan negara funding terbesar bagi operasi militer Israel di Palestina. “Diskurus kedepan yang harus dilakukan ialah mengurangi ketergantungan terhadap amerika serikat, seperti ketergantungan mesir kepada Amerika. Selagi dunia islam masih punya ketergantungan terhadap amerika maka Amerika yang akan terus mengendalikan” tutup Sahide. 


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

SLEMAN, Suara Muhammadiyah - SD MBS Prambanan menggelar Ajang kreasi dan prestasi anak ke 9 (AKIRA #....

Suara Muhammadiyah

24 December 2023

Berita

LAMONGAN, SuaraMuhammadiyah - Program Studi (Prodi) Ekonomi Syariah Universitas Muhammadiyah Lamonga....

Suara Muhammadiyah

29 January 2024

Berita

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – SM Tower Malioboro Yogyakarta meraih prestasi membanggakan. T....

Suara Muhammadiyah

5 December 2024

Berita

MAKASSAR, Suara Muhammadiyah – Sebanyak 441 Mahasiswa mengikuti kegiatan Pengukuhan dan Pengam....

Suara Muhammadiyah

3 August 2024

Berita

PEKALONGAN, Suara Muhammadiyah - Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Pimpinan Daerah Muhammadiyah ....

Suara Muhammadiyah

23 September 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah