YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Kiprah Muhammadiyah untuk tanah Papua selalu menyajikan kisah yang menggugah. Seperti kontribusi nyata Muhammadiyah memberikan pelayanan pendidikan di Pulau Arar, satu pulau di barat Kabupaten Sorong.
Di Pulau Arar sudah berpuluh tahun hanya ada sekolah dasar. Jika ada yang ingin melanjutkan sekolah warga di sana harus menyeberang pulau mengarungi laut lepas. Prihatin dengan kondisi tersebut Universitas Pendidikan Muhammadiyah Sorong (UNIMUDA Sorong) menginisiasi SMP UNIMUDA Sorong di Pulau Arar.
Seperti yang disampaikan oleh Rektor UNIMUDA Sorong Dr. Rustamadji, M.Si lulusan dari sekolah tersebut telah melanjutkan ke SMA dan kuliah. Kemudian mereka telah ada yang menjadi guru, pegawai negeri, polisi hingga tentara.
Kiprah pendidikan Muhammadiyah di Bumi Cenderawasih sangat diapresiasi masyarakat Papua. Betapa tidak, mahasiswa UNIMUDA Sorong 70 persen non-muslim dan para putra – putri asli Papua. Mereka bangga menjadi bagian dari UNIMUDA Sorong dan Muhammadiyah.
Syahdab, terbentang jarak lebih dari 690 KM antara Sorong, Papua Barat Daya dengan Kabupaten Teluk Wondama. Rustamadji memperlihatkan arsiran berwarna merah di peta yang ditampilan dalam Pengajian Ramadhan Pimpinan Pusat Muhammadiyah 1445 H yang mengangkat tema "Dakwah Kultural: Perluasan Basis Komunitas dan Akar Rumput Muhammadiyah" di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Sabtu (16/3/2024).
Jika melihat jalur dalam aplikasi peta digital, rute menuju ke Teluk Wondama dari Sorong perlu melewati Manokwari ke timur kemudian menggunakan jalur laut ke selatan. Ada sejarah yang hendak UNIMUDA Sorong ukir di Teluk Wondama yang berada di leher kepala Pulau Papua.
Pemkab Teluk Wondama menyatakan di daerahnya telah mengalami krisis guru. Sudah 4 perguruan tinggi baik negeri maupun swasta belum berhasil mengatasi masalah tersebut, UNIMUDA Sorong akhirnya diminta turun tangan.
Berkat kegigihan dan perjuangan merangkai asa pendidikan, tinggal menghitung hari UNIMUDA Sorong bakal meyudisium sekitar 40 calon guru dari 600 mahasiswa di Teluk Wondama. Kerjasama dengan Pemkab Teluk Wondama berhasil berbuah manis karena pengalaman dan profesionalitas UNIMUDA Sorong telah terbukti.
“Dari bisa menjadi bisa itu biasa, namun jadi tidak bisa menjadi bisa itu baru luar biasa,” ungkap Rustamadji. Dirinya mengaku perlu strategi dan pendekatan khusus dalam menyemai dakwah dan pendidikan di Papua.
Misalkan dosen yang menghampiri mahasiswa, fleksibilitas pembayaran kuliah, mahasiswa ada yang membayar dengan hasil laut atau kebun. Saat melakukan ujian mahasiswa mengerjakan di pinggir laut, sementara para orang tua dan masyarakat setempat menyajikan ikan. "Jadilah para pengawas memakan snack berupa ikan bakar," seloroh Rustamadji.
UNIMUDA Sorong juga dipercaya untuk mendidik putra dan putri dari Papua Nugini. Hal ini menjadi bentuk soft diplomacy yang luar biasa, karena selama ini orang Papua Nugini kerap memberikan stigma negatif untuk Indonesia. Rustamadji menyebut jika orang Papua Nugini langsung yang memberikan penjelasan kepada orang di sana tentu akan diterima. Apalagi mahasiswa Papua Nugini diperlakukan dengan baik di UNIMUDA Sorong.
Prestasi UNIMUDA Sorong lainnya yaitu sudah melakukan proses pembangunan Rumah Sakit Muhammadiyah pertama di Papua. UNIMUDA Sorong patut berbangga karena menjadi kampus satu-satunya di Papua yang dikunjungi oleh Presiden Republik Indonesia. Saat November 2023 lalu Presiden Joko Widodo bersama Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir melakukan groundbreaking RS PKU Muhammadiyah UNIMUDA Sorong.
Materi ke-7 Pengajian Ramadhan 1445 H ini mengenai Dakwah Kemanusiaan Universal: Aksentuasi Dakwah Kultural di Akar Rumput. Turut menyampaikan materi Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Diyah Puspitarini yang mendorong Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah sebagai bagian dari masyarakat untuk turut memperkuat pilar keluarga tangguh Indonesia. (riz)
