JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Buku berjudul Drakula Ekonomi: Telaah Antropologis dan Sosial Ekonomi Industri Tembakau karya Mukhaer Pakkanna secara resmi dilaunching pada Jum’at (7/2). Buku yang diterbitkan oleh Penerbit Suara Muhammadiyah bekerjasama dengan CHED ITB Ahmad Dahlan dan MTCN (Muhammadiyah Tobacco Control Network) tersebut mengkritisi masalah sistem ekonomi kapitalis dengan menggunakan metafora "Drakula" sebagai simbol eksploitasi dan ketidakadilan ekonomi. Buku ini menggambarkan bagaimana sistem kapitalis, seperti Drakula, menghisap kehidupan masyarakat kecil untuk memperkaya segelintir elit.
Mukhaer secara khusus menyoroti industri rokok di Indonesia sebagai salah satu contoh nyata dari praktik ekonomi kapitalis yang eksploitatif. Industri rokok digambarkan sebagai "Drakula" yang menghisap kehidupan masyarakat, baik dari segi kesehatan maupun ekonomi.
Industri rokok di Indonesia tidak hanya menghasilkan keuntungan besar bagi perusahaan-perusahaan rokok, tetapi juga menimbulkan dampak kesehatan yang serius bagi masyarakat. Pakkanna mengkritik bagaimana industri ini terus berkembang tanpa mempertimbangkan biaya sosial dan kesehatan yang harus ditanggung oleh masyarakat.
Dalam paparannya, buku ini juga mengungkap bagaimana petani tembakau, yang menjadi tulang punggung industri rokok, justru hidup dalam kemiskinan dan ketidakpastian. Perusahaan rokok mengambil keuntungan besar dari hasil kerja petani, sementara petani sendiri hanya mendapat upah yang sangat kecil. Hal ini menunjukkan ketidakadilan dalam distribusi keuntungan di sepanjang rantai pasok industri rokok.
Mukhaer pun mengkritik kuatnya lobi industri rokok yang memengaruhi kebijakan pemerintah. Regulasi yang lemah dan tidak tegas terhadap industri ini membuat perusahaan terus leluasa beroperasi, bahkan menargetkan generasi muda melalui iklan yang menggambarkan manusia sukses, berpetualang mengelilingi dunia, dan beragam kehidupan muda yang sempurna.
“Buku ini mendorong pembaca untuk mempertanyakan kembali narasi bahwa industri rokok adalah penyelamat ekonomi,” ujarnya.
Masih krusial dan daruratnya masalah rokok, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Buya Anwar Abbas mencoba mencari formulasi untuk menekan konsumsi rokok yang semakin tak terkendali. Ia mencoba menggunakan teori ekonomi, jika harga barang semakin tinggi, secara otomatis permintaan akan menurun. Namun itu tidak berlaku untuk rokok.
Ia pun mengeluhkan, meski harga rokok sudah dinaikkan beberapa kali lipat. Tapi konsumen rokok di Indonesia tidak berkurang, malah semakin meningkat.
Anwar menegaskan bahwa rokok memiliki dampak buruk bagi kesehatan, baik bagi perokok aktif maupun pasif. Ia menyoroti tingginya angka penyakit yang disebabkan oleh rokok, seperti kanker, jantung, dan gangguan pernapasan. Menurutnya, hal ini menimbulkan beban ekonomi yang besar bagi keluarga dan negara, karena biaya pengobatan yang harus ditanggung.
Sebagai seorang tokoh Muhammadiyah, Anwar Abbas menyoroti bagaimana rokok menjadi alat eksploitasi terhadap masyarakat, terutama kalangan menengah ke bawah. Ia mengkritik praktik industri rokok yang menargetkan generasi muda melalui iklan dan sponsor, serta mengeksploitasi petani tembakau yang hidup dalam kemiskinan. Ia menyerukan perlunya regulasi yang lebih ketat untuk melindungi masyarakat dari dampak negatif rokok. (diko)